Mohon tunggu...
Rafly Febriansyah
Rafly Febriansyah Mohon Tunggu... Security - Scavenger Poem

Ada yang harus aku tuju, kemudian aku buat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyum Perempuan di Bangku Taman

12 September 2019   12:36 Diperbarui: 12 September 2019   12:51 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

************

Aku berdiam sejenak di tengah parkiran pas disamping motor perempuan itu, kebetulan sekarang parkiran tidak padat seperti sebelumya. Sengaja aku berlama disana, menghabiskan dua batang rokok untuk menunggu ia mengambil motornya kembali. Tetapi matahari sedang gersang-gersangnya memancarkan sinar panasnya, antara aku tetap menunggu atau memarkirkan vespaku disebelahnya lalu pergi untuk masuk kuliah. Mungkin ia tidak pulang seperti sebelumnya, bisa saja ia pulang sore atau ada acara lain semacam organisasi dan kegiatan lainnya. Akupun belum terlalu dekat dengannya, jadi untuk tau jadwal kuliah dan pulangnya pun masih mengada-ngada untuk mengatur waktu.


Setelah kuliahku selesai pas jam tiga sore sebelum adzan ashar berkumandang. Saat itu tidak ada yang aku tuju selain tempat parkiran- aku takut perempuan itu pulang lebih dulu tanpa mendengar basa-basi yang telah aku siapkan. Beberapa pertanyaan mungkin sudah diambang pikiran, hanya tinggal pelepasan ketika bertemu di parkiran. Semoga saja ia berkenan mendengarnya, dan Tuhan merestukan pertemuan selanjutnya.

Selepas sampai di parkiran aku sudah tidak melihat motor yang bersandar tungka disamping vespaku. Perempuan itu telah pulang lebih dulu, tetapi senyumnya masih terukir angin di sisi-sisi area parkir. Aku kira ia belum terlalu lama meninggalkan tempat ini, aku masih bisa mencium manis asap kenalpot yang terikat dari senyumnya. Aku ingin mengejarnya, tetapi arahku dengannya sudah berbeda karena jalan pulangku bukan lagi ke majalengka. Dan kuputuskan untuk menunggu hari esok saja.

Hidung mana yang tak terhirup ketika ia tersenyum manis. Mata mana yang tidak memandang ketika senyumnya menyebar sapa ke semua angin. Hati mana yang tak egois, di saat melihatnya tersenyum- hasrat membanting pikiran untuk memilikinya. Sungguh Tuhan memang tepat menaruh kebahagiaan di dalam senyum manisnya untuk menebar ke semua orang yang merasakan senyumnya.

***********

Aku dapat cerita dari beberapa temanku, bahwa perempuan itu sudah banyak yang mengincar dari awal sejak ia masuk kuliah. Ada juga yang bilang perempuan itu seperti pagar ayu, selalu menerima tamu yang ingin berkunjung untuk mendekatinya. Aku langsung berpikir: sudah berapa banyak souvenir yang perempuan itu keluarkan, dan diberikan kepada orang-orang yang sudah mendekatinya.

Senyum itu selalu membekas setelah ia melewati suatu tempat. Dan wanginya masih melekat di hirupanku, tidak akan kalah walaupun aku sedang di kamar mandi masjid. Senyum itu masih menyisahkan tetesan harum yang jatuh dari sebuah bibir yang anggun. Aku beranjak keluar, dan mengikuti arah bekas senyum itu sampai pudar. Setiba aku lupa tujuanku ke kamar mandi dan tidak tau gerangan apa yang membawaku kesini dan beranjak pergi untuk mencari.

Aku melihatnya duduk sendirian dipinggir pot seberang taman. Aku dapat merasakan senyumnya walaupun ia menghadap belakang, tebaran bibir itu memiliki banyak wajah yang tak terhitung jumlahnya. Lalu aku menghampirinya, dan duduk disebelahnya untuk melantunkan basa basi yang telah aku atur kemarin. Semoga saja aku masih mengingatnya, dan tidak gugup untuk mengungkapkannya.

" Hay, sendirian ajah ? "


" Hay iyaah . Sambil tersenyum "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun