Sebagai mahasiswa Teknik Sipil, bisa terjun langsung ke proyek konstruksi besar tentu menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Hal ini tengah dijalani oleh salah satu mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang saat ini tengah magang di Proyek Pembangunan Gedung Oncology Center RSUP dr Soeradji Tirtonegoro, Klaten, bersama kontraktor pelaksana PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WIKA Gedung).
Mengenal Proyek Oncology Center RSUP dr Soeradji Tirtonegoro
Proyek pembangunan ini bukan proyek biasa. Gedung Oncology Center dirancang sebagai pusat layanan kanker terintegrasi terbesar di wilayah Jawa Tengah. Dibangun di dalam kawasan RSUP dr Soeradji Tirtonegoro, gedung ini nantinya akan menjadi garda depan dalam pelayanan diagnosis, terapi, dan rehabilitasi pasien kanker. Bangunan ini memiliki total 10 lantai, yang terdiri dari ruang rawat inap, ruang radioterapi, ruang chemo, laboratorium patologi, poliklinik spesialis, hingga fasilitas pendukung lainnya seperti area parkir dan ruang tunggu keluarga pasien. Lokasinya berada di bagian belakang rumah sakit utama, namun tetap terhubung secara fungsional meskipun struktur bangunannya berdiri sendiri.
Dari segi struktur, bangunan ini dirancang agar mampu menopang beban alat medis berat seperti mesin LINAC (Linear Accelerator) dan shielding bunker radioterapi. Itu sebabnya, perencanaan struktur di proyek ini tidak bisa dianggap enteng. Setiap detail harus diperhitungkan secara matang, baik dari segi kekuatan maupun presisi pelaksanaan. Tak hanya itu, proyek ini juga menerapkan standar mutu tinggi, termasuk penggunaan sistem Building Information Modeling (BIM) dalam proses perencanaan dan konstruksi. Koordinasi antar-disiplin (arsitektur, struktur, dan MEP) dilakukan secara digital untuk meminimalkan konflik di lapangan.
Sebagai bagian dari tim Engineering, mahasiswa magang ini terlibat langsung dalam penyusunan Shop Drawing Struktur, yaitu gambar kerja detail yang menjadi acuan pelaksanaan konstruksi di lapangan. Shop drawing ini mencakup elemen-elemen utama seperti pelat lantai, balok, kolom, dinding geser, hingga sambungan-sambungan baja dan beton.
Gambar-gambar tersebut harus disusun dengan sangat rinci dan akurat. Selain mengikuti gambar desain dari konsultan perencana, shop drawing juga harus menyesuaikan dengan kondisi aktual lapangan dan kebutuhan pelaksanaan. Mahasiswa turut membantu dalam proses revisi, penyesuaian dimensi, hingga pemberian detail penulangan.
"Bikin gambar buat tugas kuliah sama bikin gambar buat dipakai tukang di lapangan itu beda banget. Di sini, kita harus pastikan semuanya jelas, bisa dipahami, dan tidak bikin bingung," ujar mahasiswa tersebut.
Di proyek ini, mahasiswa juga terlibat dalam proses review revisi dari perencana, membuat justifikasi teknis, serta memahami prosedur pengesahan gambar sebelum digunakan oleh tim pelaksana. Semua itu mengasah kemampuan teknis sekaligus kemampuan komunikasi, karena harus bisa menjelaskan alasan-alasan teknis dengan bahasa yang dimengerti semua pihak---dari engineer senior hingga mandor lapangan.
Melalui pembangunan Gedung Oncology Center ini, diharapkan masyarakat Jawa Tengah---khususnya penderita kanker---dapat mengakses layanan kesehatan yang lebih cepat, lengkap, dan nyaman. Tak kalah penting, proyek ini juga menjadi tempat belajar yang sangat berharga bagi mahasiswa magang, karena menghadirkan dunia nyata konstruksi dalam skala besar.