Mohon tunggu...
Rafi Virgi
Rafi Virgi Mohon Tunggu... Editor - SMAN 1 padalarang

12 MIPA 3

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sukses Tidak Mengenal Latar Belakang

21 Februari 2021   16:42 Diperbarui: 21 Februari 2021   16:58 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap orang pasti memiliki impian dan cita citanya tersendiri, semua orang pasti ingin meraih kesuksesan dari cita cita yang di impikannya.Kesuksesan merupakan sebuah pencapaian yang dilalui dengan proses panjang, melelahkan dan butuh pengorbanan.

Namun, tak jarang orang mengubur impian dan cita citanya karena keadaan.Baik itu keadaan sosial ataupun keadaan ekonomi.Yang membuat sebagian orang memilih untuk menyerah.Rasa menyerah ini mudah menghantui ketika sudah ada permasalahan yang mendera dalam hidup.

Namun, perlu kita sadari dalam menjalani kehidupan memang banyak hambatan dan ujian.Kita tidak bisa menyalahkan keadaan, kita tidak boleh menyerah oleh keadaan.Karena keadaan yang kita alami, sesungguhnya telah diatur oleh yang maha kuasa, kita hanya bisa, berusaha, yakin, dan pantang menyerah untuk merubah keadaan kita menjadi lebih baik kedepannya.

Mungkin kalimat ini pantas aku padukan dengan sosok Jenderal Moeldoko.

Sebagai generasi muda, tentunya aku memiliki impian dan keinginan untuk membahagiakan kedua orang tuaku.Aku memiliki impian untuk menjadi seorang prajurit TNI.

Memang, aku bukan berasal dari keluarga yang berkecukupan tinggi,Ayahku seorang wirausaha antar jemput anak sekolah dan wirausaha angkutan kota, Ibuku seorang pensiun karyawan swasta, tapi itu tidak menyurutkan semangatku untuk menjadi seorang prajurit TNI, justru karena orang tua, memberikan motivasiku untuk berjuang menjadi seorang prajurit TNI.

Tidak mudah untuk meraih impianku itu, tapi, bukan berarti impian itu tidak bisa di raih.Menurut ku, profesi menjadi prajurit TNI adalah salah satu pekerjaan yang mulia,yang tidak semua orang bisa meraihnya, karena itulah diriku tertantang untuk menggapai impian tersebut.

Saat ini aku duduk di bangku 3 SMA, masa-masa dimana aku harus memikirkan, mau apa aku setelah lulus nanti dan mau jadi apa aku setelah lulus nanti. Tidak ada lagi waktu untuk bermain main, karna perjuangan untuk meraih masa depan sudah siap menanti. 

Malam, memang waktu yang asik untuk berhayal hal hal menarik. 

Dikamar diruang imajinasiku, aku berbaring sambil sesekali berhayal telah menjadi seorang prajurit TNI.Ketika sedang asik berhayal, pikiranku tiba tiba dilanda kecemasan, atau bisa juga di bilang insecure.

Entah kenapa, tiba tiba aku berpikir bahwa menjadi prajurit TNI itu, hanya orang yang berkecukupan tinggi, dan orang yang berasal dari keluarga militer saja yang memiliki kesempatan lebih besar untuk menjadi prajurit TNI.

Sedangkan aku hanya orang biasa yang sedang berjuang untuk menggapai impian yang luar biasa.

Untuk menguatkan tekadku agar terus berjuang meraih impian itu, aku membuka wawasan dengan membaca di internet tentang kisah orang-orang hebat yang berhasil menjadi prajurit TNI.

Aku menemukan satu sosok hebat yang memberikanku motivasi lebih untuk menjadi prajurit TNI.

Sosok yang aku maksud adalah Jenderal Moeldoko.

Beliau adalah seorang Panglima TNI yang berasal dari keluarga petani. Kesuksesan Moeldoko dikariernya, tentu tidak mudah didapatkan olehnya. Lahir di keluarga petani, ia sudah terbiasa bekerja keras dan berjuang, hingga akhirnya mencapai apa yang diinginkan olehnya.

Sebagai remaja yang lahir dan besar dari keluarga petani, lulus akademi militer saja sudah menjadi kebanggaan besar bagi dia.Sedangkan menjadi seorang Panglima TNI merupakan cita-citanya sejak dinyatakan lulus dari Akademi Militer.

Jenderal Moeldoko yang saat ini menjadi Panglima TNI ternyata dulunya adalah anak orang yang tidak punya, hidupnya susah, dan tinggal kampung yang jauh dari perkotaan. 

Saat menginjak sekolah dasar, gedung sekolahnya sering dilanda banjir hingga ia harus berpindah ke pengungsian tiap kali air menggenangi tempatnya menimba ilmunya. 

Selain itu Moeldoko pernah mengalami kelaparan lantaran orangtuanya tak mampu membeli segenggam beras untuk mengisi perut Moeldoko kecil.

Saat duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), ia harus berjalan kaki ke stasiun dan naik kereta untuk sampai ke sekolah setiap harinya.Meski teman-temannya saat itu sudah memiliki sepeda, tapi ia tidak merasa kecil hati.

Kokok ayam dan awan gelappun menjadi saksi sang Panglima kecil berlari-lari mengejar kereta.

Ketika hendak pulang sekolah, Moeldoko kecil terbiasa mencari boncengan atau menunggu truk yang searah ke kampungnya. 

Ketika sudah sampai dan turun dari truk, moeldoko sering mencuri buah kopra yang berada di pinggir jalan untuk mengganjal perutnya yang kosong. 

Terlepas dari berbagai kisah masa lalunya,

Moeldoko merupakan seorang alumnus terbaik Akmil tahun 1981 dan peraih penghargaan bergengsi Bintang Adhi Makayasa. 

Moeldoko bisa dikatakan merupakan anggota TNI yang karier-nya cukup melejit. Setelah lulus dari Akmil, ia mulai menjabat sebagai Kasdam Jaya pada tahun 2008.

Pada 2010, dia mengalami tiga kali rotasi jabatan dan mulai dari Pangdiv 1/Kostrad (Juni-Juli 2010), menjadi Pangdam XII/Tanjungpura (Juli-Oktober 2010) dan Pangdam III/Siliwangi (Oktober 2010-Agustus 2011).

Selama berkarier di dunia militer, Moeldoko juga, beberapa kali terlibat dalam operasi militer seperti Operasi Seroja Timor-Timur tahun 1984 Konga Garuda XI/A tahun 1995, dan penugasan lain di beberapa negara. 

Dengan kerja keras, terus belajar, dan disiplin, 32 tahun Moeldoko bergelut di bidang militer, tepatnya tahun 2013 cita cita itu terwujud.

Moeldoko kemudian ditunjuk presiden ke-enam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk naik pangkat dan menjadi Panglima TNI. Ia menggantikan Panglima TNI sebelumnya, yaitu Laksamana Agus Suhartono. 

Melihat kisah perjalanan Jenderal Moeldoko menggapai cita citanya, membuat hatiku tergetak dan membuat semangatku bertambah untuk menjadi seorang prajurit TNI. 

Dari Jenderal Moeldoko aku belajar bahwa, latar belakang kita tidak bisa menentukan kita kedepannya, asalkan kita memiliki jiwa semangat, optimis, dan pantang menyerah yang kuat.Karena dengan begitu, sesuatu yang kita ingin capai bukan sebuah kemustahilan. 

Kita tidak boleh berkecil hati, Jangan biarkan hal apa pun menggoyah mimpi kita.Karna semua mimpi dapat tercapai jika didasari keyakinan. 

Tamat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun