Mohon tunggu...
Rafi Virgi
Rafi Virgi Mohon Tunggu... Editor - SMAN 1 padalarang

12 MIPA 3

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sukses Tidak Mengenal Latar Belakang

21 Februari 2021   16:42 Diperbarui: 21 Februari 2021   16:58 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sedangkan aku hanya orang biasa yang sedang berjuang untuk menggapai impian yang luar biasa.

Untuk menguatkan tekadku agar terus berjuang meraih impian itu, aku membuka wawasan dengan membaca di internet tentang kisah orang-orang hebat yang berhasil menjadi prajurit TNI.

Aku menemukan satu sosok hebat yang memberikanku motivasi lebih untuk menjadi prajurit TNI.

Sosok yang aku maksud adalah Jenderal Moeldoko.

Beliau adalah seorang Panglima TNI yang berasal dari keluarga petani. Kesuksesan Moeldoko dikariernya, tentu tidak mudah didapatkan olehnya. Lahir di keluarga petani, ia sudah terbiasa bekerja keras dan berjuang, hingga akhirnya mencapai apa yang diinginkan olehnya.

Sebagai remaja yang lahir dan besar dari keluarga petani, lulus akademi militer saja sudah menjadi kebanggaan besar bagi dia.Sedangkan menjadi seorang Panglima TNI merupakan cita-citanya sejak dinyatakan lulus dari Akademi Militer.

Jenderal Moeldoko yang saat ini menjadi Panglima TNI ternyata dulunya adalah anak orang yang tidak punya, hidupnya susah, dan tinggal kampung yang jauh dari perkotaan. 

Saat menginjak sekolah dasar, gedung sekolahnya sering dilanda banjir hingga ia harus berpindah ke pengungsian tiap kali air menggenangi tempatnya menimba ilmunya. 

Selain itu Moeldoko pernah mengalami kelaparan lantaran orangtuanya tak mampu membeli segenggam beras untuk mengisi perut Moeldoko kecil.

Saat duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), ia harus berjalan kaki ke stasiun dan naik kereta untuk sampai ke sekolah setiap harinya.Meski teman-temannya saat itu sudah memiliki sepeda, tapi ia tidak merasa kecil hati.

Kokok ayam dan awan gelappun menjadi saksi sang Panglima kecil berlari-lari mengejar kereta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun