Mohon tunggu...
Rafito
Rafito Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gosip, Kerja Sama Sosial, dan Realitas Intersubjektif sebagai Kunci Unggulnya Homo Sapiens

17 Januari 2023   07:00 Diperbarui: 17 Januari 2023   13:59 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sehingga, manusia-manusia yang meyakini cerita yang sama akan terlihat rapi serta kompak disebebkan mereka tunduk pada aturan yang sama. Inilah yang dinamakan agama, dan itulah yang menjadi alasan mengapa manusia dapat menguasai dunia salah satunya dengan agama. Agama dan hal-hal lain sejenisnya seperti HAM, negara, organisasi, ataupun budaya merupakan fiksi yang dipercayai dan dijalankan oleh banyak manusia yang menjadikannya hidup teratur.

Selain itu, manusia secara individu memiliki keahlian yang berbeda-beda. Ada manusia yang hanya dapat melakukan perancangan, ada juga yang hanya dapat melakukan pemrograman, dan lain sebagainya. 

Lalu, datanglah seorang manusia yang mendirikan suatu hal fiksi berjenis perusahaan bernama Samsung yang direpresentasikan oleh tulisan hitam di atas kertas putih. Dan berkat tulisan itu, ia bisa membangkitan realitas intersubjektif banyak manusia, di mana manusia-manusia tersebut menjadi yakin bahwa Samsung betul-betul ada. Dan berkat kisah yang diceritakan sang pembuat perusahaan, manusia-manusia tersebut juga jadi mengetahui bahwa Samsung adalah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi. 

Oleh karena itu, manusia yang hanya memiliki keahlian dalam satu hal berkumpul untuk berkolaborasi dengan manusia lain untuk saling melengkapi dalam membuat teknologi canggih. Dan hasilnya, kita dapat menggunakan smartphone, laptop, AC, dan lain sebagainya yang memudahkan kehidupan kita. Begitu pula dengan perusahaan lain seperti SpaceX, Toyota, ataupun Boeing. Semua perusahaan tersebut adalah fiksi yang dipercayai dan dijalankan oleh banyak orang sehingga menjadikannya seperti nyata.

Jika realitas intersubjektif hanya berada pada pikiran manusia, lantas apakah dengan kita tidak memercayai suatu realitas intersubjektif menjadikan realitas intersubjektif itu hilang? Jawabannya adalah tidak. Karena realitas intersubjektif berada pada pikiran banyak orang, sehingga apabila kita tidak memercayainya, itu hanya akan berdampak bagi kita sendiri dan tidak akan menghapus realitas intersubjektif itu sendiri.

Sebagai contoh, apabila kita secara sendiri tidak memercayai nilai yang pada uang, maka hanya kita yang menganggap uang hanyalah kertas yang tidak bernilai sehingga tidak bisa digunakan untuk transaksi. Sedangakan transaksi di pasar, di bank, atau di mall sama sekali tak berubah, mereka tetap menggunakan uang sebagai alat transaksi.


Apakah dengan begitu lantas realitas intersubjektif tidak bisa dimusnahkan? Jawabannya adalah bisa. Realitas intersubjektif dapat musnah apabila semua orang tidak memercayai hal fiksi tersebut. Hal ini dapat dilakukan secara spontan atau dengan jangka waktu yang lama. Sebagai contoh, uang bisa menjadi tidak bernilai apabila semua orang tidak memercayai nilai uang lagi. Agama juga akan hilang apabila seluruh manusia tidak memercayai agama lagi. Itulah mengapa murtad dianggap sebagai dosa terbesar dalam agama, karena jika ada orang murtad dan kemurtadannya itu menyebar ke orang sekitar atau menurun ke penerusnya, maka agama akan musnah.

Pada dasarnya, kemampuan kita untuk berbicara hal fiksi lah yang menjadikan kita hidup seperti sekarang. Tanpa adanya kerja sama yang dilandaskan pada hal-hal fiksi, mungkin kita telah punah karena tidak sanggup menghadapi seleksi alam melawan hewan-hewan buas yang dapat memangsa manusia dengan mudah pada zaman dahulu. Kita harus sadar bahwa secara individual manusia sangatlah lemah, kebersamaan dengan orang lain lah yang membuat kita bertahan, sehingga kita akan selalu membutuhkan orang lain sepanjang hidup. Itulah mengapa manusia disebut sebagai makhluk sosial.

Penulis: Rafi Setyadi

Penyunting: Rafi Setyadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun