Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencari "Macan" Terakhir

24 Mei 2019   01:59 Diperbarui: 24 Mei 2019   02:22 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Macan yang satu ini sebelumnya sudah mencium aroma kericuhan pada hari itu. Ketajaman penciuman itu berhasil menemukan adanya indikasi aksi terorisme dibalik aksi massa.

Pada hari kejadian, peluru tertuju pada massa yang sedang mengamuk sambil menggemakan takbir. Aparat berdalih tak ada senjata yang digunakan mengamankan massa. Logikanya, bukan aparat jika tak dibekali senjata dilapangan. Lantas apa yang dipegang aparat bila mengamankan jutaan massa lepas kendali?

Di sisi lain, para jendral dan mantan jendral turut terlibat membantu dua macan memperebutkan singgasananya. Misalnya Wiranto, Moeldoko, dan jendral lainnya yang berdiri dibelakang Prabowo. Peran penting mereka melahirkan kekacauan dilapangan. 

Ketiga macan masing-masing mengeluarkan pendapatnya,  BPN menyatakan tidak bertanggung jawab atas insiden itu,  TKN menyatakan belasungkawa,  dan aparat keamanan menegaskan tindakan itu sesuai SOP. Entah siapa yang benar dan salah, masing-masing mempertahankan posisinya. 

Parahnya,  tidak ada titik temu dari sikap dan argumentasi dari dua macan Jokowi-Prabowo.  Petahana 'pemenang' duduk santai diantara kelompoknya,  sedangkan petahana 'kalah' dalam kondisi beringas.  Lebih - lebih aparat membenarkan kebenaran di lapangan. 

Kalau sudah begini,  apakah jalur konstitusional mengakhiri pertarungan dua macan yang sedang bertarung? Ataukah macan ketiga yang mengakhiri pertarungan lewat hujan peluru dan hujan komando untuk kesekian kalinya. 

Kita tak menginginkan adanya korban lagi dalam Pemilu kali ini. Keberingasan tiga macan hari itu sudah cukup mencoreng wajah Indonesia yang dikenal dengan alam demokrasi bermartabat. Kalau pun situasi kacau balau ini terulang kembali, bisa dibayangkan bagaimana hancurnya negeri ini hanya karena ingin menemukan macan terakhir. 

Sebagai petarung, Jokowi-Prabowo harus menunjukkan sikap kenegarawanan di hadapan masyarakat.  Aparat harus tampil sebagai wasit dilapangan tanpa ada peluru di mana-mana. 

Kalau begini negeri kita,  betapa indahnya pemilu di Indonesia bisa menjadi wisata demokrasi masyarakat internasional. Lebih membanggakan lagi, bila TV dunia memberitakan indahnya pemilu di Indonesia, bukan tembakan aparat di mana-mana. 

Tapi belum sekarang, dua macan itu sedang memburu mangsanya untuk disantap bersama kelompoknya. Begitu juga macan ketiga lagi menanti-nanti berapa banyak mangsa yang harus diburu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun