Menteri Pendidikan, kebudayaan, studi, serta Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Merdeka Belajar: Kurikulum Prototipe Serta Platform Merdeka Mengajar, Secara Daring. Hal ini merupakan bentuk upaya dari pemerintah untuk menanggulangi krisis pendidikan.
Menteri Nadiem mengatakan, merujuk berbagai macam studi nasional maupun internasional, krisis pendidikan di Indonesia sudah berlangsung using serta belum membaik asal tahun ke tahun. Krisis Pendidikan terus meningkat karena pandemi Covid 19 yang menyebabkan hilangnya pembelajaran (Learning Loss) serta meningkatnya kesenjangan pendidikan.
“Untuk literasi, learning loss ini setara dengan enam bulan belajar. Untuk numerasi, learning loss tersebut setara dengan lima bulan belajar,” ucap Menteri Nadiem. Namun, penyederhanaan kurikulum dalam bentuk kurikulum dalam kondisi khusus (kurikulum darurat) efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pademi Covid-19.
“Dengan Kurikulum Prototipe bahwa mengedepankan pembelajaran berbasis proyek. Kalau sesuatu dikerjakan berbasis proyek artinya akan ada suatu proses. Jadi bukan hanya sekadar ilmu biasa,” Tutur Siti Nur Fitria, guru SMA Negeri 1 Gunung putri. Didalam kurikulum prototipe ini juga mengembangkan kemampuan soft skill siswa/i. Sehingga diharapkan melalui kurikulum prototipe ini dapat memberikan output yang berguna bagi siswa/i.
Berbanding terbalik dengan pandangan siswa/i. mereka beranggapan bahwa lebih memilih kepada kurikulum 2013. Namun, siswa/i lebih menerima model pembelajaran dari kurikulum prototipe. “Kurikulumnya mending kurtilas, tapi kalau sistem model pembelajarannya mending yang sekarang karena yang sekarang nggak terlalu memberatkan” Jelas Hilmi, siswa SMA Negeri 1 Gunung Putri.
Harapannya dengan adanya beberapa pilihan kurikulum pembelajaran nasional dapat menjadikan seluruh sivitas akademika disetiap sekolah menjadi lebih berkembang. Sehingga Indonesia dapat mengejar 128 tahun sistem pembelajaran yang tertinggal oleh beberapa negara.