MATAHARI TERBENAM BANGKITLAH GARUDA
Penulis : Rafael dan Thomas
Pendahuluan
Kemerdekaan indonesia dapat tercapai atas kontribusi banyak pihak yang bersatu demi memperjuangkan kenaikan bendera kebanggaan kita yaitu Sang Saka Merah Putih Indonesia. Keberhasilan kemerdekaan Indonesia dapat terwujud salah satunya dikarenakan oleh Pejuang Tanah Air "PETA". Dalam memperjuangkan kemerdekaan seluruh rakyat Indonesia bersatu dan bertekad kuat untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan bebas dari tangan-tangan para penjajah. Organisasi PETA Adalah organisasi yang berbasis militer yang dibentuk pada saat Belanda menyerahkan Indonesia ke tangan Jepang pada tahun 1943. Dibalik organisasi tersebut terdapat berbagai dinamika sebelum pada akhirnya pindah kubu atau pindah untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
PETA atau Pembela Tanah Air awalnya dibentuk oleh pemerintahan Jepang, namun terbentuknya organisasi ini berawal dari keinginan oleh Gatot Mangkupraja yang dimana sebagai tokoh pergerakan bangsa, ia menulis surat permohonan pada Tahun 1943 kepada Gunseikan dan Seiko shikikan (Kepala Pemerintahan dan Panglima Tentara Jepang di Indonesia) dengan tujuan untuk memobilisasi pemuda Indonesia agar dapat membantu pertahanan mereka "Jepang" menghadapi ancaman Sekutu, yang dimana pada saat itu Jepang sedang perang dengan seluruh negara di Asia atau bisa disebut sebagai Perang Asia Timur Raya. Dengan berbagai alasan oleh Jepang salah satunya propaganda 3A ( Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia) terbentuklah suatu organisasi yang bernama PETA dan pada akhirnya Jepang menggandeng tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh untuk sepakat membentuk organisasi tersebut.
Pada 15 Oktober 1943, PETA memulai program pelatihan untuk Angkatan Pertama Calon Perwira. Pelatihan ini dilaksanakan oleh Korps Pendidikan Perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air yang berlokasi di Jawa, yang dikenal dengan nama Djawa Boei Giyugun Kanbu Kyoiku Tai di Markas Tentara KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger), Bogor. Selama periode pelatihan berlangsung antara 2 hingga 4 bulan mereka berhasil membentuk batalyon. Dalam waktu 3 bulan, sebanyak 69 batalyon telah terbentuk. Berdasarkan catatan sejarah, antara Oktober 1943 hingga Februari 1945, sebanyak 5 angkatan PETA telah dilatih yang melibatkan 1.609 perwira.
Durasi pendidikan militer di PETA ditentukan oleh pangkat yang dimiliki. Untuk pangkat Shodanco masa pendidikan berlangsung paling lama, yaitu antara 3 hingga 5 bulan. Sebaliknya, pendidikan untuk pangkat Daidancho adalah yang terpendek, yakni antara 1 hingga 2 bulan, Daidancho merupakan komandan batalyon yang berasal dari tokoh masyarakat atau orang-orang yang memiliki pengaruh di masyarakat. Kemudian dipecah lagi menjadi beberapa komandan mulai dari komandan kompi (chdanch), komandan pleton (shdanch), komandan regu (budanch). Pelatihan militer ini diberikan oleh pihak Jepang dengan tujuan agar mereka mampu melakukan serangan serta mempertahankan diri.
Seiring berjalannya waktu, terjadi pergeseran signifikan dalam loyalitas dan tujuan organisasi ini. Dari yang semula menjadi alat kekuasaan oleh Jepang, PETA perlahan-lahan bertransformasi menjadi kekuatan yang berpihak pada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perubahan haluan ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui proses yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kesadaran nasional yang semakin tumbuh di kalangan anggota PETA, kekecewaan terhadap perlakuan Jepang, serta peluang yang muncul akibat melemahnya kekuatan Jepang di penghujung Perang Dunia II, semuanya berperan dalam mengubah arah perjuangan PETA. Transformasi ini menjadi titik balik penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, yang dilambangkan dalam judul artikel ini "Matahari Terbenam Bangkitlah Garuda"
GIMMICK ASIA UNTUK ASIA DAN KOLONIALISME JEPANG
Melalui  propaganda Asia untuk Asia, jepang berhasil mengelabui masyarakat Indonesia seolah-olah Jepang datang layaknya superhero  yang siap menyelamatkan indonesia dan memberikan kemerdekaan secara cuma-cuma. Mereka berhasil membingkai bahwa mereka adalah pembebas dari penjajahan barat, namun realitanya Jepang datang ke Indonesia tidak lain dan tidak bukan untuk mengeksploitasi SDA dan SDM yang ada di Nusantara atau pada saat itu disebut sebagai Hindia Belanda. Pembentukan PETA sendiri adalah manifestasi dari strategi kolonial Jepang yang dilakukan guna mendapatkan kekuatan militer yang memadai dengan dalih sebagai bentuk pertahanan untuk Nusantara. Tujuan sebenarnya ialah Jepang sedang sangat kekurangan pasukan militer pada saat itu sehingga terbentuklah suatu organisasi yang bernama PETA
Jepang menggunakan berbagai propaganda untuk dapat membingkai bahwa ialah penyelamat dan pembebas, mulai dari pendekatan secara budaya dengan menggunakan ramalan dari Jayabaya yang berisi "akan datang suatu bangsa dari utara, berkulit kuning dan bertubuh pendek. Mereka akan menjadi pemimpin bangsa Indonesia dalam waktu seumur jagung, kemudian akan kembali ke negerinya, lalu bangsa Indonesia akan membawa dirinya ke masa keemasan (kemerdekaan)" hingga membuat slogan-slogan yang menunjukan bahwa Jepang seolah-olah datang seperti saudara tua yang siap melindungi dan membantu tanpa dalih-dalih apapun. Jepang kerap menyebutkan bahwa Nusantara dengan Jepang memiliki banyak kesamaan mulai dari Budaya, sama-sama berasal dari Timur hingga memiliki musuh yang sama (Negara Barat).
Setelah berhasil mendapatkan kepercayaan secara penuh oleh masyarakat Nusantara, terbitlah PETA (Pembela Pejuang Tanah Air). PETA awalnya berdiri dikarenakan permintaan Gatot Mangkupraja kepada Gunseikan dan Saikosikikan yang isinya memohon agar pemerintah membentuk barisan sukarela untuk membela tanah air. Jepang melihat organisasi ini sebagai langkah strategis bagi Jepang untuk tetap memperkuat wilayahnya dari serangan sekutu (Perang Asia Timur Raya). Namun, masyarakat Nusantara melihat pelatihan militer tersebut sebagai bentuk latihan yang digunakan untuk mendapatkan kemerdekaannya.
Berdirinya PETA adalah salah satu dari hasil kolonialisme yang dilakukan Jepang, namun dibelakang itu pada saat jepang menduduki Nusantara banyak tindakan-tindakan tidak berkemanusiaan yang dilakukan oleh jepang dengan diterapkannya kebijakan ekonomi yang sangat memberatkan rakyat Indonesia seperti pengenaan pajak yang tinggi dan sistem kerja paksa (romusha), kekerasan seksual terutama terhadap perempuan yang terbukti dengan adanya Jugun Ianfu yang dituju untuk memuaskan faktor biologis tentara Jepang hingga pembunuhan massal terjadi pada saat pendudukan Jepang Di Nusantara
NASIONALISME YANG TUMBUH DI TENGAH KEKEJAMAN
Ditengah pelatihan militer yang dilakukan oleh masyarakat dari berbagai tempat, tidak dapat dipungkiri bahwa mereka mendapatkan waktu untuk berinteraksi dan bersosialisasi.  Ikatan persaudaraan yang terjalin di antara anggota PETA menjadi cikal bakal atau awal dari berkembangnya Nasionalisme yang ditimbulkan dari semangat-semangat yang dimiliki tentara-tentara untuk dapat Merdeka. Mereka berbagi pengalaman,  baik suka maupun duka  dan  kesamaan  nasib  sebagai  bangsa  yang  terjajah.  Pengalaman  bersama  mengalami  kekejaman  Jepang dari  kerja  paksa  sampai  kehilangan  orang  tercinta menciptakan  rasa  empati  dan  solidaritas  yang  mendalam. Â
Secara  bertahap,  kesadaran  nasional  tumbuh  di  kalangan  anggota  PETA.  Mereka  mulai  melihat  diri  mereka  bukan  hanya  sebagai  bagian  dari tentara budak organisasi  militer  Jepang,  tetapi  sebagai  bagian  dari  bangsa  Indonesia  yang  berjuang  untuk mendapatkan  kemerdekaan.  Beberapa  perwira  PETA  yang  memiliki  visi  kepemimpinan  yang  kuat  berperan  penting  dalam  mengarahkan  semangat  nasionalisme  ini.  Mereka  mengeksploitasi  celah  yang  ada  di  sistem  pelatihan  untuk  menanamkan  semangat  nasionalisme  tanpa  secara  terbuka  menentang  otoritas  Jepang.
 Walaupun  dirancang  oleh  Jepang pelatihan  militer  PETA  sendiri secara  tidak  langsung  mempersiapkan  anggota  PETA  untuk  perjuangan  kemerdekaan  di  masa  mendatang.  Dengan pemahaman bahwa mereka harus merdeka dalam artian bebas dari rantai penjajahan, tentara PETA menafsirkan ulang pelatihan militer sebagai persiapan untuk kemerdekaan. Mereka  belajar  disiplin,  strategi  militer,  dan  pentingnya  kerja  sama  tim yang menjadi bekal  Keahlian  yang  akan  bermanfaat  besar  dalam  perjuangan  kemerdekaan  di  masa  yang  akan  datang.
TRANSFORMASI LOYALITAS MILITER
PETA atau  Pembela Tanah Air merupakan tentara sukarela yang dibentuk jepang pada masanya di indonesia. PETA sendiri yang dibuat untuk kepentingan jepang namun justru berputar balik dan mengambil peran dalam kemerdekaan di indonesia ini. Transformasi PETA sendiri sangatlah panjang dan penuh dengan perjuangan ataupun tantangan yang ada. Seperti yang sudah di singgung pada pendahuluan bahwa sejatinya peta di bangun dan di bentuk oleh militer jepang, dan lama di bentuk pun tergantung jabatan yang diduduki, maka dari itu sifat perwujudan nasionalisme dan patriotisme yang ada untuk membela negara sangatlah kental dan melekat dalam diri seorang serdadu itu sendiri, sama halnya dengan tentara jepang.
Perkembangan PETA di seluruh Nusantara berlangsung secara eksponensial atau terus menerus sejak masa pembentukannya. Organisasi ini berhasil mencetak prajurit-prajurit yang tidak hanya terlatih secara militer, tetapi juga memiliki semangat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. Dedikasi mereka terhadap Indonesia termanifestasi dalam berbagai pertempuran yang terjadi selama periode 1945-1949 sehingga menandai kontribusi yang signifikan oleh PETA dalam fase awal memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan.
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING DAN DAMPAKNYA
Dalam konteks perjuangan kemerdekaan Indonesia pra Proklamasi Pembela Tanah Air (PETA) menjadi suatu kelompok yang menjadi salah satu pendukung keberhasilan kemerdekaan Indonesia. Meskipun awalnya dibentuk oleh pihak Jepang untuk menghadapi potensi serangan Sekutu, PETA justru berkembang menjadi kekuatan militer yang berdedikasi terhadap cita-cita kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. Fenomena ini menunjukkan adanya divergensi antara tujuan awal pembentukan PETA oleh Jepang dan evolusi perannya dalam pergerakan nasional Indonesia.
Peristiwa penting dan berharga yang terjadi dan terlibat dengan peta, seperti kejadian yang berada di daerah blitar. Â Pemberontakan yang telah dilakukan PETA di Blitar sendiri terjadi dikarenakan adanya perlakuan diskriminatif dari prajurit Jepang terhadap anggota PETA, serta kemarahan anggota PETA terhadap militer Jepang yang telah membuat rakyat Indonesia banyak menderita. Tanggal 14 Februari 1945, pukul 03.00 WIB, pasukan PETA melancarkan serangan dengan menembakkan mortir ke kediaman para perwira militer Jepang, yaitu Hotel Sakura di Blitar pimpinan Sudanco Soeprijadi. Selain aksi itu, Markas Kempetai juga ditembaki senapan mesin bahkan salah seorang Bhudancho PETA merobek poster bertuliskan "Indonesia Akan Merdeka", dan menggantinya dengan tulisan "Indonesia Sudah Merdeka!". Lalu diiringi dengan mengibarkan bendera merah putih, para serdadu PETA itu menyerang markas pasukan Jepang dengan menghunus para pasukan Jepang.
Namun hal itu semua tidak berjalan mulus dan sesuai rencana  disaat bala bantuan militer Jepang dari Malang dan Kediri datang memadamkan serangan serdadu PETA, pemberontakan PETA akhirnya dapat digagalkan begitu saja. Sudanco Soeprijadi gagal menggerakkan satuan lain untuk ikut melakukan pemberontakan. Atas perintah dari jepang sendiri Jepang meminta PETA untuk mundur membuat beberapa kesatuan PETA lainnya kembali ke kesatuannya masing masing. Tetapi mereka yang kembali justru ditangkap sebanyak 78 orang perwira dan prajurit PETA, ditahan dan dijebloskan ke penjara untuk kemudian diadili di Jakarta, disiksa oleh polisi Jepang bahkan sebanyak 6 orang divonis hukuman mati di Ancol pada 16 Mei 1945, 6 orang dipenjara seumur hidup, dan sisanya dihukum sesuai dengan tingkat kesalahan.
Tidak hanya itu saja namun peristiwa penting ada juga  yang dilakukan pada 16 Agustus 1945 yang membebaskan Rengasdengklok dari  kendali  Jepang  serta  menjaga  situasi  keamanan  di  Jakarta dapat menjadi bukti konkret peran penting yang dilakukan oleh PETA. Kontribusi PETA juga terlihat dalam pengawalan tokoh-tokoh nasional seperti Soekarno dan Mohammad Hatta yang berujung pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia PETA secara resmi dibubarkan oleh pihak Jepang, namun warisan organisasi ini tetap berlanjut dengan cara para mantan anggota PETA menjadi pionir dalam pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian bertransformasi menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) hingga menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Evolusi ini mencapai puncaknya dengan terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai institusi pertahanan resmi negara. Proses transformasi ini menunjukkan kontinuitas peran mantan anggota PETA dalam pembentukan dan pengembangan angkatan bersenjata nasional Indonesia demi mempertahankan dan terus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
MATAHARI TERBENAM, BANGKITLAH GARUDA (KESIMPULAN)
Artikel yang berjudul "Matahari Terbenam Bangkitlah Garuda" memvisualisasikan proses transformasi yang terjadi dalam struktur dan tujuan organisasi Pembela Tanah Air (PETA). Penelitian ini menggambarkan evolusi PETA dari kekuasaan kolonial Jepang menjadi katalis pergerakan kemerdekaan Indonesia. Metafora "matahari terbenam" diartikan  sebagai ilustrasikan berakhirnya hegemoni Jepang di Nusantara, sementara "bangkitnya Garuda" melambangkan kebangkitan semangat nasionalisme dan cita-cita kemerdekaan yang telah lama dinantikan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Transformasi ini menunjukkan bagaimana sebuah organisasi yang awalnya dibentuk untuk tujuan penjajah bisa diubah menjadi kekuatan dalam memperjuangkan kemerdekaan melalui proses yang melibatkan kesadaran nasional seluruh anggota hingga sikap nasionalisme. Artikel ini menyoroti betapa pentingnya peran PETA dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kisah PETA menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya persatuan dan semangat nasionalisme dalam menghadapi tantangan besar seperti penjajahan, hal ini membuktikan bahwa ketika sebuah bangsa bersatu dalam cita-cita yang sama, mereka mampu mengubah hambatan menjadi batu loncatan yang bagus menuju kebebasan. Kisah ini tetap relevan hingga saat ini, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga semangat persatuan dan nasionalisme dalam menghadapi berbagai tantangan kontemporer yang dihadapi bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKAÂ
Arsalan, A., Johanies, M. P., Rahman, M., Fajrin, M., & Alinurdin. (2023). PERAN PERJUANGAN PETA DALAM KEMERDEKAAN INDONESIA, 3(UNIVERSITAS PAMULANG).
Desiyana, L., Syah, I., & Basri, M. (2013, May). UPAYA PEMERINTAH MILITER JEPANG MEMBENTUK KARAKTER MILITANSI PEJUANG BANGSA INDONESIA TAHUN 1942-1945, (FKIP Unila).
Gunadi, G. I., Septyanto, B. B., & Yudhotomo, U. S. (2022, Juni). PERAN PENTING TENTARA SUKARELA PEMBELA TANAH AIR (PETA) DALAM PERJUANGAN MERAIH KEMERDEKAAN INDONESIA, 6(Universitas Pertahanan Republik Indonesia).
Hari Peringatan Pemberontakan Pembela Tanah Air (Peta). (2023, February 14). Museum Pendidikan Nasional. Retrieved March 10, 2025, from https://museumpendidikannasional.upi.edu/hari-peringatan-pemberontakan-pembela-tanah-air-peta/
Hendra Nurdiansyah, & Aris Sarjito. (2022). NILAI DAN SEMANGAT TENTARA PEMBELA TANAH AIR (PETA) UNTUK MEMBANGUN BUDAYA STRATEGIS BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERKUAT BELA NEGARA, 12(Universitas Pertahanan Republik Indonesia).
Okcavia, S. C., Rudiyanto, Panji Suwarno, Pujo Widodo, & Saragih, H. J. (2022, Juni). PEMBELA TANAH AIR (PETA): BELA NEGARA SEBAGAI IMPLEMENTASI NASIONALISME DALAM KEMERDEKAAN INDONESIA, 6(Universitas Pertahanan Republik Indonesia).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI