Mohon tunggu...
Radja Haehta Sembada
Radja Haehta Sembada Mohon Tunggu... Pengacara - Penikmat keresahan ☕🌿

Kekuasaan tanpa Hukum sewenang wenang, Hukum tanpa Kekuasaan angan-angan ⚖️☕

Selanjutnya

Tutup

Politik

Faktor Penyebab Prabowo Selalu Kalah Berulang dalam Pilpres

24 Maret 2023   23:45 Diperbarui: 25 Maret 2023   00:12 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar:  CNN Indonesia

Menyambut Pemilihan Presiden, sebagai Bentuk Pesta demokrasi Negara kita dan sekaligus mandat dari UUD1945, tentu tidak terlepas dari Tokoh-tokoh yang masuk kedalam daftar Capres salahsatunya Prabowo Subianto yang selalu hadir kedalam daftar calon Presiden. 

Sejak tahun 2009, Prabowo telah berpartisipasi dalam kontestasi elektoral, awalnya sebagai cawapres yang berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri. Setelah itu, Prabowo mencalonkan diri sebagai capres di Pilpres 2014 dan 2019, meskipun gagal di ketiga kesempatan tersebut. Meskipun demikian, keuntungan Prabowo di dunia politik tampaknya belum akan berakhir, karena kader-kader Gerindra akan kembali mengusung Prabowo untuk maju lagi di Pilpres mendatang. Namun, pertanyaan besar muncul tentang apakah Prabowo masih akan populer seperti dulu mengingat ia telah bergabung ke dalam pemerintahan Kabinet Presiden Jokowi.

Apa alasan utama Prabowo selalu gagal dalam beberapa kali percobaan untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini? Sebelumnya, modal politik Prabowo cukup mumpuni secara finansial, dengan kekayaannya yang telah mencapai 2 triliun rupiah dan memiliki adik bernama Hashim Djojohadikusumo yang menempati urutan keempat puluh sebagai orang terkaya di Indonesia pada tahun 2020. Secara politik, Prabowo adalah ketua umum partai Gerindra, yang kini merupakan partai terbesar nomor dua di Indonesia dan hanya kalah dari PDIP.

Sosoknya sebagai mantan Jenderal TNI juga tidak perlu diragukan, dan ia jelas mewarisi karisma alamiah pemimpin yang umumnya dimiliki tokoh-tokoh dari militer. Basis pendukung Prabowo juga tak perlu diragukan militansinya. Namun, Prabowo dua kali kalah dalam kontestasi Pilpres, dan banyak pertanyaan timbul. 

Track record Prabowo sekitar tahun 1990 yang berujung pada pemecatannya dari militer menjadi salah satu batu sandungan yang membuatnya terganjal baik secara domestik maupun internasional kemudian disamping itu, Prabowo juga terindikasi memiliki rekam jejak kelam dalam kasus pelanggaran HAM berat, Prabowo pernah menjabat sebagai Danjen Kopassus di tahun 1998. Prabowo disebut turut menjadi pihak yang bertanggungjawab dalam kasus penghilangan paksa puluhan aktivis pro demokrasi yang kemudian menjadi memories dalam masayarakat hal inipun menjadi salah satu batu sandungan Prabowo.

Selain itu, kegagalan Prabowo dalam beberapa kali percobaan untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini juga bisa disebabkan oleh berbagai faktor lain seperti Berbagai kontroversi yang melibatkan dirinya, dan juga mungkin faktor keberuntungan, bisa juga dalam strategi kampanye yang kurang tepat contoh misalnya gaya orasi cenderung seperti gaya militer mungkin gaya seperti ini sangat cocok apabila diterapkan dijaman era Soekarno.

Namun untuk saat ini  orasi lebih santai dan bijaksana yang mungkin akan lebih bisa diterima oleh masayarakat, meskipun ia belum pernah berhasil memenangkan Pilpres, Prabowo tetap menjadi salah satu tokoh politik yang memiliki pengaruh dan popularitas yang cukup besar di Indonesia.

Namun, faktor-faktor tersebut tidak menjadi penutup tunggal dari peruntungan Prabowo di dunia politik. Terkait hal ini, modal politik menjadi konsep penting untuk memahami pertukaran dan hubungan politik. Prabowo jelas memiliki modal ekonomi, modal partai politik, modal koneksi internasional, modal elektabilitas, dan modal popularitas. 

Namun, ada modal kultural dan modal simbolik yang ikut menentukan perjalanan politik seseorang. Faktor budaya, khususnya budaya Jawa, sangat mempengaruhi sistem politik di Indonesia. Kebudayaan Jawa menekankan pentingnya harmoni dan menjaga kedamaian, yang merupakan pengikat keberagaman negara ini. Orang Jawa diharapkan berlaku sabar, rela berkorban, dan bijaksana. Hal-hal tersebut membuat nilai-nilai budaya Jawa meresap dalam sistem politik Indonesia dan menjadi pengikat keberagaman negara ini.

kekayaan dan posisi Prabowo sebagai ketua umum partai Gerindra yang saat ini menjadi partai terbesar kedua di Indonesia juga memberinya modal politik yang kuat. Selain itu, pengalamannya sebagai mantan jenderal TNI dan kepala staf komando pasukan khusus juga memberinya karisma dan kekuatan dalam memimpin dan memobilisasi pendukungnya.

Namun demikian, untuk menjadi presiden Indonesia, tidak cukup hanya memiliki modal politik yang kuat. Diperlukan pula dukungan yang luas dari berbagai kalangan masyarakat serta kemampuan dalam memimpin dan mengelola Negara. Oleh karena itu, apakah Prabowo masih populer dan memiliki peluang untuk menjadi presiden di masa depan, tergantung pada bagaimana ia mengelola karir politiknya dan bagaimana citra publik terhadapnya di masalampau maupun di masa yang akan datang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun