Mohon tunggu...
Rifki Radifan
Rifki Radifan Mohon Tunggu... -

Hanya sebatas pencinta sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Diundurnya Liga (Yang Katanya) Profesional Indonesia

19 Februari 2015   07:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:54 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14243684711958930425

[caption id="attachment_398135" align="aligncenter" width="544" caption="Jadwal ISL Kembali Di Undur"][/caption]

Diundurnya jadwal pertandingan ISL (Indonesia Super League) menurut hemat saya adalah suatu hal yang layak untuk diapresiasi. Adanya persyaratan-persyaratan yang seharusnya dilengkapi oleh klub-klub peserta ISL dan PT LI (Liga Indonesia) ternyata belum juga dilengkapi menjadi salah satu alasannya. Dalam siaran pers kemenpora, disampaikan bahwa BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) sudah melakukan komunikasi kepada PT LI dari tahun lalu sebagai pengurus ISL untuk melengkapi syarat-syarat yang sudah ditentunkan. Tetapi sampai H-4 dilakukanya kick-off persyaratan tersebut masih 50 persen dari yang diminta.

Syarat-syarat tersebut tentu berfungsi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kompetisi (yang katanya) profesional di Indonesia. Kita tentunya tidak mau ada salah seorang pemain yang meninggal gara-gara gaji tak kunjung dibayar. Atau adanya pemain yang harus membeli makan siangnya dengan jajanan pinggir jalan. Belum lagi adanya pemain asing yang harus nyambi dengan berjualan karena harus mencukupi kehidupan sehari-harinya. Atau terjadinya lagi aksi dari para pemain yang berdemo kantor PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) karena gaji yang belum dilunasi manajemen klub selama 10 bulan, malah diancam akan diberi sanksi. Lalu adanya laporan bahwa sejumlah klub tidak mempunyai NPWP, yang merupakan syarat mutlak untuk membuat sebuah perusahaan berbadan hukum. Dari kasus-kasus yang sudah dijabarkan tadi, dimana letak profesionalnya?

Bagaimanapun juga pemain sepakbola sejatinya adalah seorang pekerja dan mendapat upah. Memang, umumnya pemain sepakbola yang menjadi pemain profesional atas dasar menyenangi olahraga ini. Tapi sudah menjadi rahasia umum bahwa ada beberapa orang yang mengambil keuntungan dari keahlian mereka, sebut saja pemilik klub, penonton dan sponsor. Untuk membuat ini menjadi suatu simbioisis mutualisme, sudah seharusnya para pemain profesional mendapatkan bayaran yang setimpal.

Dalam acara Mata Najwa, Hinca Panjaitan, beliau adalah anggota dari komisi disiplin PSSI, memberi pernyataan yang menimbulkan kritik keras dari para pencinta sepakbola Indonesia, bahwa sepakbola adalah milik FIFA. Dilain waktu, Djohar Arifin selaku ketua umum PSSI mengingatkan bahwa pemerintah tidak boleh mengintervensi PSSI. Memang peraturan FIFA (Fédération Internationale de Football Association) melarang politik untuk ikut campur kedalam permainan sepakbola, tapi sudah seharusnya pemerintah melindungi rakyatnya.Melihat beberapa pemain profesional (yang tentunya juga selain pemain asing ada pemain lokal) yang hak-haknya belum terpenuhi sudah seharusnya negara melindungi mereka. Jangan sampai harus terjadi kejadian-kejadian yang memalukan lagi terjadi lalu negara baru bertindak, karena ini menyangkut nama baik negara kita. Apa yang akan orang asing katakan bahwa ada kasus pemain sepakbola profesional meninggal karena gajinya belum turun di Indonesia. Negara yang katanya akan menjadi negara besar beberapa tahun mendatang mengalahkan negara-negara maju Eropa tapi menyelenggarakan kompetisi profesional saja tidak bisa.

Pada sebuah tulisan, @zenrs mengungkapkan bahwa PSSI dan PT LI memang harus ditantang pihak luar. Disitu diungkapkan bahwa sejak dimulainya ISL pada tahun 2008 harus adanya desakan dulu baru penyelengara mau berbenah. Salah satu contohnya adalah desakan dari AFC (Asian Football Confederation) kepada klub-klub Indonesia untuk mematuhi regulasi-regulasi yang sudah ditetapkan, tetapi nyatanya masih ada poin-poin yang belum dipenuhi sesuai dengan apa yang BOPI rekomendasikan sekarang. Zen juga mengatakan salah satu contoh lagi adalah desakan dari masyarakat kepada KIP (Komite Informasi Publik) yang menyatakan bahwa PSSI adalah badan publik, yang mewajibkan PSSI memberikan informasi publik berupa laporan pengelolaan tiap tahunnya. Dan akhirnya majelis Hakim PN Jakarta Pusat menguatkan putusan tersebut (via: @FDSI_tweet).

Semua pecinta sepakbola Indonesia pasti menginginkan timnas kita berprestasi. Menjadikan sepakbola bahan obrolan yang menyenangkan lagi di masyarakat kita. Tentu saya pribadi menginginkan melihat orang-orang membahas sepakbola kita di tempat-tempat umum seperti sekolah, tempat kerja, terminal, pangkalan ojek atau sekedar menjadi obrolan ringan sambil menunggu kopi panas yang disajikan di warung kopi mulai mendingin, sungguh indah bila dibayangkan. Tapi itu harus dilakukan dengan perubahan-perubahan yang mendasar tentunya. Roma tidak dibangun dalam satu hari, begitu juga dengan prestasi sepakbola Indonesia. Jangan sampai istilah, "masa dari 250 juta penduduk Indonesia gak ada yang bisa maen bola", masih menjadi tren dimasa anak dan cucu kita.

bagian kedua dari tulisan ini bisa dilihat disini.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun