Mohon tunggu...
Irwan121
Irwan121 Mohon Tunggu... Human Resources - Menulis Budaya, Politik dan Filsafat

Penggagas Intelijen Maritim, Koordinator Gerakan Nasional Sadar Maritim, Penulis, Pengagum BUYA HAMKA, Rakyat Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mempertemukan Konsepsi Tan Malaka dan Tjokroaminoto dalam Tatanan Indonesia Merdeka Baru

20 April 2020   21:05 Diperbarui: 20 April 2020   21:21 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pandemi covid-19 pada akhirnya hanyalah pembuka tabir, betapa rakyat kita sesungguhnya masih teramat miskin, betapa negara juga tidaklah siap menyelamatkan rakyat, bukan dari bahaya pandemi saja, tetapi juga dari bencana kelaparan yang menghampar didepan mata. Negara ini terancam gagal. Dan ini tidak datang mendadak.

Tahun demi tahun kita lewati sebagai rakyat bangsa, pemimpin datang silih berganti, politisi muncul dan pergi, rakyat tetaplah miskin. Rakyat masih harus berjuang antara hidup dan mati hanya untuk sekedar mencari penghidupan. Mereka masih jauh dari perlindungan keamanan dan perlakuan hukum dan kehidupan sosial yang berkeadilan.

Rakyat tetaplah saja pihak yang tersudutkan oleh sistem kekuasaan yang memiskinkan dan memperbodoh. Jargon politik tiap era kekuasaan hanyalah hiasan dimulut para politisi yang kemudian setelah berkuasa tetaplah berwatak menindas dan menghisap.

Dan ketika dihantam pandemi sekelas covid-19, tidak satupun instrumen kekuasaan yang mampu menyembunyikan fakta bahwa ternyata rakyat kita memanglah tidak siap lahir bathin, mereka rakyat yang setelah puluhan tahun merdeka tetap saja miskin papa, melarat dan tidak percaya diri.

Membaca tulisan di atas, maka kita sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang terjadi pada rakyat kita hari ini adalah perjalanan panjang penderitaan rakyat yang senantiasa melingkupi kehidupan mereka, siapapun yang berkuasa, partai politik manapun yang memenangkan pemilu.

Tandanya, kita harus mengakui bahwa kemiskinan dan kebodohan rakyat memanglah dilakukan oleh sistem jahat yang tetap hidup dalam kekuasaan rezim apapun. Mereka adalah mesin penyiksa rakyat yang dioperasionalisasi oleh para politisi dan aparatur pemerintahan yang bermental maling dan culas.

Dan jika saja disebutkan bahwa kemerdekaan adalah sebuah "jembatan emas" menuju masyarakat yang adil dan makmur, maka tidaklah berlebihan jika kita menyimpulkan bahwa jembatan emas itu puluhan tahun hanyalah penghantar bagi kemakmuran elit politik dan penguasa semata, tidak bagi rakyat.

Maka gugatan Tan Malaka kepada banyak elit sejak awal merdeka tentang konsepsi Merdeka 100% pada akhirnya menjadi kenyataan, bahkan setelah 75 tahun Indonesia merdeka. Dan rakyat tetaplah terpinggirkan oleh sistem kekuasaan yang menindas puluhan tahun.

Menarik untuk kemudian apabila kita menalar konsepsi Tan Malaka tentang merdeka 100% yang seharusnya secara praksis dijalankan oleh kekuasaan politik demi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Konsepsi merdeka 100% haruslah menjadi pintu masuk kesetaraan antara rakyat dan elit penyelenggara politik kekuasaan.

Konsepsi inilah yang selama Indonesia merdeka diabaikan oleh kekuasaan demi kekuasaan yang berganti hanya untuk tetap melanggengkan dominasi elit terhadap rakyat.

Secara ideologis, konsepsi Tan Malaka ini merupakan sebuah tuntutan fundamental bagi terciptanya masyarakat adil dan makmur sebagaimana amanat konstitusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun