Mohon tunggu...
Radityo Ardi
Radityo Ardi Mohon Tunggu... Lainnya - Cuma manusia biasa, banyak salahnya. Gimana donk?

Lewat 7 tahun lebih tinggal di Singapura. Banyak pelajaran, masih banyak juga yang harus dipelajari dari negeri yang disebut titik merah di peta oleh Habibie. Blog lainnya di https://mas-rdz.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Memahami Kecelakaan Lion Air dari Kecelakaan BOAC Tokyo 1966

25 April 2013   02:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:39 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali ke Lion Air tadi, (diduga) pesawat tersebut mengalami angin jatuh (downdraft) secara tiba-tiba hingga menyebabkan pesawat kehilangan daya dorong lalu terhempas ke lautan. Bahkan pakar penerbangan dari luar negeri juga angkat bicara mengenai perubahan cuaca downdraft yang kebetulan pada saat yang tepat, cepat dan terbatas, terjadi di ujung runway Bandara Ngurah Rai Bali dan mengenai Lion Air. Kita semua tak pernah menduga, bahwa ada banyak faktor yang membuat pesawat celaka. Dan dari semua penyelidikan, hampir 70% melibatkan faktor manusia, meski manusia bukan faktor utama. Dan sebagian besar kecelakaan pesawat bukan karena faktor manusia semata, namun kombinasi dari banyak faktor seperti cuaca, kondisi pesawat, kondisi manusia, pilot, dan semua pihak yang terlibat. Cuaca cerah pun tak menjamin pesawat selamat, apalagi cuaca buruk.

Dikatakan bahwa di mata awam, kecelakaan pesawat terbang kerap ditanggapi dengan air mata, kekecewaan, kemarahan, dan tentunya upaya mencari kambing hitam. Sedang bagi insan penerbangan, kecelakaan udara memang dipandang sebagai sisi positif bahwa masih banyak celah-celah yang harus dibenahi dan disempurnakan. Kita tak pernah tahu bahwa teknologi yang ada di pesawat saat ini sebenarnya sudah sangat canggih untuk melakukan perjalanan tanpa pilot, tetapi kenapa pilot masih diperlukan? 2 orang pulak? Supaya pilot mampu mengambil kendali ketika komputer di pesawat tak mampu lagi "membaca" situasi yang tak mampu dikontrol komputer.

Terlepas dari itu semua, korban diharapkan juga mampu mengambil sisi positif dari kejadian ini, bahwa ada sistem yang perlu dibenahi, baik dari produsen pesawat, pilot, ground-crew, regulasi penerbangan, maupun maskapai penerbangan. Setiap kecelakaan adalah "makanan" bagi semua pihak, untuk menyempurnakan sistem dan regulasi yang sudah berjalan. Ini adalah kecelakaan, bukan sebuah peristiwa macam pencurian atau pembunuhan yang harus menuntut ganti rugi setimpal. Semua pihak tak ada yang diuntungkan, Lion Air rugi karena harus membayar santunan plus kehilangan pesawat barunya, sedangkan korban juga rugi baik secara psikis dan fisik. Tak satupun menginginkan kecelakaan ini, tetapi diharapkan semua pihak mau mengerti dan memahami di balik kecelakaan udara yang terjadi di Bali ini.

Dan yang terpenting, tetap bersyukur masih diberi nyawa sampai hari ini.

Referensi: Majalah Angkasa Edisi Koleksi No. 52 Tahun 2008 http://en.wikipedia.org/wiki/BOAC_Flight_911 http://en.wikipedia.org/wiki/Boeing_707

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun