Mohon tunggu...
Raditya Jati Wirayuda
Raditya Jati Wirayuda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Benarkah Transplantasi Organ Menyebabkan Kanker?

24 September 2017   00:02 Diperbarui: 24 September 2017   00:52 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Di dalam tubuh manusia terdapat berbagai macam organ yang bekerja, contohnya seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal, dll. Definisi dari organ itu sendiri adalah kumpulan beberapa jaringan yang bekerja melakukan sebuah tujuan tertentu di dalam tubuh. Organ-organ pada tubuh manusia memiliki peranan yang sangat penting. Namun coba kalian bayangkan jika suatu hari organ pada tubuh kita mati, rusak, atau tidak dapat berfungsi lagi. Mungkin zaman dahulu kita akan bingung bagaimana penanganan nya jika terjadi hal seperti itu. Tetapi pada zaman modern ini, ilmu di bidang medis sudah berkembang pesat. Sekarang kita sudah dapat menangani hal tersebut dengan mudah, kita dapat menangani hal tersebut dengan melakukan transplantasi organ.

Lalu apa sih sebenarnya transplantasi organ itu? Transplantasi organ merupakan pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu bagian ke bagian yang lain pada tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang telah rusak atau tak befungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Organ yang didonorkan bisa berasal dari manusia yang masih hidup atau yang telah meninggal.

Di zaman modern seperti sekarang ini, transplantasi organ adalah hal yang marak pada bidang medis. Saat ini di Indonesia sendiri, telah banyak dilakukan transplantasi seperti yang telah dilakukan di negara-negara maju. Contoh beberapa organ tubuh yang dapat didonorkan adalah hati, jantung, paru-paru, pankreas, organ pencernaan, timus, dan kulit. Tetapi transplantasi organ yang paling sering dilakukan adalah transplantasi ginjal, transplantasi hati dan, transplantasi jantung. Sedangkan organ yang paling jarang ditransplantasikan adalah usus.

Transplantasi itu sendiri dibagi menjadi empat macam, yaitu tansplantasi autologus, transplantasi alogenik, transplantasi singenik, dan transplantasi xenografi. Transplantasi autologus adalah perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh itu sendiri, yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi. Sedangkan transplantasi alogenik adalah perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama spesiesnya, baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga.  

Transplantasi singenik yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang identik, misalnya pada kembar identik. Dan yang terakhir adalah transplantasi xenografi yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang tidak sama spesiesnya; transplantasi jenis ini adalah yang paling jarang dilakukan dalam tidakan medis. Namun dibalik segala manfaatnya tersebut ada mitos yang mengatakan bahwa transplantasi organ dapat menjadi pemicu terjadinya kanker. Apakah hal ini benar?

Banyak orang berkata bahwa transplantasi organ dapat memicu terjadinya kanker, karena hal ini dilakukanlah penelitian lebih lanjut oleh sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Eric A. Engels dari National Cancer Institute (NCI). Ia memaparkan bahwa jika 7 dari 1.000 orang populasi diduga dapat terkena kanker. Sedangkan kira - kira sekitar 13 atau 14 di antara 1.000 pasien transplantasi selama satu tahun dapat terkena kanker. 


Pada tanggal 2 November 2011 mereka menuliskan sebuah laporan di Journal of the American Medical Association. Ia menyatakan bahwa adanya peningkatan resiko terkena hingga 32 jenis kanker. Resiko jenis kanker yang diterima dapat dipengaruhi pada jenis transplantasi yang dilakukan, contohnya resiko kanker paru-paru meningkat pada orang yang menerima transplantasi paru-paru, dan resiko kanker hati meningkat pada orang yang menerima transplantasi hati. Tetapi ditemukan juga peningkatan terjadinya jenis kanker yang tidak berhubungan dengan jenis transplantasi yang dijalani.

Jenis kanker yang paling sering ditemukan pada penerima transplan organ adalah kanker paru-paru sebnyak 13%, kanker hati sebanyak 9%, dan kanker ginjal sebanyak 7%. Walupun begitu banyak sekali para ahli yang menyatakan bahwa transplantasi organ lebih bermanfaat dibandingkan resiko yang ada.

"Orang-orang perlu memahami bahwa transplantasi adalah salah satu kisah sukses di dunia medis. Itu adalah cara penanganan yang paling efektif untuk orang yang memiliki penyakit pada organ nya" Begitulah kata Dr. Eric A. Engels. Ia juga menambahkan bahwa populasi ini memiliki pola risiko kanker yang unik sehingga para penerima transplantasi harus disaring dan diikuti dengan hati-hati.

Dr. Eric Engels mengatakan bahwa bagi anak - anak dan remaja yang membutuhkan organ, transplantasi merupakan oprasi yang menyelamatkan nyawa. Hal ini membantu orang - orang yang memiliki penyakit organ yang berat. Maka dari itu, orang tua harus mendukung anaknya dibandingkan memikirkan risiko karena transplantasi benar -benar dibutuhkan oleh anak mereka.

Dr. Eric Engels mengkaji data sebanyak hampir 176.00 transplantasi organ yang dilakukan sekitar tahun 1987 sampai 2008 di AS. Dr. Eric Engels bersama timnya menemukan bahwa angka kejadian kanker secara keseluruhan adalah 2,1 kali lebih tnggi bila dibandingkan dengan apa yang diharapkan. Penyakit limfoma non -Hodgkin meningkat lebih dari tujuh kali lipat risikonya. Tingkat kanker paru - paru dan hati juga meningkat. Menurut penelitian yang ada, insiden kanker ginjal juga meningkat hampir lima kali lipat pada semua orang yang menerima transplantasi.

Saat ini kanker menjadi salah satu penyakit yang mematikan dan paling ditakuti. Kanker dapat menyebabkan sel-sel pada tubuh kita berubah menjadi sel kanker. Beberapa penyebab hal ini dapat terjadi adalah sinar UV dan sinar X serta bahan kimia seperti Benxopyrene. Sel kanker tersebut dapat tumbuh tak terkendali atau pembelahan sel melebihi batas normal, kanker juga dapat menyebabkan sel untuk menyerang jaringan biologis di sekitarnya dan bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui siklus darah atau sistem limfatik atau biasa disebut dengan metastasis. Metasis inilah yang akhirnya dapat menyebabkan kematian bagi manusia yang menderita kanker.

sebagian besar dari kanker biasanya menimbulkan tumor, tetapi ada beberapa yang tidak seperti leukimia. Kanker dapat menyebabkan banyak sekali gejala yang berbeda - beda. Semua ini bergantung pada lokasi kanker dan keganasan kanker itu sendiri, serta ada tidaknya metastasis untuk transportnya. Diagnosis kanker biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah selesai didiagnosis, kanker biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi, atau radiasi, sebagai tindakan penyembuhan.

Kebanyakan kanker menyebabkan kematian. Berdasarkan kompas.com, Kanker adalah sebagai salah satu penyebab utama kematian di negara - negara berkembang, disamping itu juga ada penyakit jantung iskemik dan stroke. Kebanyakan dari kanker dapat dirawat, dan banyak yang berhasil disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal sebelum kanker mulai memburuk. Kebanyakan kanker berhubungan dengan faktor lingkungan di sekitar kita  yang sebenarnya bisa dihindari, namun sengaja tidak dihindari. Salah satunya adalah merokok. Merokok merupakan penyumbang kanker yang lebih besar dari unsur lingkungan. Kanker juga dapat disebabkan oleh radiasi yang berlebihan.

"Tumor yang dalam bahasa Latin memiliki arti pembengkakan menunjuk massa jaringan yang tidak normal, tetapi dapat berupa "ganas" (bersifat kanker) atau "jinak" (tidak bersifat kanker)"

 Hanya tumor ganas saja yang mampu menyerang jaringan lainnya ataupun bermetastasis. Penyebaran kanker dapat melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ lain.

Dari penjelasan di atas kita dapat melihat bahwa sudah ada penelitian yang memberikan data bahwa orang yang melakukan transplantasi organ memiliki resiko terkena penyakit kanker. Ada beberapa faktor mengapa transplantasi organ berpengaruh pada peningkatan resiko terkenanya kanker.

Penyebab yang pertama adalah orang yang menerima transplantasi organ memang sudah memiliki sel kanker pada dirinya, misalnya seseorang memiliki kanker hati sehingga ia membutuhkan transplantasi hati. Meskipun proses transplantasi telah usai tapi tetap ada kemungkinan tetap ada sel kanker yang berkembang dan menyebabkan sel kembali.

Penyebab yang kedua adalah imunosupresan. imunosupresanmerupakan sebuah obat yang harus di konsumsi oleh penerima transplan. Obat ini bekerja dengan cara menekan sistem kekebalan tubuh dan berguna untuk mencegah penolakan organ baru pada tubuh. Sesuai dengan fungsinya, kita dapat tahu kalau obat ini digunakan untuk melemahkan sistem imun tubuh agar organ baru di dalam tubuh tidak diserang. Dr. Darla Granger yang merupakan direktur progam transplantasi pankreas di St. John Hospital and Medical Center, Detroit mengatakan bahwa dengan menekan sisten kekebalan tubuh dapat meningkatkan risiko terkenanya penyakit kanker, sedangkan pasien yang dari awal sudah terkena penyakit kanker harus memiliki sistem kekebalam tubuh yang kuat untuk melawan kanker ini.

Jika sistem kekebalan pada tubuh kita melehmah maka akan membuat virus-virus mudah masuk kedalam tubuh kita.Kemudian virus-virus inilah yang dapat menjadi pemicu tumbuhnya kanker. Dr. Lewis Teperman yang merupakan kepala bedah transplantasi di NYU Langone Medical Center, New York City menegaskan bahwa setelah proses transplantasi ada kemungkinan berkembangnya tumor tertentu, padahal tumor itu sendiri berkaitan dengan virus sedangkan tubuh mengkonsumsi imunosupresanyang dapat melemahkan sistem imun tubuh. Sebuah penelitian juga mengatakan bahwa 71 persen dari penderita kanker akibat transplantasi adalah anak-anak.

Sebuah penelitian baru-baru ini yang ada di Amerika menyatakan bahwa ada hubungan antara transplantasi organ dengan kanker kulit. Kanker kulit yang timbul diakibatkan oleh obat imunosupresan yang sudah dijelaskan sebelumnya di atas. Ada sekitar 413 rekaman medis yang dianalisa, dan 63 persen di antaranya adalah orang yang bukan ras putih. Di antara pasien - pasien yang berkulit hitam, kanker kulit diketahui pada tahap - tahap yang masih awal. Hal ini penting karena orang yang berkulit putih memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker kulit dibandingkan dengan mereka yang memiliki kulit gelap. Namun kesimpulan yang diambil oleh para peneliti ini masih dalam kemampuan yang menekankan bahwa kemampuan  masih cukup terbatas. Hal ini dikarenakan pasien yang terkena kanker kulit termasuk kecil.

Dari berbagai macam penjelasan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa transplantasi organ dapat menyebabkan munculnya resiko terkena kanker pada orang yang menerima transplan organ tersebut. Kanker ini dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor yang pertama karena sel kanker sudah ada di dalam tubuh sang penerima transplan sebelum terjadinya transplantasi organ.

Faktor yang kedua adalah penerima transplan harus mengkonsumsi imunosupresan yang dapat menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh. Hal ini membuat tubuh dapat dengan mudahnya terjangkit virus yang memicu tumbuhnya kanker. Namun selain risiko terkena kanker, penerima transplan juga harus memikirkan risiko lain yang mungkin dapat dideritanya juga seperti infeksi dan penolakan organ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun