Mohon tunggu...
Ryanda Adiguna
Ryanda Adiguna Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pernah jadi: - Paskibraka. - Pertukaran Pemuda. - Duta Wisata. - Penerima Beasiswa. - Pengajar Muda. "Menulislah, agar orang di masa yang akan datang tahu kalau kau pernah hidup di masa lalu"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Panggilan Bekerja di Ujung-ujung Indonesia (Pendaftaran Pengajar Muda XVII Dibuka)

31 Mei 2018   13:38 Diperbarui: 31 Mei 2018   14:30 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://indonesiamengajar.org/

Kamu boleh gelisah atas segala hal. Kuliah, beasiswa, jodoh, karir. Atau jerawat. Atau berat badan. Sebutkan segalanya.

Tetapi kamu juga berhak gelisah atas sesuatu di luar diri kita. Tentang bangsa ini, anak-anak Indonesia, desa-desa terpencil, guru-guru sekolah terjauh atau para pengabdi sesama di berbagai ujung negeri ini. Sebutkan pula segalanya.

Delapan tahun Gerakan Indonesia Mengajar bekerja. Sepanjang itu pula kami memungut rasa bahagia senyampang kami bekerja di berbagai penjuru negeri ini. Bertemu para guru dan pengabdi yang tulus serta bergaul dengan wajah-wajah penuh harapan. Kami panen bahagia karena di lubuk terdalam, kami bersyukur bahwa Tuhan memberi keberanian dan ketabahan bagi kami untuk sekadar secuil bekerja bagi kemajuan bersama.

---Hikmat Hardono, Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar---

Kalimat di atas adalah pengantar dari kampanye pendaftaran Pengajar Muda Angkatan XVII tahun 2018. Kalimat yang dibuka oleh kegelisahan. Mungkin, kegelisahan itu pula yang menjaga gerakan ini tetap ada hingga hingga memasuki tahun ke delapan.

Kegelisahan juga yang membawa saya mendaftar Pengajar Muda Angkatan VIII di tahun 2013.

"Ada lagi yang ingin disampaikan?", tanya Bu Yundri yang saat itu mewawancarai saya di Direct Assessment Calon Pengajar Muda VIII.
"Ada bu. Ini kegelisahan tentang pendidikan saya sejak TK hingga SMA. Saya curiga kalau selama ini pendidikan saya diibiayai oleh negara padahal belajar di sekolah swasta"

Namanya Sekolah Cendana yang berada di dalam kawasan eksplorasi minyak PT. Chevron (dulu bernama Caltex). Dari tingkat TK hingga SMA masing-masing punya gedung sendiri. Gurunya baik dan kelasnya bagus. Halaman sekolahnya luas dengan fasilitas yang berkelas. Tahun 2017 lalu alumninya adakan reuni akbar 60 tahun. Artinya Cendana sudah eksis sejak tahun 1957.

Sekolahnya bebas banjir, bebas polusi udara, bebas dari mati lampu. Jauh dari kebisingan sehingga bisa belajar dengan lebih tenang. Saat pulang sekolah, bus sudah siap sedia mengantar siswa ke tujuan. Begitu juga di pagi hari, bus menunggu di tempat-tempat yang ditentukan untuk mengantar siswa ke sekolah.

Lapangan olahraganya bervariasi. Mulai dari lapangan template (yang biasa ada di sekolah-sekolah lain) seperti lapangan basket, sepakbola, bulutangkis hingga yang un-template seperti lapangan tenis, softball, kolam renang, hingga bowling dan squash.

Dengan asupan fasilitas berlebih membuat prestasi sekolah lebih beragam dari sekedar juara lomba cerdas cermat atau lomba bidang akademik lain. Salah satunya, Juara Grand Prix Marching Band (GPMB) tingkat nasional lewat ekskul Bahana Cendana Kartika (BCK). Tidak semua sekolah punya ekskul ini. Saya bangga walaupun tidak ikut esksul tsb.

"Konon kabarnya, ada pengeluaran dari sekolah itu dibiayai oleh negara dari komponen pembiayaan bernama cost recovery. Salah satu indikasinya, orang tua saya tidak pernah keluarkan duit untuk beli buku cetak setiap saya naik kelas saat tahun ajaran baru. Semuanya gratis."

"Jika memang benar sekolah itu dibiayai dari cost recovery, artinya pendidikan saya sejak TK hingga SMA dibayarkan oleh negara. Saya mau tebus itu dengan menggadai waktu saya untuk setahun mengajar di sekolah yang fasilitasnya tidak selengkap di sekolah saya. Kalaupun berita itu tidak benar (dibiayai dari cost recovery), saya tetap mau ke sana karena sudah bisa bersekolah dengan fasilitas yang baik."

Akhirnya saya diterima dan berangkat menjadi Pengajar Muda Angkatan VIII. Ditugaskan sebagai pengajar, tapi pada akhirnya saya yang lebih banyak belajar selama 1 tahun.

Saya mendapat kesempatan  "menggelisahi" yang lebih berharga dari sekedar gelisah akan berat badan, jerawat, atau kenapa Ramos narik tangan Mo Salah sehingga dia cedera di final liga champion 2018, dan kegelisahan lainnya.

Mari daftar Pengajar Muda Angkatan XVII untuk menikmati satu tahun paling berharga di ujung-ujung Indonesia. Syarat:

1. Warga Negara Indonesia

2. Belum menikah

3. Sehat secara fisik dan mental

4. Bersedia ditempatkan di daerah terpencil selama satu tahun.

5. Lulus kuliah Strata 1 (S1) dan terbuka untuk seluruh jurusan

6. Diutamakan yang sudah berpengalaman minimal satu tahun.

7. Diutamakan di bawah 29 tahun dan memiliki nilai akademis yang baik.

Kunjungi bit.ly/DAFTARPM17


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun