Bullying merupakan tindakan yang sangat tidak menyenangkan, biasanya pelaku bullying melakukan kekerasan baik verbal maupun non verbal ke korban. Mereka juga mengintimidasi korban dan mengucilkan korban. Hal tersebut menyebabkan perasaan yang tidak nyaman, korban akan merasa tertekan terus menerus diperlakukan seperti itu.Â
Dilansir dari Psychology Today, penyebab bullying di tempat kerja mungkin melibatkan faktor individu dan organisasi, seperti pemimpin yang toxic, narsisme, rasa insecure, kurangnya kontrol, desain pekerjaan yang bermasalah (misalnya, konflik peran), dan masalah yang berkaitan dengan budaya dan politik organisasi .
Bullying sendiri ternyata tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, tetapi di lingkungan kerja juga kerap terjadi. Dilansir dari jurnal Psikologi mengenai Bullying di Tempat Kerja di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gunawan, Prihanto, dan Yuwanto terdapat 49% pekerja yang melihat pembullyan di tempat kerjanya.Â
Hal tersebut menyebabkan mereka menjadi marah, terluka, sedih, kecewa, kehilangan rasa percaya diri, marah pada diri sendiri, merasa terisolasi, frustrasi di tempat kerja, dan mengalami ketakutan dalam menghadapi orang lain. selain itu mereka juga mengalami sikap defensif, hilangnya komitmen kerja, dan dorongan untuk berhenti dari pekerjaan.
Kebanyakan kasus pembullyan yang dilaporkan ke pihak berwajib hanya pembullyan di lingkungan sekolah. Sangat jarang sekali kasus pembullyan di lingkungan kerja sampai ke pihak yang berwajib. Hal tersebut menjadikan kasus pembullyan di lingkungan kerja seperti gunung es karena sulit diungkap dan diangkat ke permukaan.Â
Hal tersebut terjadi karena banyaknya kasus pembullyan, tetapi tidak ada diantara korban-korban yang melaporkan pembullyan yang mereka alami. Mereka lebih memilih diam karena tidak berani atau ada yang sampai diancam akan dibully lebih parah lagi.
Contoh nyata kasus pembullyan di tempat kerja ini seperti kasus pelecehan pegawai di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Kasus tersebut masuk dalam kasus bullying verbal, dimana korban mendapatkan pelecehan dari seniornya di kantor. Hal tersebut berawal dari korban MS menulis sebuah surat dan kemudian viral di media maya.Â
Korban MS sudah dibully sejak awal dia masuk kerja, ia dilecehkan, dipukul, dimaki-maki dan dirundung tetapi ia tidak bisa melawan pelaku yang membullynya tersebut. Kemudian pada tahun 2015 korban mendapatkan pembullyan yang sangat parah sampai ke arah pelecehan. Dari pembullyan tersebut ia mengalami trauma yang berat dan emosinya menjadi tidak stabil.
Pada puncaknya karena tidak kuat dibully secara terus menerus korban MS sudah dua kali melaporkan pembullyan yang ia alami ke Polsek Gambir. Tetapi tidak pernah mendapat tanggapan dari Polsek Gambir. Kemudian ia membuat surat mengenai pelecehan yang ia alami dan viral di media maya, dari surat tersebut ia mendapatkan ancaman dari para pelaku.
Korban MS juga meminta dukungan dari Komnas Perempuan  atas kasus pelecehan yang ia alami. Menurut Komisioner Komnas Perempuan Siti Aminah harus ada dorongan dari berbagai pihak agar mental korban MS pulih kembali.Â