Mohon tunggu...
Rachmah Dewi
Rachmah Dewi Mohon Tunggu... Penulis - DEW | Jakarta | Books Author | Certified Content Writer and Copywriter

Books Author | Certified Content Writer and Copywriter | Email: dhewieyess75@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Budayakan untuk Tidak Meminta Gratisan Walau pada Sahabat Sendiri

15 Desember 2017   14:57 Diperbarui: 15 Desember 2017   21:40 2568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: www.vemale.com

Saya setuju di antara kalian, pasti mempunyai sahabat karib atau sahabat dekat atau sahabat yang sudah seperti saudara kandung sendiri. Ada? Jika ada, kita sama! Lalu korelasinya dengan artikel ini apa? Oke mari kita mulai.

Baru-baru ini, bukan sombong atau mau pamer, saya memang menerbitkan buku. Komentar serta ucapan selamat dilontarkan beragam mulai dari orang-orang terdekat maupun orang yang nggak dekat-dekat amat.

Ada yang bilang, "Selamat ya! Udah nerbitin buku! Cakep banget. Semoga laris manis. Saya order dong"

ada juga yang awalnya basa-basi lalu ujung-ujungnya minta gratis: "Selamat ya, bukunya udah terbit. Semoga sukses terus, ini buat gue nggak dikasih gratis nih."

Membaca komen pertama yang banyak berisikan doa, tentu wajah saya senang dan berbinar-binar. Saya aamiinkan dalam hati. Lalu ketika membaca komen kedua, awalnya saya senang, lalu ketika membaca kalimat "Ini buat gue nggak gratis nih?" seketika saya langsung hening dan bertanya pada diri sendiri. Gratis? Halloo lu gak tau ya susahnya nulis buku kayak gimana?

Oke lanjut..

Apa sih yang ada di benak kalian mendengar kata "penulis" yang orang yang kerjaanya nulis lah! Iya benar. Lalu apakah mereka cuma sekadar nulis asal tanpa ada juntrungannya hingga bisa menjadi buku? Tentu saja tidak, kan?

"Sok tahu lo dew! Tahu apa lo tentang dunia tulis menulis? Buku lo aja belum sampe 10 atau 20." Ya memang, saya tergolong baru, newbie di dunia kepenulisan. Buku yang saya hasilkan saja masih bisa dihitung jari. Tapi bukan berarti penulis pemula tidak tahu susahnya menulis buku, bukan?

Menulis buku itu susah! Serius, susah! Kenapa susah? Karena sebelum buku itu jadi, sebelum naskah-naskah buku itu diterbitkan, para penulis itu harus memikirkan 3 hal ini. Apa saja? Yuk saya bongkar di sini ya:

  • Membuat Premis
    Buat premis! Apa itu premis? Premis itu adalah pegangan untuk para penulis, agar dia tahu cerita apa yang akan dia tulis. Agar cerita yang dia tulis tidak lari ke mana-mana.

    Saya sebagai penulis pemula, dulu memikirkan premis sampai seminggu. karena sebelumnya saya juga riset buku apa sih yang banyak disukai pembaca di toko-toko buku. Premis itu penting banget bagi seorang penulis, agar buku yang dia tulis tidak merembet ke mana-mana.

    Misalnya si penulis ingin bikin buku tentang meningkatkan kapasitas diri bagi para penduduk desa dengan belajar menulis lewat internet. Nah maka premisnya adalah harus tentang itu tidak boleh keluar dari hal yang dia ingin tulis. Tidak mungkin jika seorang penulis buku yang ingin menulis buku tentang internet, lalu dia menuliskan hal tentang pernikahan juga di bukunya tersebut. Sama sekali gak nyambung, bro!

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun