Mohon tunggu...
Rachmah Dewi
Rachmah Dewi Mohon Tunggu... Penulis - DEW | Jakarta | Books Author | Certified Content Writer and Copywriter

Books Author | Certified Content Writer and Copywriter | Email: dhewieyess75@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dari Limbah Jadi Rupiah yang Membawa Berkah

1 Juni 2016   10:49 Diperbarui: 1 Juni 2016   12:23 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perajin membuat kerajinan radio berbahan daur ulang kayu di workshop bengkel kerajinan kawasan Margahayu, Bekasi, Jawa Barat, Senin (9/5). Perajin memanfaatkan bahan daur ulang kayu itu untuk dibuat kerajinan tangan, radio, lampu hias dan pajangan scooter yang dijual dari Rp150 ribu hingga Rp500 ribu tergantung ukuran dengan pemasaran hingga Malaysia, Jepang dan Korea. ANTARA FOTO/Risky Andrianto

So I listen to the radio (listen to the radio) All the songs we used to know (listen to the radio).

So I listen to the radio (listen to the radio) Remember where we used to go.

I listen to the radio (listen to the radio) All the songs we used to know (listen to the radio).

I listen to the radio (listen to the radio) Remember where we used to go.

Pasti kalian sudah tidak asing lagi mendengar sepenggal lirik lagu diatas. Ya, lagu yang berjudul Radio yang dinyanyikan oleh band asal Irlandia, The Corrs ini memang popular di era tahun 90-an, bahkan sampai sekarang, lagu ini tetap asyik untuk didengar.

Berbicara tentang radio, mungkin keberadaan nya sekarang agak terlupakan. Karena mayoritas di zaman sekarang ini, orang-orang mendengarkan musik melalui music player atau MP3 di telepon selulernya. Baru-baru ini, berawal dari hobby saya yang gemar berselancar di dunia maya untuk menggali beragam informasi, saya melihat ada proses pembuatan radio yang sangat unik. Kenapa kok saya bilang unik? Ya, karena pembuatan radio ini berasal dari limbah yang didaur ulang.

Limbah yang digunakan untuk membuat kerajinan | Sumber: instagram javaleaf.bekasi
Limbah yang digunakan untuk membuat kerajinan | Sumber: instagram javaleaf.bekasi
Tanpa pikir panjang karena ini akan menjadi bahasan yang bermanfaat menurut saya, maka saya langsung berbincang-bincang dengan salah seorang leader pembuat radio unik tersebut. Karena keterbatasan waktu maka saya hanya berbincang-bincang dengan beliau melalui email. Ternyata pembuatan radio unik dengan menggunakan limbah itu digawangi oleh suatu perkumpulan yang terdiri dari bermacam status sosial, mulai dari disabilitas, pengangguran, dan anak-anak putus sekolah. 

Nama perkumpulan tersebut adalah Javaleaf, saya mengobrol-ngobrol sedikit dengan leader dari Javaleaf tersebut yang bernama Irfan Kurniawan. Beliau menuturkan kepada saya, bahwa Javaleaf ini bukan komunitas, tetapi hanya perkumpulan orang-orang yang peduli lingkungan dan manusia dan dibina juga di Padepokan Garuda Muda Kota Bekasi. Terciptanya Javaleaf ini karena berawal dari sampah, bahkan pembuat seni kreatifnya cenderung juga 'sampah' karena kebanyakan dari mereka adalah orang disabilitas, pengangguran dan putus sekolah.

Javaleaf ini, berdiri pada tahun 2012, sebenarnya selain membuat radio, Javaleaf ini juga membuat berbagi produk punya lampu candy lamp yg terbuat dari limbah koran, miniatur ikan koki dari batok kelapa, dan miniatur scooter batik. Dan radio ini adalah produk ke-4 yang dibuat oleh Javaleaf. Javaleaf menamai produk radio buatan nya dengan radio “Kobex’s” alias radio Kota Bekasi.

Proses pembuatan radio kayu Kobex's | Sumber gambar: Instagram javaleaf.bekasi
Proses pembuatan radio kayu Kobex's | Sumber gambar: Instagram javaleaf.bekasi
Saya sangat tertarik untuk mengetahui lebih lanjut produk radio ini, karena menurut saya pembuatan nya sangat unik. Seperti yang saya sudah katakan diawal, pembuatan radio ini melalui limbah. Tetapi bentar deh… limbah bukannya udah gak berguna ya? Eh jangan salah! limbah peti kemas bekas tomat, kentang, wortel yang diambil dari pasar inilah sebagai bahan baku pembuatan radio. Tentunya, pembuatan radio “Kobex’s” dengan bahan baku limbah ini, menemukan juga kesulitan.

Irfan selaku leader Javaleaf menuturkan kepada saya bahwa ternyata kesulitan dalam pembuatan radio ini pada awalnya ada di masalah bahan baku kayu. “Kita harus pilah-pilih mana kayu yang bagus mana yang gak bagus. Dan kurangnya peralatan kerja untuk membuat radio ini pada awalnya menjadi hambatan bagi kami.”

Tadaaa... Ini hasil Radio yang sudah jadi dibuat | Sumber: Instagram javaleaf.bekasi
Tadaaa... Ini hasil Radio yang sudah jadi dibuat | Sumber: Instagram javaleaf.bekasi
Harga radio kayu ini bervariasi sesuai dengan tingkat kesulitan yang dibuat | Sumber gambar: Instagram javaleaf.bekasi
Harga radio kayu ini bervariasi sesuai dengan tingkat kesulitan yang dibuat | Sumber gambar: Instagram javaleaf.bekasi
Dan untuk pembeli yang ingin membeli radio unik ini, haruslah merogoh kocek mulai dari harga 380 ribu rupiah sampai 10 juta rupiah, tergantung jenis pesanan dan tingkat kerumitan. Untuk radio ini sendiri, di Kota Bekasi sudah dapat menampung frekuensi sampai 30 gelombang. Dan para pemesan radio ini tidak hanya orang di wilayah bekasi saja, karena pemesan radio ini sudah sampai ke kota Batam. Produk javaleaf lainnya yang sudah go internasional adalah produk scooter batik, karena produk ini tidak hanya diminati oleh orang di Indonesia saja, tetapi orang di negara jepang juga menjadi peminat dari produk ini.

Apa yang dilakukan oleh anak-anak muda dalam artikel saya ini merupakan potret anak-anak bangsa yang sangat menginspirasi, dimana bisanya yang kita ketahui, anak-anak muda zaman sekarang banyak yang sukanya bergalau ria di sosial media daripada menghasilkan karya yang bermanfaat untuk kemajuan bangsa. Dari limbah menjadi rupiah yang membawa berkah!  Selamat tanggal satu di bulan Juni, jangan lupa bahagia! eh,udah pada gajian? hehehe (DEW)

Salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun