Mohon tunggu...
r. t.  mangangue
r. t. mangangue Mohon Tunggu... Dosen - Peduli terhadap permasalahan yang dialami masyarakat yang dicurangi, , dibully, dibodohi, dll.

Penggemar berat catur, penulis, ghost writer, pengajar, dan pecinta sastra Dapat dihubungi di alamat email: r_mangangue@yahoo.com. Facebook: richard mangangue. Tinggal di Manado.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Bahasa Para Bakal Calon Kepala Daerah di Sulawesi Utara dan Manado

9 Agustus 2020   00:30 Diperbarui: 9 Agustus 2020   07:27 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

PILKADA serentak yang akan diselenggarakan pada September 2020 (gegara covid-19 ditunda pada Desember 2020)memunculkan banyak bakal calon (balon) kepala daerah (kada). Yang dimaksud dengan balon kada di sini adalah mereka yang mengincar kursi papan 1 dan papan 2 seperti gubernur/wakil gubernur dan wali kota/wakil wali kota atau bupati/wakil bupati.

Seperti kita ketahui bersama, di Sulawesi Utara pada pilkada serentak 2020 nanti ada pemilihan gubernur dan wali kota/bupati. Pemunculan banyak bakal calon ini dapat kita lihat dari banyaknya baliho yang dipasang di seluruh pelosok Kota Manado. Dalam tulisan ini penulis hanya akan membahas pemilihan gubernur dan wali kota di Manado. Namun, yang penulis akan bahas adalah bahasa (kata atau kata-kata) yang digunakan dalam baliho-baliho itu. Untuk membahasnya penulis tidak akan menyebut nama balon kada yang ada.

Penulis yakin, kita pasti tahu siapa yang dimaksud dengan kutipan tulisan dari satu kata atau beberapa kata yang penulis akan bahas. Mengapa? Karena kita sering melihat tulisan yang akan dibahas itu di baliho-baliho yang ada.

(1) Kepemimpinan adalah Teladan

Baliho yang memuat tulisan itu dimaksud untuk mengucapkan selamat Natal dan Tahun Baru. Penulis tidak akan membahas makna secara politis dari kalimat itu. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi IV, kata ‘kepemimpinan’ adalah sebuah nomina dan didefinisikan sebagai ‘perihal pemimpin; cara memimpin’. 

Kata ‘teladan’ juga sebuah nomina dan didefinisikan sebagai ‘sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dsb)’.

Karena kata ‘kepemimpinan' merupakan sebuah nomina dan kata ‘teladan’ juga sebuah nomina berarti klop, cocok. Namun, menurut penulis, akan jauh lebih baik dan lebih enak terdengar di telinga bila digunakan kata ‘keteladanan’, bukan teladan, meskipun kata ‘teladan’ dan ‘keteladanan’ memiliki makna yang sama. Mengapa? Karena awalan ke- dan akhiran -an pada kata ‘kepemimpinan’ dan ‘keteladanan’ menciptakan keselarasan, kesepadanan dan kesamaan bunyi bahasa yang terasa merdu saat kita mendengar kalimat itu dibaca.

Coba kita baca di dalam hati dan nikmati indahnya bunyi frasa "Kepemimpinan adalah Keteladanan" dibandingkan dengan "kepemimpinan adalah Teladan".

(2) Lanjutkan/Lanjutkan!

Ada 2 jenis baliho yang memuat kata "Lanjutkan". Baliho yang cukup besar dengan gambar balon kada yang diusung partai (seharusnya kita menyebutnya calon kada karena sudah ada SK dari partai pengusung, namun untuk keseragaman kita menyebutnya balon kada) menggunakan kata ‘Lanjutkan’ tanpa tanda baca. Sementara baliho yang lebih kecil menggunakan kata ‘Lanjutkan!’ Jadi, setelah kata ‘Lanjutkan’ ada tanda seru.

Dapat disimpulkan bahwa baliho-baliho itu dicetak di tempat yang berbeda. Kalau dicetak di tempat yang sama, penulis yakin, petugas di tempat cetak baliho itu akan bertanya, mengapa ada dua versi tulisan kata ‘Lanjutkan’. Bisa jadi juga, pembuat konsep tulisan di baliho itu ada dua orang sehingga ada dua jenis penulisan kata ‘Lanjutkan’.

Jadi, mana yang benar dari dua jenis kata ‘Lanjutkan’ itu? Yang pasti, kata ‘Lanjutkan’ bila diucapkan secara lisan merupakan seruan/perintah, maka harus ditulis dengan menggunakan tanda seru, ‘Lanjutkan!’.

(3) Diberkati/Di berkati

Untuk kata "diberkati" juga ada dua jenis penulisan, yaitu diberkati dan di berkati. Berarti tempat mencetak balihonya juga ada di dua tempat yang berbeda. Bisa jadi juga, pembuat konsep di baliho itu ada dua orang sehingga ada dua jenis penulisan kata "diberkati". 

Sebagaimana kita ketahui bersama, ‘di’ pada kata ‘diberkati’ adalah awalan. Jadi, untuk menulisnya harus ditulis serangkai. Sedangkan kata ‘di’ yang ditulis terpisah atau tidak serangkai dengan kata berikutnya menunjukkan bahwa ‘di’ adalah preposisi atau kata depan dan kata yang berikutnya adalah nama tempat. 

Sebagai nama tempat tentu kata itu harus ditulis dengan huruf kapital. Namun, karena ‘berkati’ bukan nama tempat, sehingga ‘di’ dan ‘berkati’ harus ditulis serangkai, ‘diberkati’ bukan ‘di berkati’.

(4) Voor/For

Kedua kata ini sejatinya tidak akan penulis bahas karena merupakan kata dalam bahasa Melayu-Manado yang selalu digunakan dalam percakapan sehari-hari di Manado dan sekitarnya. Namun, karena sejumlah balon kada menulis dua kata itu dalam balihonya, mau tidak mau penulis harus membahasnya. Kita ketahui bersama, ‘voor’ adalah kata yang ditulis dalam bahasa Belanda dan ‘for’ dalam bahasa Inggris.

Kata-kata dalam bahasa Melayu-Manado lebih banyak dipengaruhi bahasa Belanda daripada bahasa Inggris. Bila kita menggunakan kata ‘untuk' dalam bahasa Melayu-Manado, pasti kita akan menggunakan kata ‘voor/for’. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana cara menulisnya? Apakah ditulis ‘voor’ atau ‘for’?

Perlu diketahui, bahasa Indonesia sekarang ini berorientasi ke bahasa Inggris. Semua kata serapan dari bahasa Belanda diubah ke bahasa Inggris. Misalnya, ‘legalisir’ (Belanda: legaliseren) diubah menjadi ‘legalisasi’ (Inggris: legalization); ‘koordinir’ (Belanda: koordineren) diubah menjadi ‘koordinasi’ (Inggris: coordination).

Jadi, dapat ditegaskan bahwa dari kata ‘voor’ dalam bahasa Belanda dan ‘for’ dalam bahasa Inggris, tentu yang benar penulisannya adalah kata dalam bahasa Inggris, ‘for’.

Kita sering menganggap belajar bahasa Indonesia itu gampang. Itu memang benar karena kita menggunakannya setiap hari. Namun, karena kita tidak terlalu peduli pada aturan berbahasa yang ada, kacau-balaulah bahasa Indonesia yang kita gunakan. (*)

Manado, 8 Agustus 2020
Oleh Richard Tuwoliu Mangangue

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun