Mohon tunggu...
Qori Qonitatuz Zahra
Qori Qonitatuz Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiwa Universitas Airlangga, penulis awam yang punya tugas belajar dan berbuat baik seumur hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perempuan (Tak) Perlu Sekolah Tinggi

7 April 2021   23:02 Diperbarui: 10 April 2021   05:53 1438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perempuan. (sumber: pixabay.com/MarandaP)

Ya meskipun angka itu tak bisa dijadikan acuan mutlak karena bukan data penelitian, namun hal ini menunjukkan bahwa urgensi pendidikan bagi perempuan masih dianggap rendah, baik itu di desa maupun kota.

Namun kita memang tak dapat menampik fakta. Data partisipasi sekolah di Kabupaten Jombang pada tahun 2015 menunjukkan bahwa 26,37 % perempuan berusia 16-18 tahun berhenti sekolah. 

Angka tersebut dua kali lipat lebih besar dari laki-laki yang hanya 12,68 % di usia yang sama. Penelitian lain yang dilakukan di salah satu kecamatan di Jombang menunjukkan tamatan SD mendominasi perempuan di sana. 

Perempuan, di mata masyarakat, bukanlah prioritas penerima pendidikan. Bagi mereka perempuan yang berkontribusi di rumah tak perlu payah-payah sekolah tinggi. Padahal, pendidikan sangatlah penting bagi perempuan meski hanya di rumah.

Urgensi Pendidikan

Meme sindiran stereotip pendidikan perempuan (suara.com)
Meme sindiran stereotip pendidikan perempuan (suara.com)

Baru-baru ini sedang ramai meme yang menyinggung "nyinyiran" tetangga soal perempuan yang bersekolah tinggi. Terlihat dapurku, perempuan yang digambarkan berpendidikan tinggi, lebih bersih dan rapih daripada dapur orang yang menyindirnya. 

Sejujurnya saya mengakui meme tersebut tepat sekali, juga mewakili suara hati saya selama ini (ehehe). Saya memiliki seorang saudara perempuan yang saat ini sudah menjadi dosen dan telah lama tamat pendidikan S3-nya. 

Terlihat beliau sebagai seorang yang  berwibawa dari cara berpakaian, berbicara, bersosialisasi, dsb. Dua anaknya, yang mungkin usianya masih di kisaran 5-10 tahun, pun terlihat sopan dan santun saat berkumpul bersama keluarga besar, tak banyak bicara namun juga tak menyendiri dan apatis. 

Berbeda dengan sepupu-sepupu saya yang usianya sama, sibuk berceloteh atau berlari ke sana sini, bahkan hingga ibunya lelah meneriakinya agar berhenti.  

Sungguh saya kagum, pendidikan tinggi itu bukan untuk menghabiskan uang maupun waktu. Namun lihatlah, pendidikan bahkan bisa memuliakan sebuah keluarga, layaknya semakin tingginya derajat manusia dengan ilmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun