Sala terdiam. Kata-kata itu menancap tanpa paksa, seperti angin yang tiba-tiba masuk lewat celah dada yang lama tertutup. Ia memandangi daun yang jatuh di sebelahnya—ringan, tapi berani.
“Mungkin aku cuma belum siap jatuh,” gumamnya pelan.
“Ya,” Raza menatapnya lembut. “Tapi kamu juga nggak bisa selamanya menggantung.”
Hening kembali, tapi kali ini bukan hening yang canggung. Ada sesuatu di udara—sejenis keberanian kecil yang mulai tumbuh. Sala tahu ketakutannya belum hilang, tapi ia juga tahu bahwa diam terlalu lama justru membuatnya makin jauh dari dirinya sendiri.
Menjelang senja, Sala berdiri. “Besok aku coba datang latihan,” katanya.
Raza tersenyum tipis. “Nggak usah coba. Datang aja.”
Sala menatap ke arah langit yang mulai gelap. Daun-daun masih jatuh satu per satu, tapi kini ia melihatnya berbeda. Mungkin memang tidak ada arah yang pasti. Tapi selama masih berani jatuh, ia akan selalu punya tempat untuk menemukan dirinya lagi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI