Pernahkah Anda merasa asing dengan diri sendiri?
Seperti hidup dalam tubuh yang tidak Anda kenal, mencoba memahami hati orang lain, atau berharap ada seseorang yang mau menjadi tempat Anda berpulang—rumah yang aman dan nyaman.
Selamat datang di usia dua puluhan.
Sahabat, saya juga pernah merasakan hal itu—dan mungkin saat ini saya masih berada di posisi yang sama.
Tulisan ini adalah sebuah cermin kecil yang menggambarkan bagaimana saya pernah tersesat tanpa arah, pernah jatuh, dan akhirnya menemukan satu tempat yang selama ini saya cari: diri sendiri.
Masa Kecil — Terlalu Biasa untuk Diingat
Jika Anda bertanya bagaimana masa kecil saya, jujur saja—tidak banyak yang benar-benar saya ingat. Tidak ada peristiwa besar, tidak ada luka yang terlalu dalam. Namun juga tidak ada pelukan hangat atau tawa yang masih membekas di hati.
Semuanya terasa datar, seperti hidup di rumah dengan dinding yang bersih namun sunyi. Makan tiga kali sehari, sekolah seperti anak-anak lain, pulang, tidur, dan mengulanginya lagi. Lengkap secara fisik, namun hati terasa kosong.
Saya tidak dapat mengatakan bahwa saya tidak dicintai, tetapi cinta itu tidak pernah benar-benar terasa. Mungkin karena tidak pernah diungkapkan secara langsung, atau karena setiap orang terlalu sibuk menjalani hidup masing-masing.
Saya tumbuh tanpa mengetahui bagaimana rasanya benar-benar dipeluk, didengarkan, atau ditanya tentang perasaan saya.
Mungkin inilah awal dari segalanya.
Saya tidak tahu siapa diri saya—karena sejak kecil, tidak ada yang benar-benar bertanya: