Penelitian menunjukkan bukti nyata bahwa "isi perut" kita alias mikrobiota sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental. Shaikh et al. (2025) menemukan bahwa bakteri baik di usus menghasilkan neurotransmitter, semacam zat kimia dalam otak (seperti dopamin dan serotonin) yang dipakai untuk mengatur mood kita, apakah kita akan merasa bahagia, sedih, atau tenang. Masalahnya, jika jenis dan jumlah bakteri di usus tidak berfungsi dengan baik (dysbiosis), gangguan mental bisa terjadi.Â
Depresi kerap dikaitkan dengan meningkatnya bakteri "nakal" seperti Firmicutes (pemicu peradangan di tubuh dan pengganggu mood) Â dan menurunnya jumlah bakteri baik. Contoh lainnya yaitu anxiety yang dapat terjadi karena rendahnya jumlah bakteri penghasil asam lemak rantai pendek (short-chain fatty acids/SCFA). SCFA sendiri berfungsi untuk membuat dinding usus menjadi lebih kuat dan mengontrol mood. Jika SCFA berkurang, otomatis usus pun mengirim sinyal ke otak sehingga rasa cemas muncul. Jadi, masalah kesehatan mental tidak hanya terjadi di otak kita, ya, tapi perut juga punya tugasnya sendiri!
Emangnya apa aja sih yang Membuat Mikrobiom tidak berfungsi dengan baik?
Faktanya, gaya hidup sehari-hari dapat menjadi faktor utama mikrobiom kita tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pola makan tidak sehat, seperti fast food yang umumnya rendah serat, bisa membuat kerja bakteri di usus jadi kacau, sesuai dengan penelitian yang dikaji oleh Osborn et al. (2021). Aktivitas fisik yang kurang pun dapat menjadi penyebab mikrobiom tidak berfungsi secara maksimal. Studi dari Boytar et al. (2023) menunjukkan jika seseorang berolahraga secara konsisten dapat mengalami perubahan yang baik pada mikrobioma usus. Â Contoh terakhir ini pasti banyak mahasiswa yang bisa relate, yaitu suka begadang. Menurut Holzhausen et al. (2024), Â kurang tidur dapat mengganggu komposisi mikrobioma usus dan output metaboliknya.Â
Terus, Gimana Caranya Menjaga Kesehatan Usus, Terutama Mikrobiom?
Menurut hasil riset dari Grace-Farfaglia et al. (2022), ada beberapa cara untuk menjaga dan merawat mikrobiom, seperti:
Konsumsi serat dan fermentasi: sumber serat (sayur, buah, kacang-kacangan) banyak ditemukan di sekeliling kita. Begitu juga dengan makanan fermentasi (tempe, tape singkong, oncom) yang termasuk ke dalam makanan lokal Indonesia, sehingga bisa menjadi "superfood" untuk kesehatan usus.
Aktivitas fisik sedang: Olahraga sedang seperti jalan cepat, bersepeda, dan bermain bulu tangkis dapat dilakukan minimal 3-5x/minggu selama 30 menit dapat meningkatkan metabolisme.
Hidrasi dan tidur cukup: menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik dan memiliki pola tidur yang baik untuk menjaga kestabilan mikrobiota.
Hindari sedentary lifestyle: mager (malas gerak), keseringan duduk, atau rebahan sambil nonton bisa bikin usus nggak sehat. Jadi, kalau sudah merasa diam terlalu lama, selalu sisihkan waktu untuk menggerakkan tubuh, ya!
Â