Mohon tunggu...
I Putu Merta
I Putu Merta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Love What You Do, Do What You Love

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hukum Sebab Akibat

23 Juni 2022   09:20 Diperbarui: 23 Juni 2022   09:47 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Tuan, mengapa engkau berdiri seperti itu dengan mulut terbuka?”

“Aku hidup dari udara, tidak ada makanan bagiku selain udara,” ia membual.

Orang-orang akan bertanya lagi: “Tuan, mengapa engkau berdiri dengan satu kaki, dengan kaki lainnya bertumpu di lutut kaki yang lain?”

“Aku sedang menjalani latihan keras; jika aku berdiri dengan kedua kakiku menyentuh tanah, bumi ini tidak mampu menahan kemuliaanku dan akan berguncang keras; itulah sebabnya aku berdiri dengan posisi seperti ini. Sebenarnya karena gempa bumi, aku harus berdiri di atas satu kaki siang dan malam, tanpa duduk, tanpa tidur,” jawab Jambuka dengan sombong.

(Pada umumnya, orang-orang biasanya memercayai apa yang dikatakan oleh orang lain; hanya sedikit yang mau bersusah payah mempertimbangkan apakah yang dikatakan itu benar atau tidak).

Maka mereka berkata dengan penuh hormat: “O betapa menakjubkan! Ada orang di dunia ini yang menjalani latihan sekeras ini. Kami belum pernah melihat orang yang mempraktikkan latihan sekeras ini.”

Banyak orang dari kerajaan Ańga dan Magadha yang tergerak dan bergairah mendengar berita mengenai latihan keras yang dilakukan oleh Jambuka, datang membawa persembahan untuknya dan secara rutin datang untuk memberi hormat setiap bulan.

Jambuka tetap menolak makanan lezat yang dipersembahkan oleh orang-orang, dan tetap berkata:

“Aku hidup hanya dari udara; aku tidak memakan makanan lain; jika aku memakan makanan lain selain udara, itu artinya aku merusak latihanku.”

Orang-orang terus-menerus memohon dengan berkata: “Yang Mulia, mohon engkau tidak menghalangi kami untuk memperoleh jasa; jika seorang seperti engkau, yang menjalani latihan keras, menerima persembahan makanan dari kami, semoga kemakmuran dan kebahagiaan kami tumbuh berkembang dan bertahan lama.”

Jambuka tidak tertarik pada makanan apa pun, namun dipaksa oleh permohonan tulus dari para penduduk, ia terpaksa memakan makanan itu berupa mentega dan gula merah yang dipersembahkan oleh para penduduk, mengambilnya dengan ujung sehelai rumput, demi menyenangkan mereka. Kemudian ia membubarkan mereka, berkata:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun