Di Indonesia, perpaduan ini terlihat dalam Kurikulum Merdeka yang mencoba menyeimbangkan pengembangan karakter (Idealisme) melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tuntutan kompetensi dan keterampilan praktis.
Penerapan kurikulum yang terlalu Idealisme di Indonesia bukanlah pilihan yang bijaksana. Meskipun filosofi ini memberikan visi yang agung dan fondasi moral yang kuat, sangat dibutuhkan untuk mencegah disorientasi nilai di era modern, Idealisme akan menciptakan lulusan yang ideal secara moral, tetapi rentan secara fungsional di dunia yang menuntut keterampilan praktis dan adaptabilitas teknologi. Indonesia membutuhkan pendidikan yang mampu menjangkau langit dan membumi. Idealisme harus menjadi kompas moral yang menuntun arah, menjamin bahwa ilmu pengetahuan tidak tercerabut dari etika dan kebebasan abadi. Namun, Realisme dan Pragmatisme harus menjadi peta dan kendaraan yang membekali siswa dengan fakta, logika, dan keterampilan untuk menavigasi kompleksitas dunia kerja dan sosial.
Dengan mengadopsi Ekletisisme Filosofis yang menempatkan Idealisme sebagai roh, Realisme sebagai substansi, dan Pragmatisme sebagai metode, pendidikan Indonesia dapat menghasilkan individu yang tidak hanya bijaksana dan berkarakter, tetapi juga kompeten, adaptif, dan siap berkontribusi secara nyata kepada masyarakat dan perekonomian bangsa. Kurikulum haruslah menjadi jembatan antara cita-cita luhur (Idealisme) dan kebutuhan praktis (Realisme & Pragmatisme) di Indonesia yang beragam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI