Mohon tunggu...
Putri YR
Putri YR Mohon Tunggu... Nothing

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Gelas Kopi di Warung Pak Darto

2 Agustus 2025   08:00 Diperbarui: 31 Juli 2025   22:04 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu, langit masih setengah malas membuka mata. Warung kopi Pak Darto di ujung gang sudah ramai seperti biasa. Di salah satu meja, duduk dua orang yang tampak sangat berbeda: Bayu, buruh bangunan dengan baju lusuh dan wajah legam oleh matahari, dan Raka, pengusaha muda yang baru saja kembali ke kampung halamannya.

Mereka dulunya teman SD, tapi nasib membawa mereka ke jalan yang sangat berbeda.

"Gimana, Yu? Masih kerja proyek?" tanya Raka sambil menyeruput kopinya yang masih mengepul.

Bayu tersenyum kecil. "Iya, Mas. Alhamdulillah, bisa makan tiap hari, sudah cukup."

Raka mengangguk. "Kamu nggak pernah kepikiran buka usaha sendiri? Jualan makanan kek, minuman kek? Sekarang kan zamannya online."

Bayu tertawa pelan. "Ah, Mas Raka. Buka usaha itu butuh modal. Saya mah yang penting kerja, dapet gaji, pulang bawa nasi. Udah seneng."

Raka terdiam sejenak. Ia menatap Bayu lama. Bukan karena kasihan, tapi karena heran.

"Bay, kamu sadar nggak sih? Selama ini kamu kerja keras tiap hari, tapi tetap di tempat yang sama. Kamu pintar, rajin, jujur... tapi kenapa nggak coba naik satu tingkat?"

Bayu memutar sendok kecil di gelas kopinya. "Mas, saya ini orang kecil. Hidup saya sudah diatur sama keadaan. Takut kalau jatuh, siapa yang tanggung? Anak, istri? Saya nggak punya cadangan. Lebih baik aman."

Raka menarik napas panjang. "Justru itu, Bay. Orang kaya bukan karena mereka punya uang, tapi karena mereka berpikir berbeda. Mereka berani ambil risiko, belajar dari gagal, dan nggak mau terus-terusan aman di zona nyaman."

Bayu tertawa getir. "Mas Raka boleh ngomong gitu karena Mas punya pilihan. Saya? Nggak bisa gambling. Kalau saya jatuh, yang lain ikut jatuh."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun