Pra-mataf untuk menyambut para mahasiswa baru Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta ini diselenggarakan pada hari Jum'at, 12 September 2025. Ini menghadirkan dua pemateri, yaitu Bapak Arif Nur Kholis selaku perwakilan dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang membahas tentang bencana yang terjadi di Indonesia. Indonesia tahun ini tercatat mengalami bencana sebanyak 2.170 menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Sebenarnya, apa itu bencana? Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi akibat faktor alam, namun bukan hanya karena faktor alam saja tetapi ada juga faktor dari manusia yang mana bencana bisa merusak fasilitas-fasilitas. Ketika kita mengalami bencana, kita harus segera merespons bencana yang terjadi, kemudian melakukan evakuasi sesuai dengan jenis bencana itu. Ingat, jangan panik karena itu kunci utamanya. Yogyakarta sendiri mengalami beberapa bencana, di antaranya: bencana gempa bumi tektonik pada 27 Mei 2006 dengan magnitudo 6,3 SR selama 57 detik yang menyebabkan 5.778 meninggal dunia, 38.000 luka-luka, dan 600.000 kehilangan tempat tinggal; bencana gunung berapi meletus pada 26 Oktober 2010, tipe erupsi eksplosif serta awan panas guguran dan lontaran material vulkanik, hal ini mengakibatkan 350 orang meninggal dunia; hujan abu selama beberapa jam di pagi hari akibat letusan Gunung Kelud pada tanggal 14 Februari 2014, bencana ini tidak memakan korban, hanya saja mengganggu aktivitas masyarakat; cuaca ekstrem yaitu hujan sangat lebat disertai angin kencang selama beberapa hari yang mengakibatkan beberapa daerah DIY mengalami banjir, tanah longsor, angin kencang, dan pohon tumbang. Hal ini karena cuaca ekstrem tersebut diakibatkan oleh Siklon Tropis Cempaka pada tanggal 27–29 November 2017; COVID-19, seperti yang kita tahu, telah memakan banyak korban. Di DIY sendiri ribuan warga terpapar dan ratusan meninggal. Saran untuk menghindari bencana yang mungkin sering terjadi yaitu gempa bumi: saat di dalam ruangan, jauhi hal-hal yang mudah roboh. Begitu pun jika kalian di luar, jauhi hal-hal yang bisa roboh. Namun, jika kalian berada di ruangan/gedung tinggi, berlindunglah di bawah meja yang kokoh. Kemudian jika gempa sudah mereda, baru melakukan evakuasi. Jika menurut kalian gempa bumi ini berpotensi untuk tsunami, maka carilah tempat yang tinggi dan jauh dari pantai. Selain gempa bumi, ada juga cuaca ekstrem yang terdiri dari hujan lebat dan petir. Hujan dengan intensitas tinggi ini mengakibatkan akumulasi air yang berlebihan di suatu wilayah sehingga menyebabkan banjir. Kemudian, angin kencang/puting beliung ini diakibatkan oleh peristiwa hidrometeorologis yang meningkat intensitas kejadiannya pada masa peralihan musim. Bencana ini mengakibatkan kerusakan bangunan dan pohon tumbang. Kemudian, ada kebakaran. Kebakaran disebabkan oleh korsleting listrik, kelalaian manusia yang sembarangan, reaksi kimia yang tidak terkendali/mudah terbakar yang disimpan sembarangan, meninggalkan api menyala, merokok sembarangan, penggunaan lilin, menggunakan alat elektronik tanpa standar keamanan, dan bahan bangunan mudah terbakar.
Kemudian dilanjut oleh Bapak Dr. Komarudin, M.Psi. Psikolog, salah satu dosen di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta jurusan Psikologi, yang mana membahas tentang kesehatan mental. Kesehatan mental adalah kondisi emosi, kognitif (cara berpikir), dan perilaku yang relatif stabil, yang mana itu memungkinkan seseorang aktif dalam lingkungannya serta mampu mengatasi stres yang ia hadapi dalam kesehariannya. Seseorang yang mentalnya sehat ia mampu mengenali, mengendalikan emosinya, dan mampu berempati serta mampu menolong, berbagi, peduli, dan mampu mementingkan kepentingan kelompok daripada pribadi. Ada beberapa gangguan mental. Pertama adalah stres. Stres adalah respons fisiologis dan psikologis tubuh terhadap situasi yang mengancam/menantang. Penyebabnya adalah tekanan yang berlebihan, rasa khawatir berlebihan, adanya rasa tanggung jawab yang besar, dan masalah teman. Jika seseorang stres maka ia akan menutup diri, tidak melakukan aktivitas biasanya, menyendiri, mudah marah, dan jarang berkumpul. Untuk mengatasi ini ada dua hal, yaitu: cobalah untuk mengurangi/memodifikasi sumber stres, kemudian cobalah untuk beralih ke suatu hal yang disukai untuk mengurangi stres emosional. Kedua, kecemasan yang memiliki banyak ciri-cirinya, namun satu hal yang kita tahu, kecemasan muncul ketika takut/khawatir akan sesuatu. Cara menanganinya adalah jangan menghindar, terimalah ketakutan/kekhawatiran itu, lebih baik menerimanya. Ketiga, gangguan depresi (unipolar). Depresi adalah kondisi mood seseorang yang sedih amat mendalam serta kehilangan minat terhadap hal yang disukai. Ciri-cirinya: perubahan emosi, motivasi, cara berpikir, motorik atau perilaku. Faktor yang memengaruhinya: kehidupan yang penuh tekanan, trauma, kurang bisa mengelola stres, riwayat keluarga. Dan terakhir, gangguan bipolar atau kejiwaan. Ini hampir sama dengan unipolar, hanya berbeda karena bipolar memunculkan perilaku berisiko, yaitu berhenti kuliah, relasi sosial yang buruk, dan terakhir bunuh diri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI