Mohon tunggu...
Putra Surya Setiawansyah
Putra Surya Setiawansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Putra Surya Setiawansyah,Karyawan swasta/Mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi,Semester 3, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Membaca, menulis,menghargai perasaan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akhlak Tasawuf

17 November 2022   21:02 Diperbarui: 17 November 2022   21:14 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

        Misalnya, Anas ra meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:

اكرمواأوالدكمواحسنوااداهبم

      (Muliakan anak-anakmu dan perbaikilah adab mereka.) (HR. Ibn Majah).

       Pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy‟ari, misalnya dalam kitabnya, Adabul Alim wal-Muta’allim, mengutip pendapat Imam As-Syafi’i yang menjelaskan begitu pentingnya kedudukan adab dalam Islam. Bahkan, sang Imam menyatakan, beliau mengejar adab laksana seorang ibu yang mengejar anak satu-satunya yang hilang. 

Secara umum, menurut Kyai Hasyim Asy‟ari, tauhid mewajibkan wujudnya iman. Barangsiapa tidak beriman, maka dia tidak bertauhid; dan iman mewajibkan syariat, maka barangsiapa yang tidak ada syariat padanya, maka dia tidak memiliki iman dan tidak bertauhid; dan syariat mewajibkan adanya adab; maka barangsiapa yang tidak beradab maka (pada hakikatnya) tiada syariat, tiada iman, dan tiada tauhid padanya.[12]

 

       Jadi, betapa pentingnya kedudukan adab dalam ajaran Islam. Lalu, apa sebenarnya konsep adab?

 

Uraian yang lebih rinci tentang konsep adab dalam islam disampaikan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, pakar filsafat dan sejarah Melayu. Menurut Prof. Naquib al-Attas: Adab adalah pengenalan serta pengakuan akan hak keadaan sesuatu dan kedudukan seseorang, dalam rencana susunan berperingkat martabat dan derajat, yang merupakan suatu hakikat yang berlaku dalam tabiat semesta. Pengenalan adalah ilmu; pengakuan adalah amal.       

Maka, pengenalan tanpa pengakuan seperti ilmu tanpa amal; dan pengakuan tanpa pengenalan seperti amal tanpa ilmu. Keduanya sia-sia karena yang satu mensifatkan keingkaran dan keangkuhan, dan yang satu lagi mensifatkan ketiadasedaran dan kejahilan.[13] Begitu pentingnya masalah adab ini, maka dapat dikatakan, jatuh bangunnya umat Islam, tergantung sejauh mana mereka dapat memahami dan menerapkan konsep adab ini dalam kehidupan mereka. 

 Manusia yang beradab terhadap orang lain akan paham bagaimana mengenai dan mengakui seseorang sesuai harkat dan martabatnya. Martabat ulama yang shalih beda dengan martabat orang fasik yang durhaka kepada Allah. Jika Allah swt menyebut dalam al-Qur’an, bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling taqwa,[14] Maka seorang yang beradab tidak akan lebih hormat kepada penguasa yang zalim ketimbang guru mengaji yang shalih di kampung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun