Mohon tunggu...
Purwanti Asih Anna Levi
Purwanti Asih Anna Levi Mohon Tunggu... Sekretaris - Seorang perempuan yang suka menulis :)

Lulusan Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) UNIKA Soegijapranata Semarang dan sedang belajar menulis yang baik :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gedung Sobokartti, Tonggak Demokratisasi Seni

30 Januari 2015   19:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:05 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Gedung Sobokartti? Gedung apa itu? Di mana letaknya? Ada apa di sana?”

Itu tanggapan dari sebagian besar masyarakat Kota Semarang jika ditanyakan tentang keberadaan gedung Sobokartti. Gedung Sobokartti ini memang tidaklah sepopuler Gereja Blenduk atau Lawang Sewu yang menjadi icon wisata dan landmark Kota Semarang.

Gedung Sobokartti yang terletak di Jln. Dr. Cipto No. 31-33 Semarang saat ini hanya dikenal oleh sebagian kecil masyarakat sebagai salah satu bangunan cagar budaya dan tempat yang menyelenggarakan berbagai kegiatan kesenian.Bahkan masyarakat Kota Semarangpun banyak yang tidak mengetahui keberadaan gedung Sobokartti yang telah berusia 83 tahun ini. Padahal bangunan ini menyimpan cerita sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kesetaraan hak dalam seni budaya.

[caption id="attachment_348659" align="aligncenter" width="640" caption="sumber: dotsemarang.blogdetik.com"][/caption]

Berikut ini sejarah dan latar belakang Sobokartti yang saya rangkum dari artikel “Javaanse Schouwburg Sobokartti dan Visi Indonesia Merdeka” (Tjahjono Rahardjo, 2013) yang merupakan salah satu materi dalam matakuliah Filsafat Ruang di PMLP Unika Soegijapranata.

Latar belakang pembangunan Sobokartti

Pembangunan gedung Sobokartti tidak terlepas dari masa-masa penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Proses pembangunan gedung Sobokartti dilakukan pada masa diberlakukannya Politik Etis yang dilatarbelakangi oleh pandangan Ethische Richting yang beranggapan bahwa bangsa bumiputera dan bangsa Belanda harus bersatu karena mereka saling membutuhkan; juga pandangan bahwa ’Timur’ dan ’Barat’ harus saling mengisi dan melengkapi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik demi kemajuan bangsa Indonesia di masa depan.

Pada masa itu nasionalisme muncul juga di bidang kebudayaan dan kesenian. Timbul kesadaran di kalangan terpelajar bahwa kebudayaan dan kesenian bumiputera tidak kalah dari kebudayaan dan kesenian Barat serta layak mendapatkan perhatian dan dipelajari secara serius. Dalam suasana seperti itu muncul keinginan di kalangan pemuda pelajar untuk mempelajari kesenian keraton yang sebelumnya tidak bisa dipelajari dan dinikmati oleh masyarakat di luar keraton. Pemuda pelajar yang tergabung dalam Tri Kara Darma meminta kepada Sultan Hamengkubuwana VII dari Yogyakarta agar mereka boleh mempelajari kesenian keraton. Permintaan tersebut dipenuhi oleh pihak keraton dengan mendirikan organisasi Kridha Beksa Wirama (KBW) pada 17 Agustus 1918. KBW merupakan wadah untuk menyebarluaskan pendidikan seni tari bagi masyarakat umum di mana KBW menyediakan guru-guru tari. Momentum itu menandai awal proses demokratisasi seni pertunjukan keraton Jawa.Sejak itu seni pertunjukan yang semula hanya berkembang di dalam keraton, seperti tari bedhaya, srimpi, wirèng dan wayangwong bisa dipelajari dan dinikmati masyarakat di luar keraton.

Tujuan pembangunan Sobokartti

Menyusul berdirinya KBW di Yogyakarta,di Semarang didirikan Volkskunstvereeniging Sobokartti atas prakarsa Mangkunagara VII dan Herman Thomas Karsten (seorang arsitek dari Belanda) pada 9 Desember 1920.Tujuan pendirian perkumpulan Sobokartti ini adalah untukmempromosikan kesenianbumiputera dan memperluasapresiasi kesenian inidi antarasemuakelompok masyarakat, khususnyapenduduk bumiputera. Kegiatan yang dilakukan antara lain pementasan, kursus, pameran, diskusi dan lain-lain. Adapun nama Sobokartti berasal dari Bahasa Jawa Kuno yaitu Sabhā yang berarti tempat atau ruang pertemuan dan Kīrti yang berarti perbuatan baik.

Desain Sobokartti

Untuk mewadahi kegiatan kesenian masyarakat umum yang diselenggarakan oleh Volkskunstvereeniging Sobokartti, Karsten membuat rancangan gedung Sobokartti. Gedung Sobokartti dirancang dengan memadukan konsep seni pertunjukan Jawa yang biasa dipentaskan di pendhapa keraton dengan konsep pementasan teater Barat.

Rancangan gedung ini ternyata tidak sekedar mempertimbangkan faktor-faktor arsitektur seperti estetika, penghawaan, pencahayaan dan akustik tapi juga masuk ke dalam diskursus tentang masa depan Indonesia. Melalui rancangannya Karsten berharap bisa mendirikan gedung pertunjukan yang sesuai dengan karakter seni pertunjukan Jawa, sekaligus mengkoreksi kesenjangan sosial yang ekstrem di masyarakat masa itu. Rancangan Karsten didasarkan pada pemikiran bagaimana suatu teaterJawa akandibangun: ruangyangnyaman bagi sekelompok orang Jawa, tempat mereka dapat mendengarkan gamelan dan menonton wayang, duduk terlindung dan bisa melihat dengan jelas, bukan dengan panggung Eropa tapi panggung bergaya Jawa.

[caption id="attachment_348662" align="aligncenter" width="656" caption="Rancangan awal Karsten (sumber: sobokartti.wordpress.com)"]

14225928351451377420
14225928351451377420
[/caption]

Namun dalam realisasinya gedung Sobokartti tidak sepenuhnya seperti rancangan Karsten karena keterbatasan dana. Kalau kita bandingkan gambar maket di atas dengan teater Sobokartti yang ada sekarang terlihat bahwa teater Sobokartti jauh lebih kecil dan sederhana dibandingkan rancangan awal Karsten.Namun demikian gedung Sobokartti tetap memenuhi prinsip dasarnya yaitu: berangkat dari sesuatu yang telah sejak dulu dipunyai orang Jawa (Indonesia) ditambah unsur-unsur ”Barat” sebagai pelengkap untuk menyempurnakannya.

[caption id="attachment_348653" align="aligncenter" width="623" caption="sumber: dotsemarang.blogdetik.com"]

1422590217386096327
1422590217386096327
[/caption]

Meskipun tidak sesempurna rancangan awalnya, gaya arsitektur gedung Sobokartti ini tetaplah terlihat unik dan menarik. Apabila kita memasuki gedung ini, di sebelah kiri kita terdapat sebuah panggung yang berukuran sedang. Panggung ini diperuntukkan sebagai tempat pementasan berbagai seni pertunjukan seperti wayang kulit, wayang wong, klenengan dan tari-tarian. Adapun tempat duduk penonton terdapat di sebuah area yang luas, tepat di hadapan panggung sehingga penonton dapat menikmati pertunjukan dengan nyaman tanpa halangan. Sistem pencahayaan dan penghawaangedung Sobokartti dirancang ramah lingkungan sehingga cahaya dan sirkulasi udaranya sangat nyaman bagi para pelaku seni dan penonton. Karstenjuga merancang sistem akustik di gedung ini dengan sangat baik sehingga kualitas suara di dalam ruangan tetap baik meskipun tidak menggunakan sistem pengeras suara.

Sobokartti saat ini

Gedung Sobokartti tidak pernah sepi dari kegiatan apresiasi masyarakat terhadap seni dan budaya antara lain latihan karawitan, pentas rutin pedalangan, kursus pedhalangan, kursus pranatacara, kursus membatik serta latihan tari.

[caption id="attachment_348665" align="aligncenter" width="300" caption="latihan karawitan (dok.pribadi)"]

1422593252173016583
1422593252173016583
[/caption]

[caption id="attachment_348672" align="aligncenter" width="300" caption="latihan dhalang (sumber: sobokartti.wordpress.com)"]

14225947821028460751
14225947821028460751
[/caption]

Setiap hari Senin-Minggu diadakan berbagai kegiatan latihan seni tari, karawitan, pedhalangan, dan pranata cara. Selain itu saat ini setiap Sabtu sore 16.00 – 18.00 WIB diadakan workshop pembuatan wayang slomot. Setiap malam Sabtu Legi digelar wayang kulit oleh dhalang-dhalang yunior (dari segi pengalaman), diawali dengan klenengan dan tari oleh peserta kursus Sobokartti.

[caption id="attachment_348666" align="aligncenter" width="300" caption="latihan tari (sumber: sobokartti.wordpress.com)"]

14225933321514455715
14225933321514455715
[/caption]

Tetap eksis di usia 83 tahun

Di tengah era globalisasi, Sobokartti sebagai lembaga berupaya menjaga eksistensinya dalam melestarikan budaya Jawa. Pada tanggal 6-7 Desember 2014 lalu, Sobokartti merayakan hari jadinya yang ke-83 tahun. Usia ini menjadi penanda bahwa Sobokartti telah berhasil melewati berbagai tantangan.

Keberadaan Sobokartti masih bisa menarik perhatian anak-anak dan kawula muda untuk mempelajari seni budaya Jawa di tengah derasnya benturan budaya. Sebagai bentuk apresiasi pada kawula muda, pada perayaan hari jadi Sobokartti yang ke-83 lalu Sobokartti menggelar panggung kesenian yang bertema “Muda Berbudaya” di mana semua pelaku kesenian tari, gamelan, hingga wayang kulit adalah anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Acara tersebut mengundang perhatian masyarakat yang ingin menyaksikan secara langsung.

[caption id="attachment_348668" align="aligncenter" width="300" caption="peringatan hari jadi ke-83 (sumber: detakjateng.com)"]

1422593961932138463
1422593961932138463
[/caption]

[caption id="attachment_348670" align="aligncenter" width="300" caption="pentas tari (sumber: sobokartti.wordpress.com)"]

14225941161531872409
14225941161531872409
[/caption]

Kunjungan ke Sobokartti

Saat ini gedung Sobokartti dikelola oleh Perkumpulan Seni Budaya dan Gedung Cagar Budaya Sobokartti yang diketuai oleh Bapak Tjahjono Rahardjo seorang pengajar di Program Magister Lingkungan dan Perkotaan Unika Soegijapranata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun