Mohon tunggu...
Ina Widyaningsih
Ina Widyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Staf TU SMPN 3 Pasawahan

Penyair Pinggiran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hilda dan Bunga Tirtawening

9 April 2021   10:30 Diperbarui: 9 April 2021   10:34 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Created by pixellab

Dari kejauhan Hilda sudah melihat pucuk-pucuk pinus di jalan yang sedang dilaluinya kini. Jalan ini cukup menanjak namun Hilda terus saja berjalan tanpa mengindahkan rasa lelahnya. Hingga sampailah ia di ujung jalan aspal ini, di depannya kini hanya jalan yang penuh dengan batu-batu kerikil.

Hilda terus saja berjalan dan sampailah di sebuah bukit tepat saat mentari hampir terbenam. Pemandangan yang indah pun dapat ia lihat di sana. 

"Oh... Tuhan, betapa indah karya ciptaan-Mu." Gumam Hilda penuh rasa syukur.

Ia pun duduk di hamparan rumput nan hijau yang di sekelilingnya ditumbuhi pohon pinus yang menjulang tinggi. Semburat jingga menerpa sela-sela pohon pinus. Sungguh indah sekali, rasa lelah Hilda pun hilang seketika.

Setelah sejenak beristirahat, Hilda kembali melangkah berjalan menuju ke balik pohon pinus yang berjejer dengan rapi. Ada yang menarik perhatiannya tiba-tiba. Lurus di depan barisan pohon pinus yang dilewatinya ada sebuah pohon kecil yang berbunga.

Dengan bergegas ia menuju pohon tersebut. Dan jelas sekali ia melihat bunga yang persis dijelaskan oleh si Bapak Tua. Bentuk dan warna bunga itu mirip sekali dengan yang disebut Bunga Tirtawening. 

Hilda memetik bunga tersebut satu dengan perlahan sambil meminta izin.

"Duhai alam, atas izin Tuhan kita bertemu di sini, bunga ini adalah bunga yang kucari, maka izinkanlah aku untuk mengambilnya." Ucap Hilda perlahan.

Bunga itu pun dicobanya untuk dihisap dan ternyata memang mengeluarkan air yang kemudian diminum Hilda. Ia pun bertambah yakin jika itu benar Bunga Tirtawening. Tak membiarkan waktu lama, Hilda pun kembali memetik bunga itu sebanyak 3 buah untuk dibawanya pulang. Karena memang jumlah itu yang harus digunakannya untuk menjadi obat seperti penjelasan dari Nyai Raga dalam mimpinya.

Hari sudah malam ketika Hilda menuruni bukit itu hendak pulang. Kembali jalan berbatu tadi dilaluinya seorang diri. Hilda berusaha untuk terus berjalan walau lelah sangat dirasanya. Tanpa terasa setelah beberapa lama kemudian sampailah ia di jalan besar yang bisa menemukannya dengan angkutan umum untuk kembali ke rumahnya.

Hilda pun bergegas pulang dengan menumpangi angkutan umum yang ternyata itu adalah angkutan terakhir yang jalan menuju ke kota. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun