Dengan penjelasan ini, siswa memahami bahwa food waste MBG dapat diarahkan ke beberapa jalur pemanfaatan, sesuai jenis dan kandungannya.Â
Tulang, plastik, dan minyak jelantah tidak dianjurkan dimasukkan ke dalam Losida, Ember Tumpuk, maupun ecoenzim karena sulit terurai.
Suasana sosialisasi semakin semarak ketika siswa diajak mengucapkan yel-yel bersama: "Zero Waste, Zero Worry!" yang berarti nol sampah, nol kekhawatiran.Â
Yel-yel ini menjadi simbol semangat bahwa setiap orang bisa berkontribusi menjaga lingkungan mulai dari hal sederhana. Dengan penuh semangat, siswa berteriak kompak sambil mengepalkan tangan, seakan meneguhkan tekad bahwa madrasah mereka siap bergerak menuju budaya tanpa sampah.
Meski baru berupa sosialisasi, kegiatan ini membuka kesadaran baru di kalangan siswa. "Saya baru tahu kalau kulit buah bisa dijadikan cairan pembersih alami.Â
Biasanya kan langsung dibuang. Jadi ingin coba di rumah," ujar salah satu siswa kelas XI. Siswa lain menambahkan, "Kalau program ini jalan, sisa makanan MBG bisa lebih bermanfaat. Tidak mubazir, malah bisa dipakai untuk pupuk kebun sekolah."
Kegiatan ini menjadi langkah awal untuk menumbuhkan kesadaran bahwa food waste bukan sekadar limbah, melainkan peluang belajar dan berinovasi.Â
Dengan pendekatan Project-Based Learning (PjBL), ke depan siswa diharapkan mampu mengamati, memilah, dan mengolah food waste menjadi produk yang bernilai guna.
Melalui sosialisasi ini, MAN 2 Bantul ingin membentuk budaya baru: sisa makanan tidak lagi dianggap sampah, tetapi sebagai sumber ilmu, sumber inovasi, bahkan sumber keberkahan.Â