Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Karena Polisi Juga Manusia

6 Februari 2015   17:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:43 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1423199270850982969

[caption id="attachment_395333" align="aligncenter" width="544" caption="Ilustrasi - kantor polisi. (Tribunnews.com)"][/caption]

Rabu, 4 Februari 2015, satu hari yang merupakan bagian dari perjalanan hidup suamiku yang harus dapat mengambil hikmahnya. Setiap kejadian pasti mengandung pelajaran bagi kita, tak terkecuali kisah yang terjadi antara suami dengan oknum polisi.

Kejadian ini bermula dari keinginan untuk balik nama kendaraan yang kami miliki dari plat Lampung (karena memang belinya punya orang Lampung) ke daerah tempat kami tinggal (di Jawa). Urusan pencabutan berkas memang kami minta tolong kakak yang di Lampung, kebetulan beliau adalah seorang polisi, sehingga kami tidak direpotkan urusan pencabutan berkas tersebut. Hanya tinggal kirim berkas asli yang dibutuhkan via pos dan kami pun menerima berkas pencabutan tersebut via pos juga. Ongkos tinggal transfer dan bereslah urusan pencabutan berkas tersebut.

Tahapan selanjutnya suami yang mengurus di SAMSAT dan Polres setempat tempat kami tinggal dan di sinilah insiden itu terjadi. Pada saat datang di  SAMSAT, berkas diperiksa petugas dan disampaikan masih ada berkas yang kurang dan harus diurus di Polres. Akhirnya suami mendatangi Polres dan langsung menuju tempat di mana pengurusan berkas yang dimaksud berada. Berkas diterima dan diperiksa oleh petugas yang bersangkutan, bersamaan dengan berkas lain yang sudah ada. Berkas yang tadinya sudah disatukan, dibolak-balik dan ada yang diambil dari tempatnya untuk diurutkan sesuai keperluannya. Pada saat itu petugas yang tersebut tidak mengatakan apa pun tentang kekurangan berkas. Beliau hanya menyampaikan pada suami untuk mengurus berkas lain yang memang harus diurus di Polres (kalau tidak salah cek fisik kendaraan yang dimaksud, namun karena kendaraan tidak dibawa suami mengatakan besok saja kembali lagi).

Pada saat penyerahan kembali berkas tersebut kepada suami, ternyata petugasnya mengatakan bahwa ada berkas yang kurang, yaitu STNK mutasi. Suami langsung kaget dan mengatakan bahwa berkas tersebut sudah ada, sudah dikirim dari Lampung. Suami yakin betul berkas tersebut sebelum dibawa ke SAMSAT/Polres ada karena paginya sudah dicek waktu mau berangkat. Mendengar jawaban suami tersebut, petugas yang memeriksa di Polres mengatakan dengan nada tinggi, "Bapak jangan mengada-ada, kalau berkas tersebut memang ada, ya berarti ada." Suami tetap mengatakan bahwa berkas tersebut memang sudah ada dan yakin betul sudah dimasukkan karena tadi pagi juga sudah dicek, lengkap. Menanggapi hal tersebut suami mengatakan coba dicek lagi, siapa tahu pada saat mengecek tadi berkas tersebut masuk di map lain. Mendengar perkataan suami demikian, petugas pemeriksa berkas mengatakan bahwa tidak mungkin terjadi hal seperti itu, kami bekerja secara profesional, kalau demikian halnya berarti kami bekerja ceroboh. Suami hanya menanggapi coba saja diperiksa lagi siapa tahu masuk ke map lain, manusiawi kan kalau ada salah semacam itu. "Ya tidak mungkin Pak, kami profesional," jawabnya. "Ya okelah kalau Bapak tidak mau mengecek lagi, biar saya cari berkas tersebut, siapa tahu kebawa. Dibawa ke mana berkas yang tadi?" "Sudah ke SAMSAT lagi, Pak," jawabnya. "Bisa minta nomor HP orang yang membawanya, saya mau tanyakan." "Tidak ada, Pak," jawabnya.

Akhirnya suami balik lagi ke SAMSAT dan mencari orang yang membawa berkas tersebut. Ternyata orang tadi sudah pergi dan menitipkan berkas STNK yang dicari tersebut ke petugas lain. STNK itu ternyata memang salah masuk dalam map berkas lain dan terbawa sampai ke SAMSAT lagi. Dengan perasaan yang tidak karuan (antara masih kesal dengan petugas yang ngotot mengatakan profesional tadi dan senang karena sudah ketemu) suami balik lagi ke Polres dan menyampaikan ke petugas tadi bahwa berkas sudah ketemu. Kepada petugas tersebut suami menyampaikan bahwa tidak semestinya dia ngotot mengatakan tidak mungkin hal tersebut terjadi, karena Polisi Juga Manusia.


Sampai di rumah dengan masih menunjukkan raut wajah teduh seperti biasanya, suami bercerita tentang hal yang sudah dialaminya siang itu. Beliau berujar, "Rasanya Bapak semakin tidak ingin menjadi polisi, apalagi polisi yang arogan semacam itu, kita doakan saja semoga dia mendapat hidayah, agar nantinya benar-benar bisa menjadi polisi yang baik, melindungi, mengayomi, dan bisa memberikan pelayanan yang prima ke masyarakat." Aku tertawa mendengarnya dan mengatakan, " Tentu saja Bapak tidak akan pernah jadi polisi, karena sekarang saja umurnya sudah 45 tahun dan berprofesi jadi guru." Semoga saja demikian, sehingga kita tidak takut kalau harus berurusan dengan polisi.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun