Berita tentang kekerasan yang menimpa anak-anak, sungguh menimbulkan rasa keprihatinan yang mendalam. Anak-anak yang semestinya kita lindungi, kita sayangi, malah menjadi sasaran kekerasan. Bagaimana mereka diperlakukan tidak semestinya, sungguh mengiris hati. Ada yang disekap, dipukuli, disiksa dengan benda-benda tajam maupun tumpul hingga menimbulkan bekas yang tidak mudah hilang. Tidak mudah terlupakan dan akan mereka ingat di sepanjang hidupnya. Bekas yang merupakan jejak kekerasan yang dialami.Â
Masa kanak-kanak mestinya merupakan masa yang paling membahagiakan. Masa bermain, masa menikmati kebebasannya dalam memulai eksplorasi kehidupannya. Di masa tersebut mereka belum mempunyai beban dalam menanggung kehidupan. Di masa tersebut mereka menerima limpahan kasih sayang dari orang tuanya, keluarga, lingkungan di sekitarnya. Kasih sayang yang merupakan penunjang bekal untuk kehidupan di masa berikutnya.
Sudah menjadi tugas kita orang tua untuk mewujudkan hal tersebut. Anak-anak yang dititipkan adalah merupakan amanah bagi kita untuk dapat diasuh sebaik mungkin. Memberikan pendidikan yang baik sedini mungkin, melalui keluraga dan lingkungan yang baik.
Ada yang beralasan bahwa kekerasan yang dilakukannya adalah demi mendidik anak, mendisiplinkan mereka. Padahal justru kekerasan yang mereka alami, merupakan contoh bagi dirinya. Anak yang mengalami kekerasan, mereka akan belajar melakukan kekerasan juga. Mereka akan melakukan hal yang sama pada teman-temannya, pada anak-anaknya kelak jika mereka berumahtangga.
Didiklah anak dengan penuh kelembutan, maka mereka juga akan menjadi anak-anak yang lembut di kemudian hari. Kelembutan ini dimulai dari perkataan, perilaku dan sikap yang kita tunjukkan. Jika kita terbiasa berkata dengan penuh kekerasan, bentakan, maka anak-anak bisa meniru kekerasan yang dicontohkan tersebut. Berbeda halnya jika kita berkata dengan penuh kelembutan, kasih sayang , tulus menyapa mereka, maka mereka juga akan belajar melakukan hal yang sama.
Maraknya berita kekerasan yang kita dengar, mestinya bisa menimbulkan sikap kepedulian. Setidak-tidaknya kita peduli untuk mengetahui apa yang terjadi pada lingkungan di sekitar kita. Kita mengenali tetangga kita. Kita tahu siapa anak-anak mereka. Kita mengetahui bagaimana kehidupan tetangga kita walau tidak detil. Apakah tetangga kita sudah tercukupi kebutuhan hidupnya, minimal kebutuhan dasarnya, pangan dan kasih sayangnya?Â
Jangan sampai tiba-tiba kita dikejutkan dengan berita misalnya anak tetangga kita meninggal karena kekerasan. Anak-anak tetangga kita mendapat kekerasan. Mereka dipukuli, disiksa tanpa seorangpun tetangga mengetahui. Sungguh ironis jika sampai terjadi hal demikian.Â
Dibutuhkan kepedulian lingkungan untuk pencegahan kekerasan terhadap anak. Setidak-tidaknya kita bisa menasehati diri dan lingkungan untuk tidak melakukan kekerasan. Saling peduli dengan lingkungan sekitar, bila ada kekerasan yang terjadi. Minimal kita bisa mencegahnya. Kalaupun misalnya lingkungan di sekitar kita sudah tidak mampu mengatasinya, maka kita bisa melaporkan pada pihak-pihak yang berkepentingan dengan perlindungan anak-anak tersebut.