Mohon tunggu...
Puji SusiloAsih
Puji SusiloAsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tumbuhkan Rasa Nasionalisme, Mahasiswa PMM UMM Gelar Sosialisasi dan Lomba Wawasan Kebangsaan di Desa Kucur

19 Mei 2021   00:57 Diperbarui: 19 Mei 2021   01:14 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       

               Hadirnya pandemic covid 19 di tanah air, menimbulkan dampak yang luar biasa disegala segi kehidupan manusia. Berbagai aktivitas banyak dilakukan secara daring untuk menghindari terjadinya klaster baru. Sekolah-sekolahpun ikut ditutup, dan proses kegiatan pembelajaran secara komprehensif dilakukan secara daring. Kegiatan belajar mengajar secara daring ini merupakan salah satu bentuk jawaban atas persoalan pembatasan kegiatan atau aktifitas yang mendatangkan banyak kerumunan. Kegiatan pembelajaran secara daring inipun nyatanya banyak menuai klaim dari orangtua siswa yang menganggap bahwasanya pembalajaran daring tersebut tidaklah efektif. Banyak diantara orang tua siswa yang kemudian menyampaikan kelah kesuhnya kepada sesama orang tua siswa dikalau anak-anaknya banyak memanfaatkan waktu untuk bermain medsos, ataupun game namun mengatasnamakan sebagai bentuk kegiatan pembelajaran dari sekolah. Yang artinya kegiatan pembelajaran secara daring ini seakan menjadi kesempatan bagi anak-anak untuk digunakan bermain hp atau gadget secara full time baik untuk barmain social media ataupun game.

        Akibatnya banyak anak-anak yang kemudian lupa terhadap materi sekolah ditambah lagi pemahaman anak-anak melalui pembelajaran daring juga sangatlah minim sehingga semakin besar kemungkinan anak-anak lupa terhadap materi yang telah disampaikan. Dan tidak menutup kemungkinan kebiasaan anak-anak bermain gadget tanpa kendali yang notabenya masih perlu pengawasan orang tua dalam menggunakan gadgetnya, akan memberi peluang untuk melunturkan jiwa nasionalisme pada diri anak-anak, salah satu bentuk dasarnya sudah tercerminkan pada anak-anak yang tidak jujur kepada orang tua. Itu merupakan salah satu cikal bakal tindakan yang nantinya dapat merambat pada lunturnya jiwa nasionalisme siswa. Ditambah lagi anak-anak jaman sekarang kebanyakan tidak cukup tahu dan mengenal terhadap tokoh perjuangan bangsa akan tetapi paham akan artis-artis luar negeri. Inilah dampak nyata keburukan akan pertumbuhan dan kemajuan teknologi masa kini yang mengancam jiwa nasionalisme anak bangsa.

         Berangkat dari permasalahan tersebut maka mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang tergabung di dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat Oleh Mahasiswa (PMM), kelompok 28 gelombang 3 dibawah bimbingan Rahadi, S.sos.,M.Si yang beranggotakan; Puji Susilo Asih, Silfia Dwi Angreani, Aditia Saputri, Serli Ega Yanuarsa, dan  Ardan Harto Wiguno berupaya untuk menumbuhkan dan menanamkan kembali jiwa nasionalisme anak-anak di tengah pandemic covid 19 yang dimana pemanfaatan teknologi canggih kian dimasifkan untuk mendukung berbagai bentuk aktivitas atau kegiatan. Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) ini sendiri merupakan suatu kegiatan yang pada dasarnya adalah kegiatan pengganti Kuliah Kerja Nyata (KKN) model baru di era pandemic covid 19, yang dibawahi langsung  oleh Derektorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DPPM) Universitas Muhammadiyah Malang.

          Desa kucur yang merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Dau Kabupaten Malang menjadi salah satu objek atau tempat untuk pelaksanaan kegiatan PMM UMM kelompok 28 gelombang 3, yang salah satu kegiatannya adalah melaksanakan sosialisasi dan lomba wawasan kebangsaan pada anak-anak desa yang ada di tempat bimbingan belajar Kucur. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk menumbuhkan kembali jiwa nasioanlisme pada jati diri anak-anak di desa. Realitas yang menunjukan bahwasanya anak-anak jauh lebih mengenal artis-artis luar negeri seperti BTS, BlackPink, NCT, Upin&Ipin, daripada tokoh-tokoh perjuangan bangsa seperti Soekarno, Moh.Hatta, Jendral Sudirman, Cut Nyak Dien menjadi sebuah dasar perlunya penanaman dan pemahaman kepada anak-anak terkait wawasan kebangsaan.

       Didalam sosialisasi dan lomba wawasan kebangsaan yang dilakukan pada anak-anak di bimbingan belajar kucur,  koordinator kelompok PMM UMM yakni puji susilo asih mengungkapkan bahwa, fakta anak-anak yang kurang cukup tahu akan tokoh-tokoh pergerakan bangsa, nama-nama kota, jumlah provinsi, adalah nyata adanya. Bahkan banyak anak-anak yang tidak mengetahui siapa bapak proklamator bangsa, ketika ditunjukkan foto atau gambarnyapun mereka tetap kurang mengetahuinya.

       Maka dari itu kegiatan sosialisasi dan lomba wawasan kebangsaan yang dilakukan di tempat bimbingan belajar kucur pada 8 April 2021 diharapkan dapat menumbuhkan semangat dan jiwa nasionalisme pada diri anak-anak. Sehingga ancaman lunturnya jiwa nasionalisme generasi bangsa ditengah digitalisasi dapat terhindarkan. Sejatinya bangsa yang kokoh adalah bangsa yang menghargai akan keberadaan sejarah. Dengan menghargai dan tidak lupa akan sejarah maka bisa dipastikan bangsa itu memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun