Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Globalisasi, Nasionalisme Indonesia dan Proyek Naturalisasi

25 Maret 2024   09:05 Diperbarui: 26 Maret 2024   09:02 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://bola.kompas.com/read/2022/01/13/18210048/pssi-harap-4-pemain-naturalisasi

Namanya tim nasional Indonesia, tetapi setengah anggota tim sepak bola diimpor. Programnya bernama naturalisasi. Rata-rata pemain, memang ada darah Indonesia. Kebijakan yang didukung penggemar bola, tetapi juga dikritik.

Mereka yang mengkritik bilang kebijakan ini mengabaikan bibit lokal, terutama yang bermain di liga 1. Puncak karir para pemain bola itu menjadi punggawa tim nasional, kalau semua diambil dari luar, para pemain dometik ini mau dikemanakan. Kira-kira begitu argumen para pengkritik. Kebijakan naturalisasi juga dianggap cara gampang, potong kompas dan mengabaikan sistem pembinaan sepak bola berjenjang.

Ceritera lain, suatu saat di teve presiden SBY pidato melepaskan ekspor perdana mobil nasional ke Amerika Latin. Yang disorot kamera adalah mobil merek suzuki APV. Ekspor nasional Indonesia tetapi merek nasional lain yakni saudara tua, Jepang. Pertanyaannya di tengah arus globalisasi ini, mana yang nasional, mana yang internasional, mana yang nasional, mana yang lokal, mana yang global?

Nasionalisme dan Nasionalisme Indonesia

Nasionalisme itu sebuah gagasan bahwa manusia itu baru aman hidupnya  kalau menjadi anggota sebuah komunitas bangsa. Karena itu, kesetiaan, pengabdian, pengorbanan pertama-tama ditujukan pada bangsanya. Bangsa itu kesatuan budaya, ikatan emosional antara orang-orang. Ikatan itu bisa didasarkan pada kesamaan etnis, agama, kesamaan leluhur, kesamaan sejarah atau kesamaan nasib sepenanggungan. Salah satu pengalaman senasib itu adalah pernah menjadi korban penjajahan.

 Kapan nasionalisme muncul? Ada yang mengatakan sejak zaman purba, 'in time in memmorial', di suatu titik waktu yang tak lagi diingat. Karena mayoritas manusia itu awalnya adalah bagian dari suku tertentu, yang sudah muncul entah kapan dalam sejarah. Negara modern hanya buah dari benih kumpulan-kumpulan kesukuan yang diikat oleh kesamaan bahasa, agama, budaya atau sejarah migrasi.

Ada juga yang bilang bahwa nasionalisme itu fenomena modern. Ikatan kebangsaan berkembang, karena kelahiran kembaran hukumnya yakni negara modern. Elit yang butuh menjaga integrasi wilayah dan politik negara, memakai nasionalisme sebagai alatnya. Kita satu bangsa, satu nenek moyang karena itu kita harus berada dalam satu negara.

Negara modern butuh mobilisasi sumber daya, pembangunan ekonomi, kekuatan militer, kesamaan tujuan. Semua itu  perlu persatuan. Tuan tanah kaya, raja-raja, kepala suku, penguasa lokal, kelas menengah, pemilik cuan, kaum proletar harus ditundukkan. Penggunaan kekerasan ada batasnya. Negara moderen butuh ide yang mengikat semua elit, menyatukan elit dan masa. Nasionalisme, ide bahwa kita satu bangsa, satu nasib, satu tujuan, adalah cara lembut untuk mengikat semua kekuatan ke dalam satu negara. Karena itu, John Breuily (1993) bilang bahwa 'nasionalisme itu soal politik, politik itu soal kekuasaan. Dalam zaman modern, politik itu berkaitan dengan kontrol oleh dan atas negara.

Karena itu, sementara ikatan kebangsaan itu bersifat kultural, emosional dan berbasis pada solidaritas kolektif, nasionalisme sebenarnya juga fungsional dan instrumental. Dalam pengertian bahwa nasionalisme digunakan untuk elit untuk mengembangkan kesadaran kolektif demi tujuan-tujuan kolektif dan tujuan kekuasaan. Nasionalisme adalah semacam gelas kosong yang dapat diisi dengan minuman berbeda di waktu berbeda. Minuman itu adalah tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh elit yang berkuasa, tetapi bertindak atas nama bangsa. Pada masa perang, gelas bernama nasionalisme diisi 'minuman' bernama musuh. Dalam persaingan ekonomi, gelas itu  diisi dengan anti ekonomi asing. Saat menghadapi pemberontakan internal, gelas nasionalisme dipenuhi dengan oleh integrasi nasional. Pada saat meminta tanah rakyat untuk waduk atau jalan, gelas nasionalisme diisi dengan kepentingan umum dan pembangunan. Bahasa memainkan peran penting dalam definisi dan implementasi gagasan nasionalisme.

Pandangan kedua lebih cocok untuk menjelaskan nasionalisme Indonesia. Sebagai bangsa, Indonesia itu relatif baru, penemuan modern.  Meski Bapak bangsa,  Prof.Muhamad Yamin mengatakan bahwa Indonesia sudah ada 1000 tahun. Alasannya berbagai macam tradisi dan budaya Nusantara sering mengkombinasikan warna merah putih, yang kemudian menjadi warna bendera nasional.

Sebagai bangsa, Indonesia itu dibentuk melalui pengumuman, yang bernama Sumpah Pemuda. Itu baru  tahun 1928. Sebelumnya hanya ada orang Jawa, Orang Ambon, Orang Sumatera, Orang Sulawesi atau Orang Timor. Para pemuda milleneal di zamannya memutuskan untuk mendeklarasikan  dalam Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 bahwa kita orang ini 'satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa'. Pengumuman ini yang melahirkan bangsa bernama Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun