Mohon tunggu...
Pujakusuma
Pujakusuma Mohon Tunggu... Freelancer - Mari Berbagi

Ojo Dumeh, Tansah Eling Lan Waspodho...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memilih Permainan Anak Sesuai Umur Itu Sulit!

13 September 2020   19:08 Diperbarui: 13 September 2020   19:10 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istri saya tentu kecewa. Bukan hanya karena anak tak suka, sepertinya dia menyadari bahwa tadi di toko mainan, kami berdebat hanya untuk hal yang sia-sia. Tak ingin membuatnya berlarut, saya mencoba menghibur dengan membungkus kembali mainan itu dan saya taruh di atas lemari.

"Mungkin nanti kalau dia sudah agak dewasa lagi, dia suka mainan ini. Kan bisa dikado pada ulang tahunnya yang ke 6, 7 atau 8 nanti," hibur saya.

Akhirnya, terpaksa kami balik lagi ke toko mainan, dan membelikan truk pemadam kebakaran yang saya pilih sebelumnya. Dan benar saja, ketika diberikan, anak saya begitu menyukainya. Ia langsung membuka dan memainkannya dengan ceria.

Sebagai orang tua dengan anak tunggal, tentu saya dan istri belum begitu pengalaman dalam hal mengurus anak. Ternyata, teori-teori psikologi perkembangan anak yang selama ini kami pelajari, tak mudah diterapkan dalam kehidupan nyata.

Memang terkadang, sebagai orang tua kita berharap banyak pada anak. Padahal tentunya, itu bukanlah sikap yang bijak. Karena sejatinya, orang tua yang baik adalah yang selalu mendampingi, membimbing dan mensuport pertumbuhan anaknya. Mengarahkan anak pada hal yang menunjan masa depannya memang penting, tapi bukan dengan cara yang memaksa. Semuanya harus dilakukan dengan perlahan, dengan pemikiran waktu yang tepat.

Sedih juga melihat anak-anak yang masa kecilnya kurang menyenangkan, saat ini. Mereka dipaksa sekolah, belajar, les dan lainnya demi memenuhi keinginan orang tua yang selalu berharap perfeksionis pada anak. Padahal, mereka sejatinya ingin bermain bebas dan mengekspresikan keceriannya.

Betapa kita selama ini telah kejam merenggut kebahagiaan mereka? Atau memang ini harus dilakukan demi menyiapkan masa depannya? Entahlah...

Mungkin tidak sedikit dari pembaca yang mengalami hal serupa. Tapi setidaknya, kisah saya ini menyadarkan, bahwa anak kita, memiliki dunianya sendiri. Biarkan dia tumbuh dengan dunianya itu, dan menikmati masa kecilnya yang selalu indah. Itu sudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun