Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bukan Tanda Kegilaan atau Depresi, Ini Penjelasan Mengenai "Call of The Void" yang Perlu Kamu Ketahui

22 Februari 2021   10:59 Diperbarui: 22 Februari 2021   23:17 10389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: pixabay.com)

"Youth always tries to fill the void, an old man learns to live with it" (Mark Z. Danielewsk)

Kemarin, aku melakukan perjalanan ke rumah salah satu orang teman dan karena rumahnya yang cukup jauh dari rumahku, beberapa kali aku berhenti untuk sekadar melepas penat. 

Di beberapa titik berhenti, aku memilih berhenti di sebuah jembatan yang mana di bawahnya mengalir sungai. 

Aku menatap ke bawah jembatan, memandang air sungai yang arusnya cukup deras karena memang akhir-akhir ini curah hujan di Sumenep memang cukup tinggi, dan sejenak terbersit pemikiran di otakku untuk melompat ke bawah. 

Entah mengapa, sejenak alam bawah sadarku seolah memberikan aba-aba. Namun, beberapa saat setelahnya aku justru mundur beberapa langkah alih-alih benar-benar melompat mengikuti sinyal yang diberikan oleh otak. Adakah dari kamu yang juga mengalami hal serupa?

Pernahkah kamu berkunjung ke suatu tempat yang tinggi, kamu melihat ke bawah dan memiliki perasaan ingin melompat? Atau ketika kamu sedang menyetir mobil memiliki perasaan ingin tancap gas dan menabrak semua mobil yang ada di depanmu? Atau misalkan kamu memiliki hewan peliharaan, kamu sedang memandikannya dan kamu memiliki pemikiran untuk menenggelamkannya? 

Kalau dipikirkan, apakah ini termasuk pemikiran bunuh diri atau kamu sedang dirasuki oleh sesuatu untuk berbuat jahat? 

Oh, tidak. Sebenarnya, itu bukan pikian bunuh diri. Setidaknya, perasaan itu bukan didasari oleh keputusasaan. Karena tentu saja penasaran, aku mencoba untuk mencari jawaban atas perasaan "aneh" yang baru saja aku rasakan. 

Dan ternyata, hal ini memiliki jawaban ilmiah yang dinamakan sebagai "call of the void" atau secara harfiah merupakan terjemahan dari bahasa Perancis dari "L'Appel du Vide" yang artinya adalah "Panggilan Kehampaan".

Call of the void adalah perasaan ketika sepersekian detik kamu ingin melakukan sesuatu yang sifatnya membahayakan bagimu tanpa didasari oleh kesadaran secara penuh. 

Biasanya perasaan atau pemikiran yang muncul tadi berasal dari alam bawah sadar yang hanya berkutat pada pemikiran di otak dan secara tidak sadar memunculkan refleks yang kamu sendiri tidak menyadarinya secara penuh mengapa kamu melakukannya. 

Ilustrasi (Sumber: weheartit.com)
Ilustrasi (Sumber: weheartit.com)
Call of the void ini erat kaitannya dengan contoh yang aku ungkap di awal tadi, seperti keinginan untuk melompat dari ketinggian atau melakukan tindakan membahayakan lainnya.

Berbicara mengenai melompat dari ketinggian, ini dikenal dengan istilah "High Place Phenomena (HPP)", di mana ada seorang Associate Professor dari The Faculty of Psychology University of Miami bernama April Smith yang berpendapat bahwasanya HPP ini sebenarnya menunjukkan keinginan seseorang untuk hidup

"Lah kok bisa? Bukannya kalau mau terjun kita justru sebaliknya?

Hasil penelitian Smith mengenai HPP menunjukkan fakta mengejutkan bahwa dari total 50 persen responden mengatakan bahwa mereka pernah mengalaminya. 

Smith meyakini bahwa HPP ini adalah hasil dari miskomunikasi yang terjadi pada otak manusia. Balik lagi ke contoh pertama tadi dan memang aku alami. 

Ketika aku pertama kali berada di samping jembatan dan memiliki keinginan untuk melompat, justru otak memberikan alarm kepadaku untuk melakukan hal sebaliknya yaitu "mundur!" dan secara tidak sadar, aku pun mundur. Nah setelah mundur aku kembali sadar dan terpikir, "Lah kok aku mundur? Kan aku juga gak mau lompat ke bawah" seperti itu.

Selanjutnya, HPP ini juga sering kali disangkut pautkan dengan tindakan bunuh diri. Padahal, tidak seperti itu. 

Kembali, Smith memaparkan bahwa jika pikiran individu terhadap HPP itu sebenarnya dua hal yang berbeda. Terlebih, apabila individu tersebut tengah mengalami depresi dan berpikir untuk mengakhiri hidupnya. 

Kesalahan persepsi yang seringkali terjadi adalah mengaggap bahwa ketika seseorang memiliki pemikiran untuk melakukan tindakan bunuh diri atau membunuh sesuatu itu merupakan impulsif. Padahal, tidak!

Smith mengungkapkan bahwa HPP tersebut hanya sebagian kecil dari pikiran impulsif. Ketika dilanda HPP, seseorang yang memiliki pemikiran yang sehat akan menganggapi hal tersebut sebagai sinyal bahaya. Dan pada orang yang berada pada kondisi sebaliknya, ketika pemikirannya sedang kurang sehat maka akan menanggapinya sebagai sebuah dorongan. 

Menyepakati apa yang diungkapkan oleh Smith, seorang Psikolog dari University of Notre Dame, yaitu Jennifer Hames di mana beliau memiliki spesialisasi dalam bidang tindakan bunuh diri, berpendapat bahwa manusia sering kali menyalahartikan sinyal yang diberikan atau datang dari otak.

Terlebih lagi, ini diamini oleh penelitian yang dipublikasi oleh Harvard Medical School yang pernah Hames baca dan mengatakan bahwa 1 dari 7 orang pernah memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidupnya di satu titik. 

Karena merasa antara perasaan tadi dengan HPP itu adalah dua hal yang berbeda, Hames beserta rekannya pada akhirnya melakukan wawancara terhadap 431 mahasiwa di Florida State University. Dari hasil wawancara tersebut kemudian didapatkan kesimpulan bahwa:

 "HPP itu bukan pikiran untuk melakukan bunuh diri melainkan sinyal yang berasal dari otak yang muncul untuk memberitahukan seseorang dalam kondisi yang berbahaya"

Dan, benar adanya bahwa di luar sana masih banyak sekali kesalahan persepsi yang menyalahartikan HPP ini sebagai "dorongan untuk melompat". Kemudian, Hames dan rekannya memberikan judul penelitian ini yaitu "An urge to jump affirms the urge to live".

Penelitian mengenai call of the void yang rekat dengan HPP ini tidak berakhir sampai di situ saja. 

Berbeda dengan pendapat Smith dan Hames yang saling menyepakati, seorang ahli psikologi yaitu Pauline Wallin yang berasal dari Camp Hill, California mengemukakan bahwa ia tidak sepakat dengan keduanya. Justru,Wallin mengatakan bahwa HPP sendiri adalah sebuah tantangan.

Wallin mengambil contoh seperti ini, ia menyamakan perasaan merinding yang terjadi ketika seseorang memandang ke bawah jembatan yang curam dengan perasaan seorang anak berumur 8 tahun saat ingin masuk ke wahana menyeramkan. 

Dari contoh ini, secara tidak langsung Wallin menjabarkan bahwa HPP adalah bentuk "tantangan" yang diberikan oleh tubuh, "Apakah kita bisa melawan ketinggian tanpa rasa takut?"

Sayangnya, karena Wallin tidak dapat mendasari pernyataannya ini dengan bukti-bukti ilmiah, maka pernyataannya ini berlalu begitu saja dan tidak terlalu dianggap keberadaannya.

Well, sebelumnya aku mengatakan bahwasanya pemikiran untuk bunuh diri dan membunuh sesuatu itu bukanlah termasuk tindakan impulsif, dan iya benar. Perilaku ini lebih pas masuk dalam kategori tindakan intrusif. 

Seperti yang dikatakan oleh Hames dan Smith, tindakan intrusif ini adalah jenis pikiran yang muncul sewaktu-waktu di suatu titik hidup dan mengganggu pikiran yang lain. 

Munculnya pikiran ini sebenarnya sebagai bentuk gejala awal bagi seseorang yang mengalami Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) dan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). 

Hames berpendapat bahwa pikiran intrusif yang datang sewaktu-waktu tersebut dapat pula dikaitkan dengan trauma di masa lalu. 

Namun, pada kasus HPP yang unik, pikiran intrusif HPP tersebut datang hanya saat seseorang berada di situasi bahaya. Contoh, berdiri di atas jembatan yang curam, berdiri di gedung yang tinggi, tengah mengendarai sesuatu dan lain sebagainya.

Penelitian mengenai call of the void dan HPP ini tentu saja sangat diapresiasi oleh banyak orang. Dibuktikan dengan sejak Hames dan Smith merilis penelitiannya pada tahun 2012, keduanya mengaku banyak mendapatkan surel yang mengungkapkan rasa syukur mereka bahwa HPP bukanlah tanda kegilaan atau pikiran ingin bunuh diri, melainkan rasa "kehidupan" yang seseorang rasakan.

Aku tidak menyangka dari kejadian kecil yang aku alami kemarin, berdasar pada rasa penasaranku juga, aku bisa menulis dan berbagi mengenai hal ini. 

Ternyata, segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, yang diinisiasi oleh alam bawah sadar kita, kalau kita mencoba mencari jawaban ilmiahnya, kita dapat menemukannya. Semoga kamu yang membaca tulisan ini bisa mendapatkan insight atas apa yang aku bagikan ini. 

Semoga tulisan ini bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun