Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Mencipta dari Kado Airmata di Penghujung Mei

20 Oktober 2020   07:55 Diperbarui: 20 Oktober 2020   08:14 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay.com

Sedangkan mereka, jangankan berpikir untuk meminta, sosok orangtua mungkin sudah hilang dari pikiran. Sebab, ya memang mereka ada di panti itu sejak berusia dini dan belum tahu apa-apa. Yang biasanya ketika dingin kehujanan, anak-anak lain dekat dan merasa hangat dalam dekapan, mereka barangkali hanya bisa menahan sembari menangis tertahan. 

Percaya atau tidak, namun meskipun mereka penuh dengan kekurangan, namun mereka tak pernah pelit dengan senyuman. Dan itu semua telah aku buktikan dengan kejadian, beban perkuliahan yang aku tanggung di semester awal seolah meluruh ketika kesana, salamku di depan gerbang disambut dengan senyuman dan pelukan mereka berlari datang berhamburan. Ah, sebuah kenangan yang dengan aku coba ingat sambil menulis ini  dapat membuat bibirku terangkat mengulum senyuman.

Balik lagi ke cerita perihal mereka yang memberikan aku sebuah kado kenangan, yang bukannya aku pakai, tapi hanya aku simpan karena sayang. Ada cerita dibalik airmata yang pecah sebab kado yang datang di penghujung Mei. Bulan yang menjadi cukup berat sebab selain kampus mulai dipenuhi dengan ujian-ujian, juga kegiatan luar kampus yang mulai memaksa untuk didahulukan. 

Aku hanya manusia, dimana aku pun perlu mengambil waktu untuk rehat dan berhenti sejenak datang ke panti saat akhir pekan. Sebab, aku memerlukan waktu untuk fokus sejenak terhadap kegiatan lain daripada memenuhi egoku untuk tetap datang ke panti walaupun keadaan memberatkan.

Penghujung Mei yang berat dan lukanya masih membekas. Awal kusampaikan niat untuk pergi sebentar itu, aku telah menghilangkan tak hanya satu atau dua senyuman, namun cukup banyak. Tak kuat sebenarnya, namun mau tak mau harus aku tunaikan. Aku berharap itu juga menjadi momen pembiasaan dan pendewasaan adik-adik di panti untuk mandiri, belajar sendiri seperti biasa, tanpaku.

Awalnya, aku menyangka mereka akan membenciku, sebab aku mengambil keputusan untuk meninggalkan mereka barang sebentar, ternyata tidak. Hati dan perasaan mereka terlalu suci. Alih-alih membenci, mereka menghadiahi aku sebuah kado airmata di penghujung Mei. Sebuah kado hasil dari sedikit ilmu yang aku ajarkan. Seperti yang aku katakan diawal, bahwa ketika di panti, aku biasanya mengajari adik-adik disana belajar membaca, menghitung, atau membuat sebuah kerajinan tangan. Sebab, aku memang sudah dibiasakan untuk membuat daripada membeli. 

Yah, aku adalah anak dari keluarga sederhana, dimana bapak ibukku saat aku kecil jarang sekali membelikan aku mainan. Alih-alih membelikan, biasanya bapak akan mengajakku untuk membuat. Ketika anak lain memiliki mobil-mobilan dari besi, aku dari daun siwalan yang dianyam. 

Ketika anak lain bermain layang-layang, aku hanya bisa melihat sambil bermain kejar-kejaran. Iya, aku memang anak perempuan, namun ketika kecil, kalau kamu membaca beberapa tulisan lamaku, aku telah mengatakan bahwa aku adalah anak perempuan yang tomboy pada masanya. Kembali lagi ke cerita mengenai adik-adik di panti tadi, aku lihat mereka memang serba kekurangan. Oleh sebab itu, maka aku ajarkan mereka untuk belajar menciptakan.

Terhitung, dari mereka yang awalnya tidak memiliki rak buku, aku melihat banyaknya kardus bekas air mineral yang didapat setiap kali ada donatur datang menyumbang, aku dan adik-adik sulap menjadi berbagai macam barang. Dari mulai rak buku, bingkai foto, kotak pensil, serta beragam macam kerajinan lain. Botol air mineral yang berserakan, seketika menjadi puluhan pot bunga yang bergantungan. 

Banyak sekali manfaat dan kesan setiap kali aku mengajarkan adik-adik disana membuat kerajinan tangan. Aku merasa semakin dekat, dan emosi positif mengalir selama kegiatan. Yang aku sukai dari mereka adalah, mereka cepat sekali dalam belajar. 

Tanpa aku minta, tahu-tahu setiap pekannya, ada saja 'ciptaan' baru yang mereka pamerkan. Dari mulai tutup botol yang dijadikan mobil-mobilan, sedotan yang disulap menjadi sandal, bahkan sepatu bekas yang telah bermetamorfosis menjadi sebuah pajangan menawan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun