Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Mendengar dengan Mata, Tidak dengan Telinga

26 Februari 2019   12:51 Diperbarui: 26 Februari 2019   13:50 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah melihat anak yang membuang sampah sembarangan ketika melihat orang  dewasa membuang sampah sembarangan? Atau pernahkah kita sebagai anak melihat orang tua kita menasehati kita atau menyuruh kita melakukan sesuatu yang tidak mereka lakukan? Mari kita memposisikan diri sebagai anak usia disini, maukah kita melakukan sesuatu yang orang lain perintahkan namun orang tersebut tidak melakukannya? Jawabannya adalah, tentu tidak. Oleh karena itu kemudian  judul artikel ini adalah anak mendengar dengan mata, tidak dengan telinga mereka.

Anak usia dini memiliki sifat alamiah yaitu meniru sesuatu. Baik itu baik, ataupun buruk. Mereka cenderung melakukan apa yang mereka lihat daripada apa yang mereka dengar. Dan ada pula orang tua yang suka sekali menasehati anak namun dirinya sendiri masih elakukan hal yang ia sendiri larang terhadap anak. Sebagai orang tua atau pendidik kemudian, seharusnya kita harus lebih peka terkait hal tersebut. Kita harus mampu paham betul mengenai pola pengasuhan yang tepat agar anak mau dan mampu mengikuti apa yang kita inginkan.

Mengenai pola asuh, menurut Baumrind,  Pola Asuh merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola asuh memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pola perilaku anak ke depannya. Karena sifatnya yang relatif konsisten itu kemudian yang sekaligus menjadi pembiasa anak dalam melakukan sebuah tingkah laku dan  memiliki pengaruh jangka panjang terhadap kepribadian anak.

Salah satu bentuk pola pengasuhan adalah dengan sering memberika nasehat baik terhadap anak namun pada praktiknya masih banyak sekali orang tua dan tenaga pendidik yang keliru sehingga anak tidak merespon hal baik yang dinasehatkan terhadap dirinya. Seperti halnya, ketika kita menasihati anak mengenai bahaya merokok, sementara kita memegang rokok di tangan, ucapan kita tidak akan berpengaruh apa-apa, terlepas dari seberapa benarnya. Anak kita akan melihat apa yang ada di tangan  kita dan mengambil pelajaran dari itu, mengabaikan apapun yang Anda katakan.

Benar adanya kemudian kata-kata dari Mahatma Gandhi mengenai satu tindakan yang sederhana lebih baik dari seribu khutbah atau nasehat. Kata bijak ini kemudian mampu diadopsi oleh para orang tua atau tenaga pendidik dalam menerapkan pola asuh atau pola ajar terhadap anak. Pola asuh yang menerapkan sistem Learning by Doing atau Belajar dengan Melakukan ini sangat ampuh dalam mengembangkan potensi yang ada dalam diri anak usia dini serta memudahkan orang tua untuk kemudian dapat memberikan penilaian target kepahaman anak tentang sesuatu yang diajarkan tersebut.

Selain bermanfaat terhadap anak, sistem learning by doing ini secara tidak langsung juga memiliki dampak yang sangat positif terhadap orang tua dan tenaga pendidik karena sistem ini menuntut orang tua atau tenaga pendidik untuk lebih kreatif lagi dan kembali belajar. Jadi tidak hanya nilai teori yang didapatkan baik anak, orang tua ataupun tenaga pendidik, namun juga nilai tindakan nyata yang terwujud melalui sebuah pola asuh ataun pola ajar yang diterapkan. Dengan pembiasaan yang baik, tentu anak juga akan terbiasa untuk senantiasa melakukan hal-hal yang baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun