Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - â›”

Feel nya mana?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kita Selalu Butuh Jeda

15 Mei 2019   22:01 Diperbarui: 16 Mei 2019   02:06 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tertera riasan rona merah muda di pipimu, ketika kamu kembali meringkus cinta. Tak ubahnya langit arkais kehilangan kekasih senjanya. 

Begitulah kiranya, aku pun sama ketika kamu duduk bersamaku tertawakan derita; Kita lupa pernah bersekutu dengan air mata.

Sebaliknya pun terlihat di keheningan hutan aksara melindapkan kebisingan mesin-mesin penggerak kota tanpa rasa, kamu pernah mengadar di sana. 

Dan aku pun sama pernah berburu canda tawa hingga tersesat terlunta-lunta lalu berhenti di derasnya air terjun aku melihatmu palingkan muka; Kita lupa pernah mengasingkan diri dari kejamnya cinta.

Selalu memilih tetap beriringan di tengah kerasnya kehidupan kota besar bernama; Setia, memang terlalu riskan bagi pengulang dan pesakitan seperti kita. Iya kejenuhan dan cemburu memang terlalu mematikan bila tak waspada menjaga koefisien rasa.

Maka dari itu sepakatlah, apabila di antara kita tiba pasukan samurai jenuh dan cemburu mengalungi leher kita. 

Dan seketika itu pula lah kita selalu butuh jeda hanya untuk nanti datang kembali merona merah mudakan cinta atau bahkan menamatkan baik-baik cerita tanpa harus menjadi asing sesudahnya.

  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun