Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Belanja Online Kolektor: Rasional, Impulsif, atau Kompulsif

22 Mei 2021   03:47 Diperbarui: 22 Mei 2021   11:15 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Action figure koleksi anak saya, dokpri.

Bila anda berhobi koleksi tetap dapat memiliki obyek buruan melalui belanja online dengan mengutamakan prinsip kehati-hatian sebagai berikut :
a. Memilih marketplace yang resmi dan sudah dikenal luas,
b. Menetapkan aplikasi dan membuat akun pada marketplace yang sudah terinstal.
c. Telusur dan bandingkan obyek koleksi dari berbagai sumber informasi termasuk produsen, spesifikasi teknis dan harga lalu tetapkan pilihan.
d. Cari produk yang telah dipilih di marketplace dan ketik di kolom pencarian, misal : action figure.
e. Perhatikan persediaan dan cermati diskripsi produk serta harga, apakah sesuai dengan informasi yang anda kumpulkan sebagai pembanding.
f. Membeli setelah melakukan rechek terhadap semua langkah pemesanan.
g. Baik membayar secara Cash On Delivery (COD) atau transfer pada saat menerima barang dari kurir agar melaksanakan protokol kesehatan ketat, termasuk mendisinfeksi bungkusan barang kiriman.
h. Beberapa istilah yang berhubungan dengan belanja online adalah Add to Chart, Brand New In Box, condition not control, delivery order, luar batas antar (LBA), Like New, On Model, one night service, testimonial, term and condition, dan lain-lain dapat dibaca di sini.

Perilaku membeli Impulsif dan kompulsif

Selain perilaku belanja rasional, terdapat pula perilaku belanja patologis berupa membeli impulsif dan membeli kompulsif. Maka sebagaimana seorang kolektor dapat mengendalikan perilaku belanjanya dengan rasional terhadap obyek benda yang ingin dikoleksi, kemungkinan terdapat pula kolektor yang membeli benda spesifik yang ingin dikoleksi secara impulsif dan kompulsif. Jadi para kolektor perlu menelisik apakah dirinya kolektor yang membeli rasional, impulsif ataukah tergolong kompulsif.

Merujuk pendapat berbagai ahli, Wisnuwardani menyatakan bahwa membeli impulsif merupakan kecenderungan membeli karena dorongan emosional yang kuat, spontan, kurang melibatkan pikiran, sehingga menimbulkan pembengkakan pengeluaran.

Pembelian impulsif merupakan perilaku membeli tanpa perencanaan, terjadi ketika konsumen mengalami keinginan yang kuat dan kukuh mengambil keputusan untuk membeli sesuatu secepatnya (P2TKP, 1/11/2020) <2>. Dampak negatif membeli impulsif adalah pembengkakan pengeluaran dan penyesalan.

Bagaimana dengan perilaku belanja membeli kompulsif. Faber mendefinisikan membeli kompulsif adalah perilaku membeli kronis dan berulang sebagai respon dari perasaan atau peristiwa negatif. Jadi membeli kompulsif mencakup dua hal, yaitu berulang-ulang dan adanya problematik individu. Perilaku compulsive buying adalah perilaku membeli yang muncul sebagai respon utama untuk menghadapi perasaan ataupun kejadian yang dianggap tidak menyenangkan seperti sedih, depresi, atau frustasi yang dilakukan secara berulang dan menjadi akut.

Dalam jangka pendek, perilaku membeli kompulsif berdampak positif berupa pengurangan stres dan ketegangan serta peningkatan hubungan interpersonal. Namun dalam jangka panjang perilaku membeli kompulsif akan berdampak merugikan secara ekonomi maupun psikologis, yaitu tunggakan kartu kredit, hutang pribadi, terjerat kasus hukum, rasa cemas, depresi maupun konflik interpersonal (Retno, 2014 : 3) <3>.

Dengan demikian untuk membawa mereka yang berperilaku membeli kompulsif menjadi berperilaku belanja yang normal rasional, lebih dulu diperlukan psikoterapi terhadap yang bersangkutan sesuai berat-ringannya faktor stres yang mendasari.

Tidak semua obyek koleksi berharga mahal, diecast mobil ada yang berharga puluhan ribu rupiah. Namun murah atau mahal karena memiliki keunikan dan makna khusus bagi pemiliknya, seorang kolektor akan melakukan upaya sistematis terhadap benda-benda yang dikoleksinya. Upaya tersebut meliputi pemeliharaan, penyimpanan, korespondensi dengan sesama komunitas dan menjaga kualitas terutama yang bertujuan investasi.

Upaya sistematis untuk menyimpan dan memelihara koleksi akan menghindarkan seorang kolektor berperilaku konsumtif yang berujung kepada akumulasi dan penimbunan barang. Mereka yang gagal melakukan pengendalian akan mengoleksi barang melebihi batas termasuk obyek yang bersifat tidak terlalu penting, dan bergeser menjadi seorang yang mengalami hoarding disorder.

Perilaku membeli impulsif yang tidak terencana dan membeli kompulsif sebagai mekanisme koping terhadap stres, berpotensi menimbulkan kondisi hoarding disorder. Estetika benda koleksi sebagai hiasan rumah pun lenyap, berganti dengan rumah yang penuh barang berantakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun