Merepresentasikan catatan pengorbanan bhayangkara Polri, film Sayap Sayap Patah (SSP) menampilkan drama gugurnya polisi dalam tugas. Sedang SSP-2 Â justru mengisahkan seorang anggota Densus-88 Anti Teror (AT) Polri yang kehilangan keluarga di tengah dinamika penugasan.
Dalam SSP-2, Pandu (Arya Saloka) di tengah beban tugasnya sebagai personel satuan khusus Polri, adalah seorang ayah tunggal setelah kehilangan istri karena sakit. Bahkan sebagai risiko tugasnya, dia harus  kehilangan Olivia anaknya karena serangan teroris.
Sayap Sayap Patah-2 terinspirasi dari Intan Olivia Banjarnahor (2,5), yang meninggal dunia sebagai korban ledakan bom di Gereja w Samarinda, pada Minggu 13/11/2016. Selain Intan, bom melukai tiga anak lain. Pelaku pengeboman bernama Juhanda, adalah seorang mantan napi bom buku di Tangerang.Â
Deradikalisasi dan pembinaan usaha mantan teroris
Selain fungsi edukasi, pertimbangan bisnis film untuk meraup untung merupakan hal yang wajar. Apakah SSP-2 bisa melampaui SSP yang sukses memikat hampir 2,5 juta penonton? Hingga hari ke delapan tayang belum ada data jumlah penonton SSP-2, sementara film animasi Jumbo telah menembus jumlah lebih dari 9 juta penonton.
Di luar pertimbangan bisnis, SSP-2 bukan sekedar tontonan namun juga menjadi tuntunan. Selain kepada masyarakat, SSP-2 juga dapat menjadi media evaluasi para pemangku kepentingan.
Dalam SSP-2, Leong (Iwa K) adalah gambaran napi teroris yang baru keluar dari penjara tak mampu menolak, ketika organisasi radikal memintanya untuk mengindoktrinasi "calon pengantin"(relawan bom bunuh diri). Hal ini menunjukkan bahwa tak mudah mantan napi teroris keluar dari lingkaran jaringan organisasi radikal.
Organisasi radikal kembali agresif membangun komunikasi dengan Leong. Kepada Leong disampaikan bahwa keahliannya sangat dibutuhkan untuk jalan perjuangan mereka membina kader.
Gambaran tokoh Leong seakan mengkritisi kegagalan proses deradikalisasi napi teroris selama dalam penjara. Terbukti pada sosok Juhanda mantan napi bom buku Tangerang yang kembali beraksi di Samarinda.
Hubungan Askar, anak Leong dengan lingkungan yang memburuk, menunjukan tak mudah masyarakat menerima kembali akibat stigma negatif mantan napi teroris yang menjadi beban bagi keluarga. Diperlukan keseimbangan sikap masyarakat antara menjaga kewaspadaan dan menerima kembali mantan napi teroris ke dalam lingkungan mereka.