Mohon tunggu...
Petrus Teguh
Petrus Teguh Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berkendara Roda 2 Seorang Diri dari Semarang ke Jakarta

11 Februari 2018   13:15 Diperbarui: 17 Februari 2018   19:52 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aku tiba di rumah Depok sekitar jam 4 sore. Tidak lama aku mendapat kabar bahwa temanku yang di Jakarta siap untuk menampungku, dan jadilah aku segera merapikan dan mengemas barang-barangku untuk pindah ke rumah temanku itu. Setelah berkemas, aku mandi dan tak lupa mengucapkan terima kasih pada saudaraku yang telah menyediakan ruang istirahat selama beberapa hari ini.

Aku meninggalkan Depok dan menuju Jakarta sekitar jam 6 sore. Sebelum menuju tempat temanku, aku hendak menemui seorang temanku yang lain terlebih dahulu di Kota Kasablanka yang berada di wilayah Jakarta Selatan. 

Rute yang kulalui adalah Jl Margonda Raya -- Jl Lenteng Agung -- Jl Pasar Minggu -- Pancoran -- Tebet. Perjalanan tersebut memakan waktu hampir satu jam dengan suasana lalu lintas yang ramai-lancar. Setelah tiba di lokasi, aku langsung masuk untuk mencari temanku itu. Kami akhirnya bertemu dan langsung membicarakan banyak hal, terutama tentang kegiatan sehari-hari setelah lama tidak bertemu. Setelah berbincang dan berjalan-jalan mengelilingi mall selama hampir 2 jam, kami saling berpamitan dan berpisah. 

Keluar dari kawasan Kota Kasablanka, aku langsung pergi menuju kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur untuk menemui temanku yang akan menampungku. Perjalanan dari Kota Kasablanka menuju kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam. Sekitar jam 10 malam aku tiba di rumah temanku itu dan aku langsung disambut dengan senyum yang ramah.

Selama di Jakarta, aku tidak melewatkan kesempatan untuk bersilaturahmi dengan teman-temanku yang lain yang ada di Jakarta. Kami bertemu dan mendiskusikan banyak hal, terutama keheranan mereka terhadapku yang melakukan perjalanan dari Semarang menggunakan motor seorang diri.

Sebenarnya aku masih ingin tinggal di Jakarta selama beberapa hari lagi, tapi keadaan tidak mengizinkanku.

Hari Selasa pagi aku terbangun jam setengah 7. Pagi itu menjadi akhir perjalananku di Jakarta karena stok pakaian sudah habis, dan kebetulan esok hari aku memiliki agenda di Semarang. Setelah mandi dan berkemas, aku berpamitan dengan temanku untuk memulai petualangan pulang menuju Semarang. Rute yang kulalui sama seperti rute ketika aku berangkat dari Semarang. Saat memulai perjalanan pulang menuju Semarang, aku mengganti jenis bahan bakar yang sebelumnya Pertalite dengan oktan 90 menjadi Shell Power dengan oktan 95. Perjalanan pulangku pun akhirnya dimulai.

Jalan demi jalan kulalui dengan semangat. Selama perjalanan, tidak ada kendala berarti yang kuhadapi. Jam demi jam pun berlalu. Tanpa terasa aku sudah melalui berbagai kota. Ketika itu aku mulai memasuki kota Brebes, dan tiba-tiba aku teringat bahwa aku harus membawakan oleh-oleh untuk orang rumah. Kebetulan di sisi jalan aku melihat toko telur asin khas Brebes berdiri berdampingan dengan rapi. Kemudian aku menyempatkan diri untuk mampir ke salah satu toko-toko itu. Aku membeli satu kotak paket telur asin yang isinya 5 telur asin rebus dan 5 telur asin bakar. Ibu penjaga toko langsung memberi tahu harga yang harus kubayar dengan wajah senyum dan nada yang ramah. Harga untuk telur-telur yang kubeli itu adalah 40rb rupiah. Mungkin memang sedikit lebih mahal dari harga telur asin pada umumnya, tapi harga itu masih bisa ku terima.

Perjalanan pun berlanjut. Entah apa yang membuatku begitu bersemangat hari itu, aku merasa aku benar-benar menikmati perjalanan dan tidak merasakan rasa lelah seperti yang ku alami saat berangkat dari Semarang ke Depok. Aku benar-benar tidak merasakan berapa banyak waktu yang telah berlalu, dan aku hanya menikmati pengalaman berkendara bersama tungganganku. Sesekali aku menghentikan laju motor untuk membeli minum di Indomaret dan membeli bensin. Akhirnya aku tiba di Semarang, dan saat itu waktu menunjukkan jam 5 kurang. Aku tiba di rumah jam setengah 6 sore.

Sesampainya di rumah, aku langsung memandikan motor, helm, dan ranselku. Setelah selesai, aku mandi dan langsung merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Rasa lelah, pegal, dan perih pun seketika terasa secara mendadak. Aku tidak menyadari bahwa sisi atas telapak tangan dan kakiku terbakar hebat oleh terik matahari sepanjang siang tadi. Kulitku yang terbakar itu sama sekali tidak menampakkan kecerahannya seperti biasanya. Memang salahku karena aku mengabaikan pentingnya fungsi sarung tangan dan sepatu. Di sisi lain, tulang belakangku yang menopangku selama berjam-jam saat duduk diatas motor juga mulai meneriakkan keluh kesahnya. Rasa pegal dan nyeri muncul secara bersamaan, seolah membuatku merasa bersalah akan perlakuanku pada tubuhku sendiri.

Tapi ada satu hal yang sangat kusyukuri, bahwa aku berhasil melalui perjalanan tersebut dengan selamat dan sehat. Perjalanan berkendara dengan motor sejauh lebih dari 500km seorang diri ini merupakan perjalan pertama dan mungkin akan menjadi yang terakhir kalinya bagiku. Keseruan yang kudapat tidak sebanding dengan kesehatan tubuh yang kukorbankan. Selain itu jalur Pantura yang penuh lubang dan benjolan berpotensi besar membuat velg dan shock breaker rusak. Sulit untuk mengatur kecepatan di jalur Pantura, karena semakin pelan pengendara memacu kendaraannya, semakin lama ia harus menikmati kejamnya medan Pantura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun