Mohon tunggu...
PSP Watch
PSP Watch Mohon Tunggu... Akuntan - Kalo kagak mampu mendirikan perusahaan, terus kenapa saham orang lain lu jual-jualin?

hobby menulis dan membaca laporan keuangan. Jika ada pertanyaan seputar laporan keuangan, financial engineering, emiten, saham, corporate action, silahkan tinggal pesan di komentar, jika ada waktu luang saya akan respond.

Selanjutnya

Tutup

Financial

IHSG - Mengintip Peluang Tumbuh (Ekspansi) pada Emiten Pelayaran

6 April 2022   13:45 Diperbarui: 6 April 2022   16:28 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/

Bisnis pelayaran adalah bisnis yang membutuhkan modal besar untuk ekspansi.  Namun demikian untuk mendukung ekspansi hal pertama yang menjadi pertimbangan adalah kebutuhan para pelanggan (penjualan).  

Efektifitas penjualan dapat diukur dari ketersediaan kapal, dimana pada bisnis pelayaran, emiten dapat melakukan penjualan meskipun kepemilikan asset kapal terbatas jumlahnya.  Sebagai solusi, perusahaan pelayaran akan menyewa aset kapal milik perusahaan lain untuk dioperasikan dan menghasilkan penjualan.  

Sehingga kita dapat mengetahui emiten pelayaran yang manakah yang paling mampu menggunakan asset sewa,untuk meningkatkan penjualan? Sebagai parameter, saya akan menggunakan total kontribusi beban sewa terhadap cost of sales, maka emiten pelayaran yang paling banyak menggunakan asset sewa adalah sebagai berikut:

(1) $HAIS, dari total cost of sales sebesar Rp. 343 miliar, total beban sewa (spot kapal) sebesar Rp. 193 miliar atau sebesar 56%.
(2) $PSSI dari total cost of sales sebesar USD 73,8 juta, total beban sewa kapal sebesar USD 20,7 juta atau sebesar 28%.
(3)$TPMA dari total cost of sales sebesar USD 32,6 juta, total beban sewa kapal hanya sebesar USD 956 ribu atau sebesar 3%.  

Konsekuensi dari pemakaian kapal milik perusahaan lain, tentunya akan menekan Gross Profit Margin (GPM), sehingga, tidak mengherankan kalau GPM HAIS menempatkan posisi paling kecil, hanya sebesar 19,88%, dibandingkan dengan PSSSI = 32,1% dan TPMA = 22,34%.   

Dengan demikian, penggunaan kapal sewa dapat dijadikan indikator, untuk menghitung peluang dari perusahaan pelayaran melakukan ekspansi menambah armada kapal, sekaligus menambah profit.  Berdasarkan jumlah kapal sewa, maka emiten yang paling berpeluang untuk menambah kapal, untuk menggantikan kapal sewa adalah HAIS.  Mungkin itu sebabnya HAIS melakukan IPO pada tahun 2021, yang mana saham IPO-nya sukses laku terjual, sehingga menghasilkan kas sebesar Rp. 157,6 miliar. Yang menyebabkan saldo kas pada akhir tahun 2021 sebesar Rp. 168 miliar.  

Emiten PSSI sebenarnya masih terdapat peluang untuk menambah armada kapal milik sendiri, tetapi komposisi kapal sewa sebesar 28% mungkin sudah cukup ideal.  Sebab jika dipaksakan menggunakan 100% kapal milik sendiri, mungkin nasibnya akan seperti TPMA, dimana TPMA hanya menggunakan kapal milik perusahaan lain sebesar 3%, yang malah menyebabkan profitabilitas GPM hanya sebesar 22,34%.  Jumlah tersebut lebih kecil daripada GPM PSSI (32,1% vs 22,34%), padahal PSSI mengunakan armada kapal sewa lebih banyak (28 % vs 3%).  

Dengan demikian terdapat titik balik (trade-off) antara keputusan menyewa atau beli.  Sehingga jika terlalu banyak beli atau memiliki kapal sendiri yang dioperasikan, maka hasilnya mungkin menjadi kontra produktif terhadap profitabilitas perusahaan.   Hal ini terjadi, yaitu pada saat volume penjualan mengalami penurunan, yang menyebabkan operasional kapal tidak maksimal bahkan mungkin menganggur karena kekurangan cargo.

Pada saat volume penjualan tidak maksimal, beban tetap operasional kapal tidak berubah, meskipun tidak ada penjualan perusahaan tetap harus membayar beban tetap kapal seperti "beban deperesiasi", "beban crew", beban perawatan, beban consumable dan lain-lain.  Berbeda halnya dengan kapal sewa, jika volume penjualan sedang mengalami penurunan, maka sewa kapalnya dapat diputus.  Sehingga emiten tidak harus menanggung beban tetap operasional kapal.  

Oleh karena itu berdasarkan analisa penggunaan kapal, sewa atau beli, maka emiten HAIS adalah emiten yang paling berpeluang untuk ekspansif, membeli kapal baru, untuk menggantikan armada sewa, yang dapat meningkatkan penjualan atau dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.  

Apalagi didukung dengan kondisi keuangan saat ini yang masih cash rich, dari hasil IPO, dan total utang bank hanya sebesar Rp. 26 miliar.   Apalagi HAIS adalah grup bisnis, yang induknya adalah pemilik tambang batubara, sehingga secara finasial dan market akan paling disenangi oleh kreditor (BANK), karena adanya jaminan cargo (angkutan) dari sang induk dan jaminan kekuatan modal (equity), dimana pada tanggal 31 Desember 2021, pihak berelasi meminjamkan uang kepada HAIS sebesar Rp. 15,4 miliar. Jumlah ini mengalami penurunan, pada tahun 2020 pihak berelasi meminjamkan uang sebesar Rp. 30,2 miliar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun