Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menemukan Ketenangan di Tengah Kekacauan: Makna Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2025

10 Oktober 2025   12:23 Diperbarui: 10 Oktober 2025   14:16 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan dalam kecemasan pasca bencana (ilustrasi dibuat oleh ChatGPT)

Refleksi Seorang Psikiater tentang Kecemasan, Ketahanan Mental, dan Harapan di Masa Krisis

oleh: dr. Andri,SpKJ,FAPM 

Setiap tanggal 10 Oktober, dunia kembali diingatkan tentang pentingnya kesehatan jiwa. Tahun 2025 ini, tema yang diangkat oleh World Federation for Mental Health (WFMH) adalah:

"Access to Services: Mental Health in Catastrophes and Emergencies."

Tema tersebut menggugah kita untuk merenung: di tengah berbagai bencana, perang, pandemi, dan tekanan hidup modern, bagaimana nasib kesehatan jiwa manusia yang sering kali tak terlihat?

Sebagai psikiater, saya sering menyaksikan bagaimana ketakutan dan ketidakpastian dapat mengubah cara tubuh berbicara. Banyak pasien datang dengan keluhan fisik -- dada berdebar, kepala terasa berat, sulit tidur, atau perut melilit -- padahal semua pemeriksaan medis menunjukkan hasil normal. Itulah bahasa lain dari pikiran yang lelah dan hati yang cemas.


Cemas Itu Manusiawi, Tapi Tak Selalu Harus Menguasai

Kita hidup di zaman yang penuh ketidakpastian. Berita tentang bencana, perang, dan krisis global datang silih berganti. Dalam konteks ini, rasa cemas bukanlah tanda kelemahan, tetapi reaksi alami tubuh saat berhadapan dengan ancaman.

Namun, bila kecemasan berlangsung terus-menerus tanpa diolah, ia berubah menjadi beban kronis yang bisa menurunkan daya tahan tubuh dan kualitas hidup. WHO (2025) mencatat, satu dari lima orang yang terdampak bencana atau konflik akan mengalami gangguan mental serius, sementara sebagian besar lainnya mengalami gejala stres yang mengganggu keseharian.

Sebagian pasien bahkan tidak menyadari bahwa gangguan psikosomatik mereka berasal dari tekanan emosional. Mereka berpindah dari satu dokter ke dokter lain, tanpa menemukan jawaban yang menenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun