Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kecemasan Pada Skizofrenia: Masalah yang Sering Terlupakan

23 Agustus 2025   09:25 Diperbarui: 24 Agustus 2025   16:15 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggota advisory board of Ciraprazine saat diskusi di Bangkok (Sumber: foto dari Noviantoro)

Kecemasan pada Skizofrenia: Masalah yang Sering Terlupakan

Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater RS EMC Alam Sutera)

Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa berat yang banyak dikenal masyarakat. Namun, yang sering tidak disadari, penderita skizofrenia juga bisa mengalami gangguan kecemasan (anxiety). Padahal, keberadaan kecemasan ini dapat memperburuk kondisi pasien dan memengaruhi kualitas hidup mereka secara signifikan. 

Pada praktek sehari-hari, gejala kecemasan pada pasien skizofrenia bukan menjadi pertanda awal pasien datang berobat ke psikiater (dokter spesialis kedokteran jiwa). Banyak kasus kecemasan berupa kebingungan yang berlebihan dan tidak biasa sebenarnya merupakan pertanda awal gejala skizofrenia yang perlu diwaspadai dan dikenali oleh keluarga pasien.

Jika orang terdekat pasien bisa mengenali ini sejak awal, maka pengobatan segera untuk memperbaiki kondisi pasien secara keseluruhan akan lebih baik menghasilkan perubahan. Seperti diketahui, semakin segera skizofrenia dikenali dan diobati, harapan kepulihannya akan lebih baik. 

Sayangnya, kecemasan pada skizofrenia sering tidak terdeteksi. Hal ini karena dalam praktik klinis, dokter lebih fokus pada gejala inti skizofrenia seperti halusinasi, waham, atau gangguan berpikir.

Akibatnya, masalah kecemasan sering dianggap sekunder, padahal sebenarnya bisa memberi dampak yang besar terhadap perjalanan penyakit. 

Pada acara Advisory Board Meeting of Cariprazine yang baru saja diselenggarakan di Bangkok pada 17 Agustus 2025 kemarin, Prof Dr.dr. Marga Maramis,SpKJ, Konsultan Psikiatri Biologi dari FK UNAIR, Surabaya, Indonesia menekankan hal ini pada presentasinya. Beberapa kondisi terkait masalah kecemasan dan dampaknya pada pasien skizofrenia dibahas mendampingi beberapa bahasan lain dari pembicara ahli lainnya di Asia Tenggara.

Saya sendiri sebagai wakil lainnya dari Indonesia, ikut berdiskusi dan mengomentari masalah-masalah kecemasan yang ada di dalam praktek sehari-hari terutama kaitannya dengan skizofrenia khususnya pada fase awal penyakit ini yang banyak dialami oleh pasien usia muda. 

Dampak Kecemasan pada Skizofrenia

Beberapa penelitian, termasuk yang ditulis oleh Chaudhury dan kolega (2020) serta Kiran (2016), menunjukkan bahwa kecemasan dapat memberikan banyak konsekuensi buruk bagi pasien skizofrenia, antara lain:

1. Memengaruhi perjalanan penyakit

Kecemasan bisa memperberat prognosis skizofrenia. Pasien yang cemas biasanya lebih sulit stabil dan lebih rentan mengalami kekambuhan.

2. Tidak membaik dengan obat antipsikotik saja

Obat antipsikotik yang menjadi terapi utama skizofrenia sering tidak cukup mengatasi gejala kecemasan. Karena itu, pasien membutuhkan pendekatan tambahan, baik farmakologis maupun psikososial.

3. Meningkatkan ketidakpatuhan minum obat

Kecemasan yang tidak tertangani bisa membuat pasien tidak disiplin mengonsumsi obat. Akibatnya, gejala psikotik bisa kambuh kembali.

4. Memperburuk outcome pengobatan

Pasien dengan skizofrenia dan kecemasan umumnya memiliki respons pengobatan yang lebih rendah dibanding yang tidak mengalami kecemasan.

5. Masalah psikososial

Kehidupan sehari-hari pasien menjadi lebih sulit. Mereka bisa mengalami masalah dalam hubungan sosial, pekerjaan, hingga pendidikan.

6. Risiko perilaku bunuh diri

Kecemasan yang berat seringkali menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya ide atau upaya bunuh diri.

7. Risiko rawat inap berulang

Karena gejala yang tidak stabil, pasien berpotensi lebih sering kembali ke rumah sakit.

8. Dampak pada keluarga

Kecemasan tidak hanya dirasakan pasien, tetapi juga meningkatkan beban keluarga dalam merawat mereka.

9. Kualitas hidup yang menurun

Kombinasi antara gejala psikotik dan kecemasan membuat pasien sulit menikmati hidup dengan baik, bahkan bisa berakhir pada masalah serius seperti tunawisma.

Pentingnya Deteksi Dini

Melihat dampak yang begitu besar, maka skrining kecemasan pada pasien skizofrenia menjadi sangat penting. Diagnosis yang tepat waktu dapat membantu dokter memberikan intervensi lebih komprehensif, misalnya dengan menambahkan obat anti-kecemasan, terapi psikologis, atau pendekatan psikoedukasi untuk keluarga.

Bagi keluarga, penting untuk peka terhadap tanda-tanda kecemasan pada anggota keluarga yang mengalami skizofrenia. Gelisah, mudah panik, sulit tidur, atau mengeluh rasa takut yang berlebihan bisa menjadi petunjuk adanya gangguan kecemasan yang butuh perhatian.

Skizofrenia memang identik dengan halusinasi dan waham. Namun, jangan lupakan bahwa kecemasan juga sering hadir dan memperberat penderitaan pasien.

Dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat, pasien bisa memiliki kualitas hidup yang lebih baik, stabil, dan produktif. Semoga tulisan ini bermafaat. Salam Sehat Jiwa

Rujukan:
Chaudhury S, et al. Indian Psychiatry Journal. 2020;29(1):S151--S156.
Kiran C. Indian Psychiatry Journal. 2016;25(2):210--215.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun