Mohon tunggu...
Pryanka Ramadini
Pryanka Ramadini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi

✨Berbagi pengalaman yang dikemas menjadi sebuah karya tulisan, adalah pilihan saya untuk mengembangkan bakat dan menebarkan manfaat dari dahsyatnya sebuah Ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ternyata 4 Ungkapan Berikut Merupakan Body Shaming!

11 Juni 2021   21:23 Diperbarui: 15 Juni 2021   02:42 2039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mendapat bullying dari orang lain. (sumber: Highwaystarz-Photography via kompas.com)

Body shaming adalah bentuk celaan melalui lisan ataupun tulisan, yang bertujuan untuk mengejek fisik orang lain. Istilah ini sering muncul ketika seseorang melontarkan perkataan, ataupun pertanyaan sensitif yang dapat menyinggung perasaan orang lain. 

Tak berbeda jauh dari bullying, perkataan dan perbuatan tersebut dapat mempermalukan pihak lain, sehingga tak jarang membahayakan si korban. Body shaming juga menjadi sorotan dan kasus yang sedang ramai dibicarakan saat ini.

Contohnya sering kita jumpai beberapa komen netizen di kolom komentar akun instagram artis, selebgram, seleb tiktok atau bahkan di kalangan teman terdekat. 

Ada beberapa ungkapan yang dimana sebagian orang merasa bahwa itu bukanlah body shaming atau sebenarnya tidak berniat untuk mengejek. Maka dari itu, mari simak beberapa ungkapan dan pertanyaan berikut yang merupakan body shaming, serta dapat menyinggung perasaan orang lain.

1. Eh, kamu jadi ngga sih ikutan program diet yang waktu itu? Kok masih gendutan ya?

Terdengar sangat ringan memang ya. Beberapa orang mungkin juga menganggap bahwa itu hanyalah sekadar pertanyaan untuk memastikan saja. 

Coba perhatikan baik-baik, apakah layak melontarkan pertanyaan yang meng-klaim bahwa orang itu telah 'gagal' dalam prosesnya?

Bagaimana jika pertanyaan itu diubah menjadi, "Gimana nih proses program pola hidup sehatnya, lancar kan yah? Bagi-bagi dong pengalaman!" Terdengar lebih ber-etika bukan?

sumber: thetimesofafrica.com
sumber: thetimesofafrica.com

2. Oh, sekeluarga emang gitu? Pantes adek kakak mu juga kurus kerempeng, kayak tengkorak hidup

Tak cukup hanya dengan menghina satu orang saja, tetapi satu keluarga pun bisa dibawa-bawa. Tidak banyak yang kita ketahui mengenai perasaan orang lain diluar sana, ketika keluarganya terlibat dalam obrolan 'sederhana' namun menyinggung. 

Perihal keluarga sangatlah sensitif. Maka, coba pertanyaan itu diganti menjadi, "keluarga mu badannya ideal semua yah? wah, boleh nih sharing-sharing tipsnya dulu!." Tujuan yang sama, namun tanpa menyakiti perasaan orang lain.

3. Abis ngelahirin bayi yang gede yah? Aduh, badannya jadi rusak gitu

Tidak hanya wanita yang sudah menjadi seorang ibu, tidak terlimitasi oleh gender, remaja dan orang dewasa pun tahu betapa luar biasanya perjuangan seorang ibu dalam mengandung anak selama 9 bulan lamanya. 

Tak jarang pula beberapa ibu mengalami baby blues syndrome, karena itulah resiko atau dampak yang harus dihadapi. Jangan pernah menambah beban mereka dengan melontarkan pertanyaan 'sepele' yang susunan katanya kurang baik. 

Mari ganti dengan pertanyaan, "bagaimana keadaan ibu dan bayi? sehat terus kan yah?." Apa lagi hal lain yang perlu kita ketahui selain berharap kebaikan untuk ibu dan bayinya?. 

Jika sudah tahu risiko yang akan dihadapi seorang ibu adalah berubahnya bentuk fisik, maka kata-kata itu tidak perlu dilontarkan langsung ke wajah mereka yang baru melahirkan. 

Jika pertanyaan berikut bertujuan untuk "sharing" bagaimana caranya kembali merawat tubuh, maka gunakan bahasa yang santun. Ubah "aduh, badannya jadi rusak gitu," menjadi "saat dan setelah mengandung, baiknya mengonsumsi makanan seperti apa ya? 

Olahraga seperti apa ya yang aman dan disarankan untuk ibu hamil?." Tidak berbelit-belit, dan tidak meninggalkan bekas luka untuk sang ibu.

4. Ngga cocok yah skin care yang kemarin baru beli? Tuh, makanya jadi bopeng

Kita tahu bahwa setiap orang memiliki jenis kulit yang berbeda-beda. Setiap orang juga memiliki usaha serta upaya yang berbeda-beda pula dalam mengatasi masalah kulit pada wajah ataupun tubuhnya. 

Menyatakan secara langsung ketidak cocokan terhadap produk yang mereka pilih, bukanlah suatu solusi untuk memberi tahu. Mungkin yang terlihat hanyalah satu produk yang dipakai, namun perjuangan mereka untuk berani tampil di depan umum, apakah tidak pernah memikirkan hal itu?. Kata-kata baik dalam etika memberi tahu juga dibutuhkan. 

Bacalah pertanyaan ini, "kamu udah cari tahu belum tentang produk yang baru kamu pakai untuk jenis kulit acne? Kalo belum, yuk kita cari tahu bareng-bareng." 

Maksud hati ingin mendapatkan pernyataan tentang kecocokan mereka terhadap produk, bukan? Maka sampaikan dengan cara yang baik, jangan lontarkan kata ejekan seperti "bopeng".

Jangan pernah bertindak seolah merasa tidak bersalah, dan memperingan suatu keadaan yang termasuk dalam kategori mencela menjadi, 'jangan baperan lah.' Kritikan yang baik harus disertai dengan saran. 

Jika hanya bisa mengkritik, memberi advice yang buruk tanpa menyampaikan solusi, maka itu adalah ejekan, celaan. Terlebih jika ejekan itu disertai dengan mengejek keadaan fisik. 

Benar adanya bahwa setiap orang memang bisa merawat dirinya lebih baik. Namun, bukan hak kita untuk mencela. Kata-kata "tanpa sadar" harus dihindari dengan cara menyingkirkan niat "hanya ingin tahu." 

Pahami dulu apakah rasa penasaran itu dapat memberi benefit bagi diri sendiri, dan juga harus berguna bagi orang lain. Mari bijak dalam berkomentar!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun