Mohon tunggu...
Perdana A. Negara
Perdana A. Negara Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

s1 administrasi publik, Fisip Unsoed.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Nol

3 Januari 2020   13:02 Diperbarui: 3 Januari 2020   13:25 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nol.

Untukmu, yang tak lagi telanjang, para sampah Taman Eden!
*
Angkasa luka hijau membiru. Pada angka satu, langit berpancang rupa. Aku dan kau, bisa jadi seribu Arjuna? Alih-alih pandita, yang pantas mati belaka.
*
Hati yang murka, menyembur dari sana api sekental darah! Tamasya merah mentah. Tanya saja si hebat Astika.
*
Mual, muak dan merekah! Bersuci dalam air tawa, memikul pelita di dalam gua. Sendiri, sepi dan sunyi.
*
Berakhir pada kelindan renjana. Pria sepele yang kecanduan masturbasi; pada malam-malam yang tak utuh lagi.
*
Luruh, sampai nafsu kering menjadi debu.
Kau bukan apa, hanya deret angka nol; Mengalirkan amis darah, dari tepi langit Kurusetra.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun