Mohon tunggu...
Operariorum
Operariorum Mohon Tunggu... Buruh - Marhaenism

Operariorum Marhaenism, merupakan Tulisan-tulisan mengenai ditindasnya orang Minoritas didalam realitas dan pola-pola diskriminasi yang dilakukan oleh pemilik otoriter, korporat dan kapitalissecara semenang-menang dan tidak adanya keadilan bagi kaum maniver mikro.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apriori Politik

28 Februari 2021   08:05 Diperbarui: 28 Februari 2021   08:11 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Demikian pula, beberapa teoritis telah menegaskan bahwa kapitalisme liberal mengandung potensi krisis legitimasi meskipun fakta menunjukan bahwa para warga negara dari masyarakat-masyarakat itu tidak memahami problem menurut cara itu. Singkatnya penjelasan mengenai rintangan strukttural sebagian besar akan ditentukaan oleh pemahaman dan penjelasan arti yang didukung orang.

Secara khusus, Geertz menunjukan adanya unsure kedalaman hermeunitika, sesuatu yang menghubungkan makna dan aktivitas individual dengan sistem symbol dan jaringan makna yang lebih luas dan mendala. Keterangan lengap mengeni kehidupan politik yang melebihi apa yang disebut oleh Connolly sebagai interpretasi murni (dan apa yang telah saya gambarkan disini sebagai hermeunitikapenemuan kembali). Interpretasi murni (kebanyakan dicirikan oleh winch), tegas Connoly, tidak mampu menjelaskan inkonsistensi antara penampakan dan realitas.

Untuk menunjukan hubungan ini, Cpnnolly mengajukan sebuah interpretasi tentanf kesulitan para pekrja kerah biru yang sudah menikah dari bangsa kulit putih, diamerika serikat. Apa yang menyebabkan kesediaan mereka untuk tunduk pada berbagai rutinitas kaku dan control otoriter dari pekerjaan adalah apa yang disebut oleh Connolly dengan "ideology" berkorban (ideology of sacrifire), yakni apa yang mereka tafsirkan sebagai sebagai pengorbanan sukarela demi memberikan keamanan pada keluarga mereka dan kesempatan bagi anak keturunan mereka untuk menikmati janji kehidupan Amerika yang sebenarnya telah menjauhkan diri dari pekerjaan kerah biru.

Dalam hal ini Connolly mengkalaim bahwa identitas diri partisipan dikaitkan dengan rintangan structural dan institutional dan akibatnya akan bisa menjelaskan mengapa interpretasi-interpretasi baru yang bertentangan dengan pemahaman diri mendapatkan tentang yang kuat. Akhirnya, argument Connolly menunjukan bahwa keterangan Fay tentang hubungan antara teori dan praktek dalam teori interpretative adalah cacat.

Ini menyiaratkan, tegas Gadamer, bahwa otoritas tradisi tidak sekedar merupakan antithesis dogmatus dari akal yang telah dimasukkan oleh zaman pencerahan dan anak keturunanya (misalnya, Hambermas). Namun muncul suatu problem dari klaim harmeunitika filosofis gadamer masalah yang melambangkan kalim ekspresivis bahwa setiap hari kita dan kompetensi liguistik merupakan fondasi yang menjadi sandaran semua pengalaman dan pemahaman, dalam hal ini, hermutika mengemukakan pernyataan ; " adakah pemahaman tentang makna yang terkait dengan struktur symbol yang dirumuskan dalam bahasa sehari-hari , yang tidak memiliki kaitan pada prasangkaan konteks hermeunitka, dalam proses pemahaman yang bergantung kepada penegrtian ini menghindari bahwa natural sebagai sebuah meta-bahsa yang terakhir?

Herbermas menjawab ada. Psikoanalisis dan kritik ideology memprkenalkan adanya komunikasi yang terdistori secara sistematis, yakni batasan structural terhadap pemahaman yang tdak dapat diidentifikasi, dijelaskan bahwa ataupun diatasi kemampuan komunikatif, betapapun dikembangkan secara tajam dan disebarkan secara terampil dalam kehidupan sehari-hari. Maka esai dari habermas dalam hal ini menggambarkan contoh penjelasan psikoanalitik yang menawarkan keteranggan tentang tindakan komunikatif yang patologis, terdistori. Tetapi jelas, ini bukan persoalan- nya, tegas Habermas. Anggapan ini mengingkari fakta bahwa penggunaan kekuasaan (force), yang sering dalam bentuk otori- tas dogmatis, mengakibatkan terjadinya deformasi komunikasi ntersubjektif. Di sisi lain, 'Hermeneutika tercerahkan yang tis, yang membedakan antara pengetahuan (insight) dari delusi', 'mencakup kesadaran meta-hermeneutik dari kondisi bagi kemungkinan komunikasi yang terdistorsi secara sistematis. Hermeneutika ini menghubungkan proses pemahaman dengan prinsip wacana rasional, di mana kebenaran hanya akan dijamin oleh jenis konsensus itu, yang telah dicapai di bawah kondisi ideal komunikasi yang tak terbatas, yang terbebas dari dominasi'.

Mengingkari atau meremehkan arti penting paksaan, kekuatan dan kekuasaan dalam menetapkan penerimaan tradisi kita berarti tenggelam ke dalam pengakuan tradisi secara dogmatis. Habermas menegaskan bahwa hal ini mendorong Gadamer untuk mengingkari pertentangan antara akal dengan otoritas, dan mendorongnya untuk menempatkan pembatasan yang tidak masuk akal ke dalam proyek pencerahan.

Pada sisi lain, usaha Habermas sendiri akhir-akhir ini (1978) difokuskan untuk mengenali persyaratan komunikasi pragmatis, formal, yang tidak terlepas dari historisitas pemaha- man yang ditekankan oleh ekspresivisme. Misalnya, di antara kondisi komunikasi yang tak terdistorsi, yang dikenali oleh Ha bermas, adalah klaim validitas kebenaran, kelayakan dan kesungguhan (validity of truth, appropriateness, and sincerity)." Tetapi tentu, kriteria yang menentukan kebenaran atau kelayakan atau kesungguhan, akan bervariasi dari tradisi sejarah ke tradisi sejarah lainnya." Ada beberapa cara melihat perdebatan antara Gadamer (dan ekspresivisme secara umum) di satu sisi dengan Habermas di sisi lain. Sebuah cara, yang sangat tidak membantu, adalah dengan melihatnya sebagai perdebatan antara teori interpretif dengan rasionalisme yang tidak direkonstruksi. Tetapi pembacaan semacam ini mau tidak mau merendahkan apresiasi Hebermas terhadap teori interpretative dan juga kritisismenya terhadap rasionalisme kontemporer.

asih ada interpretasi yang ketiga. Perdebatan antara Habermas dan Gadamer dapat dilihat sebagai perdebatan yang terjadi di dalam teori interpretif ekspresif, sebuah perdebatan di mana setiap pemikir menerima ajaran ekspresivisme umum tetapi pada saat yang sama masing-masing menekankan implikasi- implikasi yang berbeda dari ekspresivisme itu. Gadamer dapat dipahami sebagai pemikir yang menekankan pembatasan alasan metodologis oleh dimensi ekspresivis bahasa, sementara Haber- mas dapat dianggap sebagai pemikir yang menekankan kapasitas kritis dari pemahaman metodologis. Keuntungan dari interpretasi ini adalah memahami pengakuan Habermas sendiri bahwa masalah pemahaman modern bukanlah masalah kesadaran tetapi masalah bahasa" dan pengakuan Gadamer bahwa pada akhirnya kita tidak dapat menempatkan suatu tujuan di luar sejarah, yang terlepas dari bahasa dan tradisi yang kita warisi, dari mana kita dapat menjelaskan dan menilai kehidupan politik kita. Dalam kata-kata Habermas:

Tentu, adalah benar bahwa kritisisme selalu terikat dengan konteks tradisi dicerminkannya. Persyaratan hermeneutika dari yang semata-mata menempelkan pada dirinya sebutan kritik. Tak ada pembenaran interpretasi hermeneutik-dalam (depth-hermenetics) di Juar refleksi diri dari semua partisipan yang berhasil dicapai melalui sebuah dialog... Dalam kondisi sekarang, mungkin lebih mendesak untuk menunjukkan batas-batas klaim universalitas palsu vang dibuat oleh kritisisme daripada oleh klaim universalitas hermeneutik. Bagaimanapun, sepanjang menyangkut perdebatan tentang lan- dasan pembenaran, adalah perlu untuk menguji klaim yang terGadamer dibenarkan dari segi kepastian-diri monologis, yang akhir ini secara kritis juga.

Pembacaan yang terakhir ini juga akan memudahkan pemahaman kita terhadap pengakuan Gadamer bahwa penerimaan prasangka yang tidak reflektif, yang merupakan pemahaman latar belakang kita, termasuk penerimaan kita terhadap Pencerahan dan prasangka teknologisme, mengakibatkan kita keliru dalam memahami kemungkinan tradisi: Tirani prasangka tersembunyi telah membuat kita tuli terhadap bahasa yang berbicara kepada kita melalui tradisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun