Keyla, siswi kelas VII, tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. "Saya senang sekali bisa buat pin sendiri dari kertas bekas. Ternyata bikin pin itu seru dan bisa dibuat lucu-lucu. Nanti mau saya tempel di tas sekolah," tuturnya sambil menunjukkan pin karyanya.
Melalui kegiatan ini, diharapkan siswa terbiasa berpikir kreatif dan bertanggung jawab terhadap sampah kertas yang mereka hasilkan. Ini juga menunjukkan bahwa sesuatu yang dianggap limbah bisa diubah menjadi barang bernilai guna dan estetika tinggi. Antusiasme siswa terlihat sepanjang proses, dari memilah limbah hingga menghias hasil akhir.
Bukan hanya kegiatan insidental, program ini memiliki visi jangka panjang untuk mengembangkan potensi siswa. Menurut panitia kegiatan, rencana tindak lanjut meliputi pelatihan lanjutan untuk meningkatkan keterampilan desain dan finishing produk, serta pendampingan dalam pengemasan dan branding produk agar lebih menarik. Puncaknya, akan diselenggarakan pameran produk untuk menampilkan karya-karya inovatif siswa.
"Kami berharap kegiatan seperti ini tidak berhenti di sini. Harapannya bisa terus berlanjut dalam bentuk program daur ulang yang berkelanjutan dan menjadi budaya di sekolah," tegas Rudiyanto, S.Pd., Kepala SMP Sriwedari Malang, menegaskan komitmen sekolah terhadap edukasi lingkungan.
Kegiatan ini tidak hanya melatih kreativitas, tetapi juga menjadi sarana edukasi lingkungan yang menyenangkan. Siswa mempelajari pentingnya daur ulang, pengurangan sampah, dan peran aktif mereka dalam menjaga kelestarian lingkungan. Ini selaras dengan pendidikan karakter dan keterampilan abad 21, melatih siswa berpikir kritis, bekerja sama, serta mencintai lingkungan melalui pola pikir yang kreatif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI