Mohon tunggu...
Yusuf L. Henuk
Yusuf L. Henuk Mohon Tunggu... GURU BESAR di Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) - TARUTUNG 22452 - Sumatera Utara, INDONESIA

GURU BESAR di Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) - TARUTUNG 22452 -- Sumatera Utara, INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rakyat NTT Menghibur Presiden Joko Widodo: Dilema Pilih Tetap Megawati atau Pindah Prabowo?

1 Februari 2015   12:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:00 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422741605642131624

Oleh : Yusuf Leonard Henuk*)

Penulis sebagai salah seorang “Relawan Jokowi-JK Asal NTT” ketika menurunkan opininya berjudul:  “Prabowo Datang, Jokowi Lepaskan Diri Dari Bayang-bayang Ibu Budi & Bapak Budi Berbrewok & Budi Mangkir” (http://politik.kompasiana.com/2015/01/30/prabowo-datang-jokowi-lepaskan-diri-dari-bayang-bayang-ibu-budi-bapak-budi-berbrewok-budi-mangkir-699137.html”), sangat berharap Presiden Joko Widodo harus berani menyatakan “tidak” pada Megawati maupun Surya Paloh, karena sudah  terindikasi selalu menghambat semua program kerjanya seperti yang diakui sendiri oleh Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Ahmad Basarah, “Dukungan Prabowo, kata Basarah, merupakan angin segar bagi Jokowi sehingga bisa memuluskan program-programnya dengan bantuan koalisi Pendukung Prabowo di parlemen (http://www.tempo.co/read/news/2015/01/31/078638907/Politikus-PDIP-Tak-Khawatir-Prabowo-Curi-Jokowi). Bahkan, telah [HEBOH!] Beredar Luas Foto Gambar Meme Presiden Jokowi Memarahi Megawati (http://www.harsindo.com/2015/01/heboh-beredar-luas-foto-gambar-meme-presiden-jokowi-memarahi-megawati.html).

Walaupun terkait kisruh KPK vs Polri: 3 Momen Kedekatan Jokowi dan Mega: (1) Kata Mega, Jokowi Kerempeng Tapi Banteng; (2)  Mega Puji Blusukan Jokowi; (3) Jokowi: Megawati Pemenang Pertarungan Politik (http://www.tempo.co/read/news/2015/02/01/078639034/KPK-vs-Polri-3-Momen-Kedekatan-Jokowi-dan-Mega). Namun sudah tak terbantahkan lagi bahwa : “Indikasinya Semakin Jelas, Ada Keretakan Antara PDIP Dan Jokowi Yang Semakin Tidak Harmonis”

(http://www.suaranews.com/2014/11/indikasinya-semakin-jelas-ada-keretakan.html).

Khusus Megawawi,sempat timbul pertanyaan: “Siapa Adu Domba Jokowi dan Megawati?”:  “Jokowi adalah presiden bonekanya Megawati”. Adalah pernyataan yang selalu jadi pembenaran jika Jokowi mengeluarkan kebijakan yang tidak berkenan bagi rakyat. Bahkan sebelum Jokowi menjabat sebagai RI-1, pernyataan itu sudah santer disuarakan. Banyak pihak khawatirkan bahwa Jokowi adalah perpanjangan tangan partai untuk kuasai RI. Entah apa yang mendasari pemikiran tersebut, Megawati selalu dikambing hitamkan jika Jokowi salah. Semua kebijakan Jokowi yang kiranya tidak berkenan di hati rakyat, serta merta anggapan “Jokowi presiden boneka Megawati” santer dikumandangkan” ( (http://politik.kompasiana.com/2015/01/31/siapa-adu-domba-jokowi-dan-megawati--720569.html).

Pada kenyataanya, “Penghancuran KPK: Tiga Indikasi PDIP-Mega Bermain: (1) 1. Politikus PDIP sebagai Pelapor; (2) 2. Serangan Politikus PDIP ke Samad; dan (3) 3. Kengototan PDIP Mencalonkan Budi Gunawan (http://www.tempo.co/read/news/2015/01/24/078637348/Penghancuran-KPK-Tiga-Indikasi-PDIP-Mega-Bermain).

Kisruh KPK vs Polri membuat internal Koalisi Indonesia Hebat (KIH) mengalami krisis komunikasi. Partai-partai yang "ngotot" agar Budi Gunawan segera dilantik sebagai Kapolri, bertentangan dengan sikap Presiden Joko Widodo yang masih ragu. Dalam Diskusi 100 Hari Pemerintahan Jokowi-JK dengan tema "KPK vs Polri: Politis atau Tidak", Jumat 30 Januari 2015, Direktur Political Communication Institute, Heri Budianto, menyatakan aroma tak harmonis terlihat antara Jokowi dengan KIH. Hal itu juga dipertegas dengan berbagai pernyataan dari petinggi PDI Perjuangan yang mulai menyoal kinerja Presiden Jokowi. "Jokowi di persimpangan jalan. Bingung, ke KMP (Koalisi Merah Putih) atau KIH. Sekarang setelah bertemu Prabowo Subianto, jadi terang benderang," ujar Heri.

(http://politik.news.viva.co.id/news/read/583996-pengamat--jokowi-bingung--tetap-di-kih-atau-ke-kmp).

Akibatnya, benar kata: “Pengamat Nilai Jokowi Dihambat Partai Pendukungnya”: "Hambatan utama kinerja presiden adalah partai pendukungnya sendiri. Partai yang ajukan namanya sebagai presiden, PDIP," kata Ikrar dalam 'Diskusi 100 Hari Pemerintahan Jokowi-JK' di kawasan Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Kamis (29/1/2015).

Ikrar menuturkan, tidak bisa dibayangkan seorang kader PDI Perjuangan, Effendi Simbolon mengeluarkan pernyataan bahwa pemerintahan Jokowi tidak berlangsung lama. Padahal menurutnya, Jokowi tidak dapat di impeachment karena kinerja. "Partai ini benar-benar amburadul," tuturnya. Masih kata Ikrar, PDI Perjuangan juga menjadi penyebab terjadinya kisruh antara KPK-Polri (http://m.tribunnews.com/nasional/2015/01/29/pengamat-nilai-jokowi-dihambat-partai-pendukungnya). Lebih aneh lagi muncul komentar partai pendukung Pemerintah begini: “Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Masinton Pasaribu, menuding ada orang yang sengaja menghalau jalur komunikasi dengan Presiden Joko Widodo. Orang-orang tersebut berada di ring-1 Istana, yaitu Sekretariat Kabinet, Kementerian Sekretariat Negara, dan Kantor Staf Kepresidenan. "Mereka itu Brutus-Brutus yang akan menghancurkan Jokowi," kata Masinton di Menteng, Kamis, 29 Januari 2015. Masinton merujuk pada tokoh sejarah Marcus Junius Brutus, salah seorang di balik konspirasi pembunuhan Julius Cesar, kaisar Romawi Kuno (http://www.tempo.co/read/news/2015/01/30/078638688/Politikus-PDIP-Sebut-Ada-3-Brutus-di-Ring-1-Jokowi).

Dengan demikian banyak pihak berpandangan: “Daripada ditekan terus, Jokowi diminta untuk mundur dari PDIP” (http://www.merdeka.com/peristiwa/daripada-ditekan-terus-jokowi-diminta-untuk-mundur-dari-pdip.html). Konsekwensinya: (1) “Jokowi harus berani bilang, PDIP silakan keluar pemerintahan” (http://www.merdeka.com/peristiwa/daripada-ditekan-terus-jokowi-diminta-untuk-mundur-dari-pdip/jokowi-harus-berani-bilang-pdip-); (2) Jokowi pemimpin Indonesia, bukan petugas partai” (http://www.merdeka.com/peristiwa/daripada-ditekan-terus-jokowi-diminta-untuk-mundur-dari-pdip/jokowi-pemimpin-indonesia-bukan-petugas-partai.html); dan (3) “Menteri Susi dapat SMS yang meminta Jokowi keluar dari PDIP” (http://www.merdeka.com/peristiwa/daripada-ditekan-terus-jokowi-diminta-untuk-mundur-dari-pdip/menteri-susi-dapat-sms-yang-meminta-jokowi-keluar-dari-pdip.html).

Namun, menurut  “Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), J. Kristiadi, mengatakan Presiden Joko Widodo harus ekstra hati-hati dengan siapa pun yang ditemuinya, termasuk Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Sebab, koalisi Prabowo pun berpotensi menikungnya. "Politik itu bukan tempat orang berbuat baik, tapi cara bersiasat untuk kepentingan orang banyak," ujarnya saat dihubungi Tempo, Jumat, 30 Januari 2015 (‘Ahok Digaet Mega, Giliran Jokowi Disokong Prabowo?’: http://www.tempo.co/read/news/2015/01/30/078638863/ahok-digaet-mega-giliran-jokowi-disokong-prabowo).

Singkatnya, daripada Bapak Presiden Joko Widodo masih terus dilema soal kisruh KPK-Polri,  rakyat NTT ingin menghibur beliau dengan menyanyikan bersama “lagu heboh” yang berasal dari daratan Flores NTT (NTT), berjudul: GEMU FA MI RE:

Maumere da gale kota Ende

Pepin gisong gasong

Le’le luk ele rebin ha

Maumere da gale kota Ende

Pepin gisong gasong

Le’le luk ele rebin ha

La le le luk sila sol

Mi fa mi fa sol

Le’le tiding fa fa

Rebing mude mi

Do do do do mi do mi do gemu fa mi re

ele le… ele le…

la le le luk sila sol

mi fa mi fa sol

le’le tiding fa fa

Rebing mude mi

Do do do do mi do mi do gemu fa mi re (Mmm… Manis)

Maumere da gale kota Ende

Pepin gisong gasong

Le’le luk ele rebin ha

Maumere da gale kota Ende

Pepin gisong gasong

Le’le luk ele rebin ha

Putar ke kiri e…

Nona manis putarlah ke kiri

ke kiri ke kiri ke kiri dan ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri manis e..

Sekarang kanan e..

Nona manis putarlah ke kanan

ke kanan ke kanan ke kanan dan ke kanan ke kanan ke kanan ke kanan manis e..

(http://hiburan.kompasiana.com/musik/2013/04/02/fenoma-lagu-kekiri-kekanandimanado-547743.html). ***

*Guru Besar di Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana, Kupang, NTT – INDONESIA.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun